Hal tersebut dikatakan oleh Jordi Cruyff, putra dari mendiang Johan Cruyff yang tutup usia pada umur 68 tahun bulan Maret lalu.
"Ia selalu punya kekaguman besar terhadap persepakbolaan di Inggris. Ia senang dengan hal itu, jadi ia amat gembira saat saya sempat bermain untuk Manchester United selama empat tahun," ungkap Jordi seperti diwartakan BBC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ia masih bisa menyaksikan sepakbola, mungkin dirinya akan jadi penggemar berat Manchester City," sebut pria 42 tahun tersebut.
Jordi menyatakan hal itu dalam acara peluncuran buku baru mengenai sang ayah tercinta, bertajuk "My Turn", yang ia hadiri bersama manajer City Pep Guardiola di toko buku Waterstones yang terletak di Tottenham Court Road, London.
Dalam karier melatihnya, mendiang Cruyff acapkali disebut-sebut sebagai salah satu figur penting pemrakarsa sepakbola menyerang yang kini diperagakan oleh Barcelona--yang juga pernah ditangani Guardiola.
[Baca juga: Johan Cruijff (dan Ingatan yang Kini Selesai)]
Pada satu waktu Guardiola bahkan pernah menyatakan bahwa Cruyff-lah yang suda membangun katedral sepakbola di Barca dan dirinya cuma bertugas untuk melanggengkannya saja. Kini Guardiola berusaha mengembangkan gaya serupa bersama The Citizens.
"Dulu saya pernah berpikir sudah tahu segalanya soal sepakbola. Tapi ketika saya bertemu dan mulai bekerja sama dengannya, sebuah dunia baru muncul di hadapan saya. Pelatih-pelatih lain mengatakan banyak hal, yang ia katakan sama sekali berbeda. Ia membantu kami memahami permainan. Untuk memahami alasan," kata Guardiola yang pernah dilatih Cruyff di Barca, seperti diwartakan Sky Sports.
[Baca juga: Johan Cruyff Hidup dalam Pemikiran-pemikirannya]
"Dalam karier saya adalah orang yang beruntung. Saya duduk di sini sebagai manajer Manchester City, dan sebelum itu di Bayern Munich dan Barcelona, karena dulu saya sudah bertemu dengannya. Kalau tidak, takkan mungkin seperti ini. (Bersama Cruyff dulu) Rasanya seperti datang kuliah ke universitas setiap harinya," bebernya.
(krs/raw)