Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Mengenang Gol Emas Ahn Jung-Hwan

    Abelio Pramayoga - detikSport
    Anh Jung-Hwan saat melawan Italia di Piala Dunia 2002 (Foto: Ben Radford/Getty Images) Anh Jung-Hwan saat melawan Italia di Piala Dunia 2002 (Foto: Ben Radford/Getty Images)
    Jakarta - Pada tanggal ini, 18 Juni, tepat 15 tahun lalu ada insiden menyakitkan untuk persepakbolaan Italia. Semua itu karena satu pemain: Ang Jung-Hwan.

    Tapi bagi publik sepakbola Korea Selatan, itu adalah salah satu hari terindah mereka. Ketika itu mereka mampu menyingkirkan Italia pada babak 16 besar Piala Dunia 2002 secara dramatis.

    Ahn menjadi pahlawan berkat gol emasnya pada babak tambahan waktu. Selain karena merupakan penentu kemenangan, gol tersebut memang terjadi saat sistem golden goal masih berlaku.

    Kejadian tersebut juga dianggap momen kebangkitan sepakbola Asia. Untuk pertama kalinya gelaran Piala Dunia hadir di benua terbesar ini, dengan Jepang dan Korea Selatan jadi tuan rumah bersama. Bahkan tim Negeri Ginseng bisa melaju hingga babak semifinal, sebuah prestasi yang luar biasa.

    Korea Selatan memang tampil gemilang pada saat itu. Tergabung di Grup D bersama Portugal, Polandia, dan Amerika Serikat, tak ada yang memprediksi Taeguk Warriors dapat lolos grup. Bahkan, sekadar memprediksi timnya menang di laga perdana melawan Polandia juga tak berani.

    Apalagi setelah lolos dari grup tersebut mereka harus bertemu tim kuat Italia. Namun lagi-lagi mereka memberi kejutan dengan memenangkan pertandingan. Kejutan selanjutnya juga terjadi saat menyingkirkan Spanyol pada perempatfinal. Langkah Korea Selatan baru terhenti oleh Jerman pada fase semifinal.

    Hingga kini, Korea Selatan menjadi satu-satunya tim Asia yang mampu menembus semifinal Piala Dunia. Namun, setelah itu, di tiga edisi berikutnya, prestasi Korea Selatan cenderung menurun. Korea Selatan bahkan dua kali tidak lolos grup dari tiga edisi Piala Dunia (2006 & 2014). Prestasi terbaik Korea Selatan setelah itu adalah menembus babak 16 besar Piala Dunia 2010 sebelum ditaklukkan Uruguay 1-2.



    Kenangan soal Korea Selatan di atas kemudian jadi cerita tersendiri. Bukan hanya karena prestasinya saja tapi juga kejadian kontroversial pada saat menghadapi Italia.

    Ditendang dari Perugia

    Keberhasilan Ahn Jung-hwan membawa Korea Selatan mengalahkan Italia pada babak 16 besar Piala Dunia 2002 membuat namanya dipuja oleh segenap rakyat Korea Selatan saat itu. Di sisi lain, gol tersebut menjadi duka untuk Italia sekaligus menjadi pelampiasan amarah kepada wasit yang dianggap merugikan timnasnya.

    Kekalahan ini membuat segenap masyarakat Italia kesal termasuk klub tempat Ahn berkarier Perugia. Ahn dipinjamkan ke klub Italia tersebut pada 2000 setelah tampil bagus bersama klub lamanya, Busan Daewoo. Selama dua tahun kariernya, ia tampil 30 kali dan mencetak 5 gol. Meski begitu, Ahn mengatakan pemain Perugia seperti tak menganggap dirinya bermain untuk klub tersebut dan sering diabaikan.

    "Mereka jarang memberikan bola kepada saya di depan gawang, walaupun mereka dalam posisi sulit untuk mencetak gol," paparnya.

    Ia bahkan pernah mendapat perlakuan rasis dari salah satu pemain senior Perugia, Marco Materazzi. Materazzi memang lekat dengan kontroversi dan tentu masih lekat di ingatan ketika ia memprovokasi Zinedine Zidane pada laga final Piala Dunia 2006 yang berujung Zidane menanduk dadanya dan diusir wasit.

    "Dia tiba-tiba masuk ke ruang ganti dan meneriaki saya di depan semua orang; saya disebut bau 'bawang putih'. Saya awalnya tidak mengerti tapi penerjemah saya, wajahnya memerah dan terlalu malu untuk mengatakan artinya kepada saya," ujar Ahn seperti dikutip Telegraph.

    Usai kekalahan itu, Perugia langsung memecat Ahn karena beralasan kesal dengan komentar yang dilontarkan Ahn soal sepakbola Italia.Meski demikian, komentar yang dimaksud tak pernah terbukti dan diduga mereka memecat Ahn hanya karena kesal Italia kalah oleh Korea Selatan.Ini diperkuat oleh pernyataan presiden klub Perugia yang mengatakan Ahn telah merusak citra sepakbola Italia.

