Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Peran Sains dalam Latihan Pramusim

    Dex Glenniza - detikSport
    Man United via Getty Images/Matthew Peters Man United via Getty Images/Matthew Peters
    Jakarta - Saat kita memasuki tengah tahun yaitu pada bulan Juni dan Juli, kesebelasan sepakbola khususnya di Eropa sudah mulai mempersiapkan diri untuk musim sepakbola yang baru. Para pemain, manajer, dan pelatih biasanya akan menyiapkan latihan pramusim (pre-season) untuk mengembalikan kembali tingkat kebugaran, keterampilan teknis, dan juga kemampuan taktis skuatnya.

    Hal ini dapat menjadi waktu yang menuntut fisik, terutama untuk para pemain. Mereka yang baru saja libur akhir kompetisi (off-season) selama kurang-lebih dua bulan, harus kembali menjalani rutinitasnya sebagai atlet profesional.

    Sayangnya, saat pramusim justru merupakan waktu di mana cedera bisa menjadi masalah. Studi sepakbola serta olahraga lainnya menunjukkan bahwa atlet cenderung lebih rentan terhadap cedera selama pramusim dari pada waktu lain sepanjang musim.

    Sebuah studi baru-baru ini sudah fokus kepada kejadian cedera para pemain selama latihan pramusim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemain cukup rentan terhadap beberapa jenis cedera selama periode ini.

    Para peneliti menemukan bahwa rata-rata setiap kesebelasan mengalami kasus cedera sebanyak 1-2 kejadian selama periode pramusim. Dari cedera yang tercatat, 34% pemain harus beristirahat selama satu hari, sementara 55% pemain dipaksa untuk beristirahat lagi selama 8 hari atau lebih.
    Secara umum, lebih dari setengah skuat memiliki setidaknya satu pemain yang harus beristirahat selama 8 hari akibat dari cedera.

    Cedera yang paling umum adalah cedera otot paha. Sementara memar akibat ligamen yang terkilir juga menjadi cedera yang sering terjadi. Hal ini konsisten dengan studi penelitian lain dari pemain profesional yang menunjukkan bahwa pramusim adalah waktu di mana pemain sangat rentan terhadap cedera hamstring.

    Sekilas Latihan Pramusim pada Masa Lalu

    Setelah membaca risiko cedera pada pramusim di atas, kita tentunya penasaran: seperti apa, sih, latihan pramusim yang baik itu?

    Manajer Ipswich Town, Mick McCarthy, tertawa saat ia mengingat salah satu latihan pramusimnya sebagai pemain Barnsley dulu. "Ini cerita yang legendaris," kata McCarthy kepada The Guardian. "Kami melakukan lari jarak jauh di jalanan Barnsley, dan beberapa dari kami bahkan sampai tersesat."

    Pemain veteran Bristol City, Aaron Wilbraham, juga mengakui bahwa ia kerepotan saat latihan pramusim dulu. Pemain berusia 36 tahun ini berbicara kepada Western Daily Press tentang pramusimnya dahulu ketika ia bermain bersama Stockport County pada tahun 1997.

    "Anda seperti dibawa ke sebuah kamp militer, bangun pada pukul lima atau enam setiap pagi, kemudian melakukan lari jarak jauh sampai-sampai punggung Anda rasanya sudah terbelah dua."

    "Dahulu, berlari 5 kilometer adalah minimal. Jika sekarang pemain disuruh melakukan hal yang sama, maka ini akan menjadi konyol. Dahulu kami dituntut berlatih terlalu keras dan tentunya akan ada banyak cedera."

    "Sekitar tiga minggu kami bahkan tidak melihat sebuah bola sepak, apalagi menendangnya! Jujur, Anda pasti takut untuk kembali saat pramusim," curhatnya.

    Dibanding Manajer, Pelatih Kebugaran adalah yang Paling Berperan

    Betapa kunonya latihan pramusim pada saat itu dengan hari-hari yang melelahkan dari berlari jarak jauh. Sekarang, itu semua sudah menjadi bagian dari masa lalu karena pengaruh tumbuh dan berkembangnya ilmu sains olahraga sejalan dengan perkembangan dan pemakaian teknologi di sepakbola.

    Kembali kepada McCarthy, ia berkata bahwa saat ini banyak kesebelasan di liga di Eropa sudah melakukan pendekatan latihan pramusim yang sama sekali berbeda dengan masa terdahulu. Banyak yang sudah berubah, termasuk jenis perhatian terhadap detail yang tak terbayangkan beberapa tahun yang lalu.

