Tim Arema FC menyaksikan dengan mata kepala sendiri korban-korban berjatuhan di tragedi Kanjuruhan. Termasuk melihat sejumlah anak-anak yang tak bisa bernapas.
Tragedi terjadi di Stadion Kanjuruhan selepas Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) lalu. Kejadian diawali masuknya sejumlah suporter Arema ke lapangan usai peluit panjang.
Pihak keamanan berniat memukul mundur mereka, salah satunya dengan menembakkan gas air mata. Keputusan menggunakan gas air mata ini yang kemudian memicu bencana, para penonton yang bertahan di tribune panik dan berebut keluar stadion untuk menghindari perihnya gas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Air Mata Arema FC |
Sementara itu akses keluar stadion terbatas dan sempit, memicu tumpukan suporter. Alhasil banyak dari mereka jatuh terinjak-injak dan kehabisan napas.
Sejauh ini setidaknya 125 jiwa menjadi korban. Hal lain yang bikin pihak keamanan disorot adalah penggunaan kekuatan yang berlebihan untuk mengusir penonton, termasuk memukul dan menendang.
Tim Arema FC menjadi saksi langsung Tragedi Kanjuruhan itu. Pelatih Arema Javier Roca menceritakan bagaimana ia mulai menyadari ada sesuatu selepas jumpa pers, saat mata dan tenggorokannya terasa perih.
Ia baru menyadari itu dipicu gas air mata dan ia melihat hal yang amat buruk saat kembali ke ruang ganti. Di sana sejumlah pemain mencoba membantu para suporter, tapi beberapa tak bisa diselamatkan termasuk anak-anak.
"Ketika saya kembali ke ruang ganti, situasinya sudah kacau. Banyak yang enggak bisa napas, kesulitan bernapas," ujarnya dikutip NYTimes.
"Para pemain hancur. Mereka menyaksikan kematian pertama di ruang ganti. Lalu kematian kedua, ketiga, keempat. Beberapa korban masih anak-anak yang enggak bisa napas," imbuhnya.
Skuad Arema kembali mengunjungi Kanjuruhan pada Senin (3/10) sore WIB, untuk memberikan penghormatan ke para korban dan berdoa bersama. Para pemain tampak emosional dan tak kuasa menahan tangis.
Javier Roca berharap semua pihak memikirkan ulang pandangan mereka terhadap sepakbola usai kejadian ini. Tak semestinya nyawa hilang hanya karena permainan.
Baca juga: Trauma-trauma Tragedi Kanjuruhan |
"Semua pihak harus introspeksi. Sepakbola cuma sepakbola. Anda bisa menang, Anda bisa kalah, Anda bisa seri. Yang enggak boleh hilang adalah nyawa," pungkasnya.
Kini, pemerintah lewat TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta) akan mengusut tuntas tragedi tersebut. Pihak Arema FC pun akan turut ikut membantu serta memberikan layanan kepada para korban.
(raw/mrp)