Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Festive Period, Cedera, dan Aktivitas Transfer Musim Dingin di Inggris

    Dex Glenniza - detikSport
    Getty Images Getty Images
    Jakarta -

    Dalam sepuluh tahun terakhir, Liga Primer Inggris selalu berada di posisi teratas dalam urusan transfer di musim dingin (bursa transfer Januari). Mereka sudah menghabiskan 1,05 milyar poundsterling dalam sepuluh musim. Angka ini adalah hampir dua kali lipat dari Serie A Italia yang berada di urutan kedua (514,31 juta pounds).

    Di bawah Italia juga masih ada Liga Primer Rusia (390,98 juta pounds), Bundesliga Jerman (280,92 juta pounds), La Liga Spanyol (254,37 juta pounds), Ligue 1 Prancis (248,99 juta pounds), dan Liga Super Tiongkok (222,30 juta pounds).



    Grafik perbandingan tujuh besar liga dengan pengeluaran dan pemasukan transfer musim dingin dalam 10 tahun terakhir (angka yang ditunjukkan dalam juta poundsterling) – sumber: Transfermarkt.

    Inggris, terutama Liga Primer-nya, memang sudah diakui menjadi tujuan umum para pemain dan manajer sepakbola dari seluruh dunia. Ini mungkin yang membuat aktivitas perpindahan pemain di Liga Primer begitu sibuk.

    Kesibukan dalam bentuk pengeluaran (pemain masuk) yang lebih besar daripada pemasukan (pemain keluar) adalah konsekuensi dari semua ini. Bayangkan, musim lalu (2014/15) saja Liga Primer harus menguras kocek sebesar 110 juta pounds untuk mendatangkan total 227 pemain selama satu Bulan Januari tersebut (termasuk peminjaman dan pengembalian pemain dari pinjaman).

    Dalam satu bulan itu padahal ada lebih banyak pemain yang keluar, yaitu tepatnya 295 pemain, namun dengan nilai transfer yang lebih sedikit, 87,6 juta pounds. Ini artinya jumlah aktivitas transfer tidak otomatis menentukan nilai transfer, karena bisa saja ada satu pemain yang memiliki harga fantastis yang datang ke Liga Primer berbanding, misalnya, lima pemain yang keluar Liga Primer tetapi memiliki harga yang rendah.

    Bahkan musim ini, ketika Bulan Januari sudah hampir sampai tiga pekan, sudah ada 168 pemain yang masuk (69,60 juta pounds) dibandingkan dengan 111 pemain yang keluar (2,19 juta pounds).

    Jika kita melihat secara spesifik, kenapa ada jarak yang besar antara Liga Primer dengan liga lainnya jika kita sudah fokus khusus pada jendela transfer musim dingin?

    Kesebelasan Ingin Mendatangkan Pemain

    Kita semua tentunya menyukai transfer, ada banyak alasannya, seperti yang pernah kami bahas (Baca: Kenapa Semua Orang Menyukai Transfer?). Tapi, jika kita melihat dari perspektif sebuah kesebelasan (bukan suporter), sebenarnya ini bukan urusan "suka" atau "tidak suka", melainkan "ingin" atau "butuh".

    Kesebelasan menginginkan pemain baru, dari mulai peringkat satu sampai kesebelasan juru kunci.

    Kesebelasan papan atas menginginkan pemain baru karena mereka harus mempertahankan performa mereka agar terus bisa bersaing di papan atas supaya juara atau setidaknya lolos ke kompetisi Eropa.

    Sementara kesebelasan papan bawah menginginkan pemain baru tentu karena mereka ingin meningkatkan performa mereka agar bisa lolos dari zona degradasi dan bertahan di Liga Primer. Ini adalah investasi.

    Keinginan mereka sejalan juga dengan harapan bahwa pemain yang baru datang akan memberikan dampak positif bagi kesebelasan mereka. Ini bisa jadi perjudian ataupun tidak, seperti misalnya saat ini Manchester United yang dikaitkan dengan Sadio Mané dan Felipe Anderson.

    Mané adalah pemain Liga Primer yang bermain di Southampton, sementara Anderson bermain di SS Lazio di Serie A. Mendatangkan Mané akan mengakibatkan perjudian yang lebih kecil daripada Anderson, karena Mané tak perlu lagi beradaptasi (secara teori). Sedangkan Anderson harus beradaptasi dengan berbagai urusan di dalam dan luar lapangan, mulai dari gaya bermain Liga Primer, taktik kesebelasan, makanan, cuaca, bahasa, dan lain-lain.



    Jendela transfer musim dingin memang dianggap sebagai "perbaikan" alih-alih "pembangunan". Tidak ada waktu yang cukup untuk melakukan
    "pembangunan" di Bulan Januari yang sudah setengah kompetisi, tidak seperti transfer musim panas di mana pemain dilibatkan di pra-musim sehingga membuat mereka lebih bisa beradaptasi dan kesebelasan melakukan pembangunan.
     
