Sejarah dan Kontroversi Aturan Gol Tandang

Sejarah dan Kontroversi Aturan Gol Tandang

Doni Wahyudi - Sepakbola
Kamis, 06 Sep 2018 14:10 WIB
AS Roma vs Barcelona yang harus diselesaikan dengan aturan produktivitas gol tandang di Liga Champions 2017/2018 (Alessandro Bianchi/Reuters)
Jakarta - UEFA dan beberapa pelatih top Eropa tengah membahas rencana penghapusan aturan gol tandang. Meski diharapkan bisa membuat laga lebih menarik, justru kontroversi yang kerap datang.

Pada awalnya, aturan gol tandang diperkenalkan sebagai alternatif penentuan pemenang pada pertandingan dua leg. Di tahun-tahun awal bergulirnya kompetisi antarklub Eropa, jika dua klub berimbang di laga home-away maka akan digelar pertandingan ketiga.

Laga ketiga tersebut akan dihelat di tempat netral. Jika hasilnya masih sama kuat, maka penentuan pemenang akan dilakukan melalui tos koin. Metode tersebut dinilai tidak efektif, terlebih di zaman itu perjalanan antarnegara masih terbilang sulit. Selain itu laga playoff juga dianggap tidak adil karena setelah bermain 270 menit pada akhirnya cuma ditentukan menggunakan sekeping koin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Salah satu moment yang mendorong mulai diterapkannya aturan gol tandang ini adalah laga Liverpool vs Cologne di 1964/1965. Liverpool ketika itu lolos ke semifinal Piala Winners setelah menang dengan tos koin, tentu saja setelah bertanding tiga kali tanpa ada satupun yang jadi pemenang. Pada musim setelahnya aturan gol tandang mulai diberlakukan.

Secara sederhana, aturan gol tandang menyatakan tim yang membuat gol lebih banyak di laga away akan menjadi pemenang, jika pada akhirnya skor kedua tim sama kuat.

Salah satu contohnya adalah pada babak 16 besar Liga Champions tahun 2007. Bayern Munich kalah 2-3 saat bertamu ke Real Madrid, namun kemudian lolos usai menang 2-1 ketika main di kandang. Di musim 2010 Bayern melangkah ke final setelah dua kali menang berkat keunggulan aturan gol tandang (16 besar dan perempatfinal).

Musim lalu AS Roma juga dua kali lolos dari adangan lawan dengan aturan produktivitas gol tandang. Yang pertama atas Shakastar Donetsk di babak 16 besar (1-2 dan 1-0), lalu kemenangan sensasional atas Barcelona di 8 besar (1-4 dan 3-0).

Sejak tahun 2010, ada sembilan pertandingan di fase knock out Liga Champions yang ditentukan dengan aturan gol tandang ini.

Beberapa pelatih top Eropa sepakat bahwa aturan gol tandang justru kontra produktif untuk dipakai pada sepakbola modern saat ini. Seperti disebutkan di atas, aturan ini membuat tim kandang punya kecenderungan main bertahan.

"Para pelatih berpikir kalau mencetak gol away tidak sesulit seperti di masa lalu. Mereka (para pelatih) berpikir kalau aturan itu harus ditinjau ulang dan itulah yang kami lakukan," ucap Wakil Sekjen UEFA, Giorgio Marchetti, usai pertemuan dengan para pelatih di Swiss beberapa hari lalu.


Simak Juga 'FIFA Hukum Presiden Asosiasi Sepakbola Palestina!':

[Gambas:Video 20detik]

(din/cas)