Pemasukan dari layanan streaming menjadi sumber andalan alternatif nan menggiurkan buat menggelar sepakbola di era pandemi yang membutuhkan pendanaan lebih.
Terputusnya dana pemasukan dari penjualan tiket otomatis membuat penyelenggara hingga klub kehilangan sumber pemasukan terbesarnya. Maklum, penonton dilarang datang ke stadion untuk menghindari penyebaran virus corona.
Dilarangnya penonton ke stadion tak membuat suporter berhenti menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Tetapi kali ini hanya bisa melalui layar televisi saja atau berbagai layanan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah di situ PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi melihat peluang bisnis. Dari penyelenggaraan Piala Menpora 2021, ia mengungkapkan bahwa masyarakat kini mulai berlangganan berbagai layanan alternatif selain free to air (FTA), tayangan televisi menggunakan antena UHF).
Ada over the top (OTT) (streaming), DTH (Direct to home) (tv berlangganan), broadband internet, hingga IPTV. Yang paling mudah dijangkau adalah OTT, karena selain murah juga bisa diakses melalui perangkat ponsel.
Terdekat, PT LIB akan menggelar lagi kompetisi Shopee Liga 1 2021 pada 3 Juli mendatang. Liga 2 dikabarkan akan menyusul setelah Liga 1 terselenggara.
"Satu platform biaya langganannya Rp 30 ribu sebulan, berarti kan Rp 1.000 sehari. Kita nonton langsung ke stadion kan bisa Rp 50 ribu sampai Rp 150 ribu. Kan dengan Rp 1000 dan bisa ditonton banyak orang itu murah sekali," kata Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita kepada detikSport.
"Ini sudah sangat terjangkau, tinggal penyebarannya saja. Kalau internet atau OTT yang ada jaringan internetnya semua orang bisa akses, tinggal berlangganan saja. Saya kira ini sudah bagus," ujarnya menambahkan.
Khusus masalah hak siar, PT LIB tetap akan memberikan hak eksklusif siaran ke salah satu saluran televisi saja. Siapa yang menyanggupi harga yang ditawarkan, dia yang akan mendapat hak siar kompetisi.
Dalam beberapa musim terakhir hak siar kompetisi Shopee Liga 1 dipegang oleh Elang Mahkota Teknologi (Emtek). Lewat Indosiar, Emtek mendistribusikan siaran Liga 1 via FTA dan OTT (vidio.com).
"Kalau si A yang berani, dengan angka kita harapkan ya sudah. Kalau B ya kasih ke B. Jadi memang ini urusannya ekosistem bisnis," tutur Lukita soal hak eksklusif siaran Liga 1.
"Mungkin yang disebar itu platformnya yang bisa. Misal free to air si A, OTT si B, atau bisa si A dan B. Direct to Home si C. Beda-beda platform juga ada kita ada. Beberapa provider IPTV kan juga ada. Tinggal mau langganan di mana. Banyak pilihan," ucapnya.