    Salah satu faktor yang paling signifikan adalah kepada pelatih kebugaran, bukan manajer atau asistennya, yang biasanya lebih banyak mengambil alih latihan pramusim selama dua minggu pertama.

    "Saya hampir merasa seperti makan gaji buta selama dua minggu pertama," ujar Terry Connor, asisten McCarthy saat di Wolves dulu. Ia mengatakan bahwa pelatih kebugaran dan pengkondisian adalah orang-orang yang paling sibuk menyiapkan pramusim.



    Teknologi GPS Sangat Membantu

    Penggunaan teknologi yang paling berpengaruh, menurut Connor adalah GPS (Global Positioning System). Unit GPS yang terkoordinasi dengan monitor denyut jantung bisa dihubungkan ke laptop atau komputer di pinggir lapangan yang memberikan hasil real-time, artinya dapat dilihat dan dianalisisi pada saat itu juga.

    Ini adalah alat yang luar biasa yang digunakan oleh klub-klub top di Eropa dan memungkinkan pelatih untuk mengakses berbagai data pada setiap pemain dengan satu sentuhan di mouse dan keyboard komputer.

    "GPS adalah hal yang berpengaruh saat ini dalam hal mencari tahu intensitas latihan pemain. Ini meliputi juga perbandingan statistik," kata Tony Daley, mantan pemain sayap Aston Villa yang saat ini menjadi pelatih kebugaran.

    "Jika, misalnya, kita tahu bahwa seorang pemain bisa mencakup 9 km (distance covered) dalam sebuah pertandingan dan dia hanya melakukan 2,5 km saja yang merupakan lari berintensitas tinggi, lalu mengapa kita meminta dia untuk mencakup jarak yang jauh berbeda saat latihan, misalnya dengan latihan lari jarak jauh? Kami ingin membuat latihan agar bisa bermanfaat dalam pertandingan."

    Hal ini juga membantu menjelaskan bahwa sebenarnya tidak semua pemain terus berlari selama 90 menit pertandingan. Biasanya tidak lebih dari tiga menit total pemain melakukan sprint pada sebuah pertandingan. Bisa dibilang, pemain sepakbola yang baik adalah mereka yang bisa melakukan pemulihan secara cepat.

    Menu Latihan Pramusim yang Umum Saat Ini

    Saat ini, umumnya kebanyakan latihan akan selesai pada tengah hari, yang akan memberikan pemain jam istirahat sebelum makan siang dan kemudian lanjut melakukan latihan sore yang lebih intensif dua jam setelahnya.

    Secara umum, menu latihan pramusim adalah:



    • Pukul 07:00-08:00 Sarapan ringan.
    • Pukul 08.30-09.30 Pemain ke gym dan biasanya akan dibagi menjadi dua kelompok, bergantian antara melakukan latihan melompat dan sesi angkat berat. Pemain diberikan pemulihan protein shake segera setelah itu.
    • Pukul 09.30-10.30 Sarapan (sereal/buah/telur).
    • Pukul 11:00-siang Peregangan dengan pemain yang dibagi menjadi dua kelompok, bergantian antara T-test (kecepatan/kelincahan) dan head-tennis.
    • Pukul 13:00 Makan siang (karbohidrat dan protein).
    • Pukul 15:00-15:30 Pemanasan dinamis.
    • Pukul 15:30 Pemain dibagi menjadi dua kelompok, bergantian antara sesi daya tahan dengan bola (dribel dengan bola melewati cone dan melompati rintangan selama 4 menit) dan sesi “kucing-kucingan”. Setidaknya tiga kali set pada setiap latihan.
    • Pukul 16:00-16:30 Pemain harus menyelesaikan tiga kali lari 800 m dalam tiga menit, dengan tiga menit istirahat di antara set.
    • Pukul 16:30 Pendinginan 10 menit diikuti oleh mandi es dan pijat.
    • Pukul 18:00 Makan malam (karbohidrat dan protein).

    Biasanya setiap dua atau tiga hari sekali, sesi sore (pukul 15:30) akan dimanfaatkan untuk latihan simulasi bertanding. Menu latihan pramusim ini biasanya berlangsung selama 4-6 minggu untuk pengkondisian kembali para pemain, tapi lamanya bisa tergantung dari jadwal dimulainya kompetisi terdekat (liga domestik atau kualifikasi turnamen tingkat benua).



