Antonio Conte Bagai Sirine Ambulans buat Tottenham

Antonio Conte Bagai Sirine Ambulans buat Tottenham

Afif Farhan - Sepakbola
Kamis, 04 Nov 2021 10:00 WIB
LONDON, ENGLAND - MAY 19:  Antonio Conte, Manager of Chelsea gives his team instructions during The Emirates FA Cup Final between Chelsea and Manchester United at Wembley Stadium on May 19, 2018 in London, England.  (Photo by Laurence Griffiths/Getty Images)
Antonio Conte Bagai Sirine Ambulans buat Tottenham (Getty Images)
London -

Kedatangan Antonio Conte ke Tottenham Hotspur bukan lagi jadi pecutan atau alarm. Lebih dari itu, Conte bagai sirine ambulans yang meraung kencang!

Tahu bagaimana suara sirine ambulans di jalanan? Terdengar begitu kencang dan kendarannya akan melesat kencang. Itulah rasa-rasanya, penggambaran yang pas buat kedatangan Antonio Conte ke Tottenham Hotspur.

Antonio Conte memang dikenal sebagai spesialis bikin klub pesakitan jadi klub juara. Juventus, Chelsea, dan Inter Milan adalah bukti sahihnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juventus selalu dibuat menjadi juara Liga Italia sejak dipegang Conte pada 2011 sampai 2014. Chelsea dibuat meraih titel Liga Inggris di musim 2016/2017, yang mana musim sebelumnya cuma finis di peringkat ke-10.

Inter Milan di musim lalu, dibawa Conte meraih titel Scudetto. Yang mana terakhir dicapai, adalah satu dekade lamanya.

ADVERTISEMENT
LONDON, ENGLAND - MAY 21:  Antonio Conte, Manager of Chelsea kisses the Premier League Trophy after the Premier League match between Chelsea and Sunderland at Stamford Bridge on May 21, 2017 in London, England.  (Photo by Shaun Botterill/Getty Images)Antonio Conte bawa Chelsea juara di musim pertamanya (Getty Images/Shaun Botterill)

Kini, Antonio Conte berlabuh ke Tottenham Hotspur. Klub asal London bagian utara yang sudah cukup lama dicap sebagai pesakitan.

Terakhir kali Spurs juara adalah di tahun 2008, kala itu sukses membawa pulang titel Piala Liga Inggris atau yang kala itu bernama Carling Cup.

Beberapa musim terakhir, Spurs memang cukup kuat dan nyaris juara. Runner up Liga Inggris dan finalis Liga Champions sudah ditapakinya.

Namun sayang, itu saja belum cukup. Spurs harus mampu mengisi lemari piala yang telah lama kosong, supaya tidak sakit hati melulu di cap pesakitan.

MADRID, SPAIN - JUNE 01: Heung-Min Son of Tottenham Hotspur stands dejected with his runners up medal following the UEFA Champions League Final between Tottenham Hotspur and Liverpool at Estadio Wanda Metropolitano on June 01, 2019 in Madrid, Spain. (Photo by Laurence Griffiths/Getty Images)Tahun 2019, Spurs cuma jadi finalis Liga Champions setelah kalah dari Liverpool di partai puncak (Getty Images)

Maka kini, Antonio Conte datang dengan harapan yang besar. Conte bagaikan oase di gurun pasir yang tandus atau pelita dalam gelap.

Lebih dari itu, Conte sejatinya bisa dibilang sebagai sirine ambulans!

(Halaman selanjutnya, Antonio Conte nggak suka drama, sukanya kerja kerja kerja)

Antonio Conte merupakan pria Italia pada umumnya, yang suka mengekspresikan segalanya dan bicara blak-blakan.

Lihat saja ketika dulu jadi manajer Chelsea dan diwawancarai Thierry Henry dalam program Sky Sports, Conte tidak segan menyebut akan membunuh pemainnya!

"Jika pemain tidak memiliki sikap yang benar selama sesi latihan atau perilaku yang benar dalam suatu keadaan, maka saya lebih baik membunuh mereka," tegas Conte yang disambut gelak tawa Henry.

Antonio Conte pun selalu menuntut yang terbaik dari para pemainnya. Dulu ketika Chelsea dibawanya juara Liga Inggris, Conte mengungkapkan kalau meminta para pemainnya untuk terus berlari!

"Saya mau mereka terus lari, lari, lari, sampai akhir musim," katanya.

Antonio Conte memang begitu tegas dan keras dalam melatih tim. Maka dinilai, itu akan jadi berkah buat Tottenham Hotspur yang kini lagi acakadut!

Hingga pekan ke-10, Tottenham Hotspur terseok-seok ke papan tengah Liga Inggris di peringkat kesembilan. Spurs lima kali menang dan lima kali kalah.

Celakanya, Spurs begitu mejan di depan dan kropos di belakang. Baru bikin sembilan gol dan sudah kebobolan 16 gol. Itu menjadikannya tim paling minim gol di peringkat 10 besar.

LONDON, ENGLAND - OCTOBER 30: Nuno Espirito Santo, Manager of Tottenham Hotspur reacts after Manchester United score their third goal during the Premier League match between Tottenham Hotspur and Manchester United at Tottenham Hotspur Stadium on October 30, 2021 in London, England. (Photo by Catherine Ivill/Getty Images)Tottenham Hotspur yang rawan di depan dan belakang (Getty Images)

Harry Kane lagi melempem dengan baru bikin satu gol dari sembilan laga. Son Heung-min kerap kesulitan di depan gawang, pemain mudanya seperti Steven Bergwijn juga belum terlihat berkembang.

Lini belakang setali tiga uang. Eric Dier cs begitu mudah ditembus oleh para penyerang. Hugo Lloris pun jadi sakit hati untuk memungut bola dari gawangnya sendiri.

Antonio Conte kerap memoles para pemain jadi tajam alias mengeluarkan potensi terbaiknya. Dengan jam terbang tinggi, mental baja, dan racikan strateginya, Conte memang jadi sirine ambulans yang bakal meraung kencang di Tottenham Hotspur.


Hide Ads