Indonesia Minim Alternatif Strategi
Kecepatan sayap-sayap Indonesia menjadi senjata utama selama berlaga di SEA Games 2019. Osvaldo Haay, Saddil Ramdani, dan Egy Maulana Vikri menjadi tumpuannya.
Dengan postur tubuh pemain Indonesia yang kalah tinggi, tak banyak gol yang lahir dari duel bola udara. Sedikitnya ada tiga gol hasil dari bola atas. Gol Sani Rizki Fauzi melawan Vietnam, gol Andy Setyo Nugroho saat melawan Brunei, dan Egy Maulana Vikri melawan Myanmar merupakan deretannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategi itu dibaca dengan bagus oleh pelatih Vietnam, Park Hang-seo. Bahkan sebelum pertandingan, pelatih asal Korea Selatan itu sudah bilang bahwa kelebihan Indonesia ada pada sisi sayap kanan.
"Indonesia mempunyai line-up yang bagus. Mereka bisa melakukan transisi dari bertahan ke menyerang dengan sangat baik," kata Park Hang-seo sebelum laga.
![]() |
"Indonesia mencetak 17 gol di fase grup, sebagian besar dari sisi sayap kanan. Mereka tak mudah untuk dikalahkan. Tapi, Vietnam selalu siap menghadapi tantangan. Kami sudah tahu apa yang mesti dilakukan untuk mengalahkan Indonesia," dia menambahkan.
Perkataan yang diucapkan Hang-seo itu terbukti saat final. Sisi sayap Indonesia diredam. Saddil Ramdani dan Witan Sulaeman 'tak kelihatan' di babak pertama.
Kreativitas dari lini tengah untuk melakukan through pass jarang terlihat. Hal itu diperburuk dengan cederanya Evan Dimas Darmono pada menit ke-23. Terjangan Doan Van Hao menjadi penyebabnya. Lini tengah Indonesia gagal mengimbangi gelandang Vietnam, hingga kebingungan dan sering melakukan backpass ke permainan sendiri.
Indonesia sempat memperagakan permainan ciamik dengan bola-bola panjang saat melawan Thailand dan Singapura. Hasilnya sip, bisa memetik kemenangan. Strategi itu tak diterapkan saat melawan Vietnam, Indonesia tak banyak mengubah strategi hingga kalah telak 0-3.
Simak Video "Video PSSI Bantah Indra Sjafri Latih Timnas U-22: Sudah Ada Gerald"
[Gambas:Video 20detik]