    Inti Masalah: Kesebelasan Butuh Mendatangkan Pemain

    Sekarang, kita beralih ke pembahasan berikutnya. "Ingin" dan "butuh" itu perbedaanya memang sangat tipis. Kesebelasan Liga Primer biasanya butuh pemain baru karena tiga alasan ini: pemain cedera, pemain pindah, dan pemain dilarang tampil (akumulasi kartu atau bentuk hukuman jangka panjang lainnya).

    Alasan ini bisa bertambah menjadi empat dalam kasus khusus ketika beberapa pemain dari negara-negara di Benua Afrika terlibat di Piala Afrika CAF yang tahun ini tidak ada.

    Dari tiga (atau empat) alasan di atas, kita bisa melihat satu alasan yang paling mudah disorot, yaitu cedera.

    Jika aktivitas transfer musim dingin Liga Primer terjadi lebih banyak dibanding dengan liga-liga lainnya, maka kita bisa berhipotesis bahwa lebih banyak pemain Liga Primer yang menderita cedera saat musim dingin.

    Seperti yang sudah dibahas pada tulisan sebelum ini (Cedera Musiman yang Memuncak di Boxing Day), secara umum pemain memang lebih rentan cedera pada musim dingin.

    Menurut laporan dari Elite Club Injury Study dari UEFA, pemain di Liga Inggris kemungkinan dua kali lipat akan mengalami cedera di Bulan Januari, Februari, dan Maret, dibanding dengan liga Eropa lainnya yang menerapkan winter break. Sementara pada April dan Mei, risiko ini naik lagi menjadi empat kali lebih tinggi.



    Cedera metatarsal yang terkenal dari David Beckham (April 2002) dan Wayne Rooney (April 2006) adalah dua contoh cedera yang terjadi karena tulang mengalami kelelahan. Faktor utama dari kasus cedera pemain bukanlah banyaknya jumlah pertandingan, karena hampir semua liga domestik di Eropa memainkan 30-40 pertandingan setiap musimnya, melainkan jarak antar satu pertandingan ke pertandingan lainnya yang terlalu dekat dan berturut-turut.

    Liga Primer beserta tiga divisi di bawahnya sudah terkenal menerapkan festive period ketika liga-liga lain melaksanakan jeda atau libur kompetisi saat Natal dan Tahun Baru. Pada festive period ini lah kesebelasan dituntut untuk banyak bermain dalam waktu yang relatif singkat, bisa empat pertandingan dalam 12 hari.

    Mari tengok kasus cedera di Liga Primer saat ini. Menurut Physio Room, ada lebih dari 100 pemain yang harus absen karena cedera pada awal tahun ini. Tidak heran saat ini ada lebih banyak kesebelasan asal Inggris yang menghiasi gosip dengan banyak dihubungkan dengan beberapa pemain, karena mereka harus menambal lubang yang ditinggalkan oleh pemain-pemain yang cedera ini.

    Jalan Keluar untuk Kita Semua

    Jika kita mengerucut pada laporan di atas, sebenarnya Inggris memang membutuhkan winter break. Tapi bagi kita sebagai penonton, aktivitas transfer akan selalu menarik untuk terus kita simak. Kemudian bagi manajer kesebelasan, transfer mereka anggap sebagai keinginan dan kebutuhan yang tak jarang bercampur. Namun bagi pemiliki kesebelasan, sebenarnya mereka lebih memilih untuk tidak mengeluarkan uang transfer saja, apalagi di Bulan Januari yang sudah setengah kompetisi.

    Sibuknya aktivitas transfer di Liga Primer Inggris dalam satu dekade terakhir menunjukkan kepada kita bahwa festive period (termasuk Boxing Day di dalamnya) adalah saat di mana cedera demi cedera kemungkinan besar akan bermunculan.

    Ini juga bukan kebetulan jika festive period terjadi tepat sebelum jendela transfer musim dingin dibuka. Memang tidak semua pemain yang datang pada transfer musim dingin adalah mereka yang tidak cocok, namun kebutuhan akan transfer semakin meningkat akibat dari konsekuensi-konsekuensi yang bermunculan dari festive period tersebut, terutama masalah cedera.

    Kita sudah belajar banyak dari kasus cedera, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Tapi ini bukan masalah parah atau tidaknya kasus cedera, melainkan lebih ke banyak atau tidaknya kasus cedera.

    Masalahnya, kita semua menyukai tontonan sepakbola dan liburan, apalagi kombinasi di antara keduanya yang terjadi pada festive period. Jika festive period ditiadakan dan Liga Inggris diliburkan sesaat, bisa jadi aksi protes akan lebih banyak terjadi daripada kasus cedera pemain. Jadi kalau mau menyalahkan adanya hubungan antara festive period, cedera, dan aktivitas transfer musim dingin di Inggris, salahkan saja dewa sepakbola. Semuanya dilakukan karena ingin memuaskan sang dewa sepakbola. Siapa itu dewa sepakbola? Ia adalah kita: penonton sepakbola.

    ====

    *Penulis biasa membahas tema-tema terkait Sport Science dan menulis untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @DexGlenniza.



    (roz/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game