Gelaran European Super League dikecam banyak pihak. Bank JPMorgan, pemodal ajang itu, angkat suara terkait polemik yang ditimbulkannya.
Sebanyak 12 tim menggagas European Super League awal pekan lalu. Klub-klub dari tiga liga top Eropa yang mendirikan kompetisi itu.
Mereka adalah Manchester City, Manchester United, Chelsea, Arsenal, Liverpool, dan Tottenham Hotspur dari Premier League. Kemudian dari LaLiga ada Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid, serta dari Serie A diwakili Juventus, Inter Milan, dan AC Milan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ke-12 tim itu ingin menggagas turnamen tandingan Liga Champions. Namun, niat mereka dikecam, karena European Super League dianggap terlalu eksklusif, tidak menjunjung persaingan secara adil, dan cuma mengejar keuntungan.
Desakan masif suporter dan pegiat sepakbola dunia menentangnya. Sampai akhirnya, satu per satu tim-tim kontestannya memutuskan mundur.
Semua wakil Premier League menyatakan mundur, sementara dari Italia tinggal Juventus dan AC Milan, serta Spanyol tinggal ada Real Madrid dan Barcelona.
European Super League sendiri diketahui didanai oleh JPMorgan Chase & Co. Bank raksasa Amerika Serikat itu kabarnya siap mengucurkan dana lebih dari Rp 60 triliun. Setelah proyek raksasanya gagal, apa katanya?
"Kami jelas salah menilai bagaimana kesepakatan ini akan dilihat oleh komunitas sepak bola yang lebih luas dan bagaimana hal itu mungkin berdampak pada mereka di masa depan. Kami akan belajar dari ini," katanya dalam pernyataan singkat.
Proyek European Super League sendiri masih menggantung setelah ditinggal banyak pesertanya. Presidennya, Florentino Perez, menekankan bahwa ajang itu belum mati.