Jakarta -
Zlatan Ibrahimovic terus menunjukkan magisnya saat tampil bersama AC Milan. Bisakah ia membantu mengantarkan Rossoneri kembali ke tahta juara Liga Italia?
Sejak pulang ke San Siro pada Januari lalu, peran Ibrahimovic di dalam skuad Milan begitu terasa krusial. Ia seolah menghadirkan lagi apa yang sudah lama hilang di dalam tubuh Rossoneri, yakni mental juara.
Memang, Milan yang sekarang bukanlah Milan yang ia tinggalkan 7,5 tahun lalu. Begitu banyak yang berubah. Tak hanya kepemilikan, namun juga komposisi skuad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada lagi perekrutan bintang-bintang kelas atas layaknya era Silvio Berlusconi. Milan sudah tak mampu melakukannya. Gantinya, mereka berinvestasi dengan banyak pemain muda, seperti Franck Kessie, Theo Hernandez, hingga Sandro Tonali.
Ibrahimovic (kedua dari kiri) pada periode pertamanya di Milan, yang banyak diisi pemain bintang. Foto: Getty Images/Claudio Villa |
Skuad Milan saat ini pun menjadi yang termuda di Serie A, dengan rataan umur 24,8 tahun, merujuk data Statista. Bermain bersama junior-junior yang usianya terpaut belasan tahun jelas bukan hal mudah bagi Ibrahimovic.
Mereka hadir di saat Milan bukan lagi tim papan atas Serie A, dan hanya tahu kehebatan Milan dari sejarah. Nah, tugas Ibrahimovic menyadarkan mereka apa artinya mengenakan seragam AC Milan. Seorang pelaku sejarah tentu lebih didengar.
Cerita soal Ibrahimovic 'menggembleng' para pemain Milan sudah banyak diberitakan. Salah satunya Brahim Diaz, yang mengaku pernah diajak latihan tambahan oleh Ibrahimovic untuk menguatkan otot perutnya.
Pemain asal Swedia itu ingin rekan setimnya terus meningkatkan kualitas diri, serta yakin bahwa mereka pun bisa bersaing dengan Juventus yang sudah merajai Serie A selama sembilan tahun, atau Inter Milan yang mulai bangkit di tangan Antonio Conte.
(Halaman Selanjutnya: Zlatan's Effect)
Apa yang dilakukan Zlatan Ibrahimovic pun memudahkan kerja pelatih Stefano Pioli. Perlahan, hasilnya mulai terlihat, terutama setelah Juni, di saat Liga Italia kembali bergulir di tengah pandemi virus Corona.
Musim lalu, AC Milan berhasil mengamankan tiket lolos ke Liga Europa seusai memenangi 9 dari 12 laga terakhir Liga Italia. Tren positif itu berlanjut di musim ini.
Hingga pekan kedelapan Serie A, Milan masih di puncak klasemen dengan 20 poin, hasil dari 6 kemenangan dan dua kali imbang. Ibrahimovic pun menjadi top scorer sementara dengan 10 gol, termasuk dua gol saat mengalahkan Napoli, Senin (23/11/2020) dini hari WIB.
Kini, Ibrahimovic bermain dengan para youngster yang sedang naik daun. Foto: Getty Images/Francesco Pecoraro |
Apakah kehadiran Ibrahimovic membuat Milan begitu bergantung padanya? Tidak juga. Sejak masuk di Januari lalu, total ia baru absen di delapan laga. Namun Milan belum pernah kalah saat Ibrahimovic berhalangan tampil.
Khusus di musim ini saja, ada 4 laga yang dilewatkan Ibrahimovic karena terinfeksi virus Corona. Milan berhasil memenangi semuanya, termasuk laga playoff Liga Europa melawan Rio Ave, yang berakhir lewat adu penalti.
Tanpa Ibrahimovic, Milan tak lantas menurun. Mereka terus maju. Kehadiran pria 39 tahun itu justru semakin menambah semangat rekan setimnya.
"Di setiap pertandingan, dia (Ibrahimovic) menunjukkan bahwa dia pemain hebat. Kami mencoba untuk berusaha sebaik mungkin, selama latihan dia selalu meminta kami untuk mempunyai profesionalisme yang tinggi untuk menaikkan level kami," kata gelandang Rossoneri, Ismael Bennacer, kepada Milan TV.
Perjalanan masih panjang. Milan masih harus bertarung di tiga kompetisi. Ketahanan fisik Ibrahimovic dan para pemain Milan yang lain pun diuji jadwal yang padat. Belum lagi virus Corona yang masih menghantui.
Menarik menanti, apakah Ibrahimovic bisa terus memompa semangat anak-anak muda Milan hingga pengujung musim, dan bisakah Rossoneri konsisten di jalur kemenangan.