    Jenis Tes, Teknologi, dan Tata Cara yang Biasanya Dilaksanakan

    Akhir musim

    Pertama-tama, para pemain biasanya dipersilakan istirahat total selama dua minggu di akhir musim, tapi mereka diberikan program untuk mereka ikuti selama empat minggu ke depan yang mengharuskan mereka untuk berlatih selama 45 menit setiap hari, memastikan bahwa mereka kembali untuk pramusim dalam bentuk yang wajar dan mendekati tingkat normal kebugaran.

    Pengujian rutin

    Biasanya dilakukan empat tes setiap tahun: pada awal pramusim, akhir pramusim, akhir Desember (tergantung pada jadwal pertandingan), dan akhir musim; untuk mengukur kecepatan/kelincahan, daya tahan, kekuatan kaki pemain, dan kapasitas aerobik. Hasilnya dicatat dan pemain diharapkan untuk tetap dalam kisaran tertentu setiap kali diuji.

    Timbangan dan pengujian lemak tubuh

    Para pemain secara teratur ditimbang, termasuk sebelum dan setelah setiap sesi latihan selama pramusim, cairan juga terus dipantau. Mengukur komposisi tubuh pemain untuk mengetahui massa otot-ramping (lean-muscle mass) dan berapa persen lemak di dalam tubuh mereka. Pemain perlu untuk mempertahankan target mereka.

    Monitor denyut jantung dan GPS

    Monitor denyut jantung dan unit GPS bersama dengan perangkat lunak real-time yang umumnya sepaket. Data instan yang disediakan perangkat GPS memungkinkan pelatih untuk memantau kinerja fisik pemain mereka selama latihan berlangsung. Latihan akan langsung direplikasikan kepada pertandingan. Contoh alat tes yang marak digunakan kesebelasan Eropa saat ini: GPSports, Adidas miCoach, Nike+, Prozone GPS player tracking, STATSports, dan lain-lain.

    Perkembangan Latihan Pramusim Saat Ini

    Saat ini, latihan pramusim sudah lebih terstruktur dan ilmiah. "Anda dapat memantau beban kerja Anda sendiri dan ada lebih banyak ilmu yang terlibat dalam pramusim," ujar Wilbraham.

    "Ini adalah kerja keras, tapi ada tujuan di balik semua yang Anda lakukan dan itu bukan hanya merupakan lari dan lari terus. Sekarang Anda memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencapai awal musim dengan tidak adanya cedera karena semua yang Anda lakukan akan dimonitor."

    "Sekarang Anda bisa benar-benar melihat dan menendang bola sepak langsung pada hari pertama setelah Anda kembali [dari liburan off-season] dan semuanya jauh lebih menyenangkan," tutupnya.

    Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu saja, latihan pramusim sudah banyak berkembang. Ini juga yang membuat Dr. Karl-Heinrich Dittmar, kepala departemen medis di Bayer 04 Leverkusen, menyatakan bahwa ia tidak percaya jika pemain dari 20 tahun yang lalu akan mampu bersaing dalam permainan modern saat ini.

    Bagaimana dengan pramusim di Indonesia? Meskipun sedang tidak ada kompetisi, tapi sepertinya Indonesia masih menerapkan latihan pramusim yang konvensional, yaitu memperbanyak lari dan lari lagi. Semoga ke depannya kita bisa menerapkan teknologi seperti yang sudah banyak diterapkan sepakbola Eropa.

    ----

    Referensi ilmiah:

    Agel J, Schisel J (2012) Practice injury rates in collegiate sports, Clinical Journal of Sports Medicine, DOI: 10.1097/JSM.0b013e3182717983
    Brito J, Rebelo A, Soares JM, Seabra A, Krustrup P, Malina RM (2011) Injuries in youth soccer during the preseason. Clinical Journal of Sports Medicine, 21:259-260.

    Kraemer R, Knobloch K (2009) A soccer-specific balance training program for hamstring muscle and patellar and Achilles tendon injuries: an intervention study in premier league female soccer. American Journal of Sports Medicine, 37: 1384-1393

    Sumber tambahan (wawancara diambil dari): The Guardian, Western Daily Press.

    ====

    *ditulis oleh @DexGlenniza dari @panditfootball



    (roz/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game