    Mengenang Gol Emas Ahn Jung-HwanAhn Jung-Hwan di Piala Dunia 2006 (Foto: Laurence Griffiths/Getty Images)


    "Dia hanya fenomenal saat melawan Italia. Saya seorang nasionalis dan saya menganggap perilaku seperti itu tidak hanya penghinaan terhadap Italia tapi juga pelanggaran bagi Italia yang dua tahun lalu membuka pintu kepadanya. Saya tidak berniat untuk menggaji pemain yang telah merusak nama baik sepakbola Italia," ujar presiden klub Perugia saat itu, Luciano Gaucci merujuk kepada Ahn dikutip dari La Gazzetta dello Sport.

    Mengenang Gol Emas Ahn Jung-HwanAhn Jung-Hwan di Piala Dunia 2010 (Getty Images/Lars Baron)

    Tentu saja, Ahn kecewa dengan pernyataan tersebut dan ia merasa telah diperlakukan semena-mena oleh Perugia. Namun, Perugia kemudian meminta maaf kepada Ahn atas pernyataan tersebut dan justru kembali menawarkan dirinya untuk bermain di sana secara permanen dan kontrak 3 tahun.

    Nasi sudah menjadi bubur. Ahn terlanjur kecewa dengan pernyataan mereka sebelumnya dan ia pun menolak mentah-mentah penawaran tersebut.

    "Saya takkan pernah membahas soal transfer Perugia, yang telah menghina saya ketimbang menyelamati saya untuk gol saya di Piala Dunia," tegas Ahn dikutip dari FourFourTwo.

    Mengenang Gol Emas Ahn Jung-HwanAhn Jung-Hwan saat Perugia menghadapi Inter Milan (Foto: Grazia Neri/Getty Images)

    Pelatih Korea saat itu, Guus Hiddink, mengecam sikap kekanak-kanakan Perugia yang memecat Ahn setelah Korea mengalahkan Italia. Ia menilai Perugia bersikap tidak profesional dalam menanggapi kekalahan tersebut.

    Setelah menolak Perugia, ia lebih banyak menghabiskan kariernya secara singkat di beberapa negara di dunia, seperti di Jepang (Shimizu S-Pulse, Yokohama Marinos), Prancis (Metz), hingga Jerman (MSV Duisburg). Terakhir, ia bermain untuk kesebelasan Tiongkok, Dalian Shide pada 2009.

    Ahn juga masih sempat membela timnas setelah Piala Dunia 2002 ketika Korea lolos ke Piala Dunia 2006. Ia bahkan mencetak gol pada laga perdana melawan Togo melalui tendangan bebasnya. Sayang, Korea harus angkat koper lebih awal pada edisi itu.

    Pensiun sebagai Pahlawan Negara

    Pada 30 Januari 2012, pria berusia 41 tahun ini akhirnya resmi mengumumkan pensiun total dari dunia sepakbola. Ahn telah tampil sebanyak 71 kali bersama timnas dan mencetak 17 gol; termasuk gol emas ke gawang Italia. Ia juga tampil di tiga edisi Piala Dunia yakni 2002, 2006, dan 2010. Di Piala Dunia 2010, Ahn tak sempat merasakan atmosfer kompetisi itu untuk terakhir kalinya karena tak pernah dimainkan.

    Selama 14 tahun karier profesionalnya, Ahn telah merasakan bermain di berbagai negara di dunia dan ia mengaku pengalaman tersebut menjadi pelajaran hidup baginya. Ia juga mengungkapkan setelah pensiun, ia hanya ingin hidup normal bersama keluarganya.

    "Saya telah merasakan budaya sepakbola yang berbeda di berbagai negara, dan itu merupakan keberuntungan buat saya. Saya telah merasakan Piala Dunia tiga kali, dan saya telah menikmati semua yang bisa dinikmati oleh pesepakbola," ucap Ahn dilansir Goal.com

    "Selama 14 tahun karier saya, saya telah berkorban banyak untuk keluarga saya. Sekarang saya ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga saya dan menjadi ayah.Saya telah bekerja keras selama ini dan saya merasa masih bisa bermain. Tapi di sisi lain, saya merasa tertekan dengan ekspektasi orang-orang kepada saya," lanjutnya.

    ***

    Ahn Jung-hwan adalah gambaran bahwa profesionalitas harus ditegakkan saat bermain untuk negara sekalipun menghadapi negara yang merupakan asal klubnya. Gol emasnya menyingkirkan Italia sekaligus mengukir sejarah untuk negaranya. Sayangnya, Perugia tidak melihat Ahn Jung-hwan sebagai pemain profesional dan justru melakukan tindakan kekanak-kanakan dengan memecatnya.

    Pelatih Perugia saat itu, Serse Cosmi, justru mengakui Ahn adalah pemain yang hebat di tengah gencarnya penolakan pihak klub saat itu. "Ahn adalah seorang pemain yang potensial. Saya takkan menolak jika klub mau memperpanjang kontraknya," ujarnya saat itu dilansir BBC Sport.

    Jika pelatihnya saja mau mendukung, maka jajaran petinggi klubnya tidak profesional dalam menanggapi kekalahan tersebut. Profesionalisme Ahn patut diacungi jempol dan pantas dijadikan contoh bagi seluruh pemain agar tidak terbawa sentimen apapun saat membela negaranya. Mungkin hingga kini, Italia masih menganggap Ahn sebagai perusak sepakbola negara itu. Namun, Korsel akan selalu mengenangnya sebagai pahlawan yang tak terlupakan dengan gol emasnya.


    (mrp/raw)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game