Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Football Story

    Mes Que un Club: Barca sebagai Sebuah Klub dan Brand

    Rossi Finza Noor - detikSport
    Foto: Reuters Foto: Reuters
    Jakarta - Sudah sejak lama sepakbola bukan lagi sekadar permainan di atas lapangan, tetapi juga di atas lantai bisnis. Klub sepakbola pun ikut berubah jadi brand global.

    Maka, jangan heran jika banyak klub-klub Eropa mengagendakan acara "jalan-jalan" ke negeri-negeri yang amat jauh pada saat persiapan pramusim. Memang, tidak setiap musim. Biasanya, tur pramusim klub-klub Eropa juga memperhitungkan beberapa faktor, seperti ada atau tidaknya turnamen musim panas --Piala Eropa, Copa America, Olimpiade-- pada tahun itu atau tidak.

    Namun, kalau pun ada, tetap saja tidak menghentikan klub-klub Eropa itu untuk tur ke Asia. Lihat saja tahun ini. Adanya Piala Eropa dan Copa America tidak menghentikan klub-klub seperti Manchester United dan Manchester City untuk terbang ke China. Konsekuensinya, mereka tidak bisa datang dengan kekuatan penuh alias tidak dengan skuat terbaik. Alasannya sederhana, pemain-pemain bintang mereka --yang kebanyakan bermain di turnamen musim panas-- masih diberikan libur lebih panjang.

    Kalaupun ikut serta dalam tur tersebut, ada kemungkinan bintang-bintang tersebut tidak akan dimainkan. Lihat saja Wayne Rooney. Kapten United itu tetap dibawa oleh Jose Mourinho ke China. Namun, Mourinho sudah dari jauh-jauh hari mengatakan kalau ada kemungkinan Rooney tidak akan dimainkan sama sekali di China, di mana United bertanding melawan Borussia Dortmund dan City.

    Toh, meski demikian, pendukung United cukup beruntung. Beberapa pemain anyar United, seperti Henrikh Mkhitaryan dan Eric Bailly, masih bisa dimainkan. Sejumlah bintang seperti Juan Mata, Mkhitaryan, dan Luke Shaw juga masih bisa menghadiri acara peluncuran kostum baru klub. Ya, inilah cerminan tur pramusim klub Eropa: Selain untuk mengasah diri dan beruji tanding, ada juga acara komersial yang penting untuk sisi bisnis.

    Tur pramusim sendiri adalah perkara untuk mempertahankan brand awareness, selain juga menemui fans yang mendukung dari jauh. Asia, tentu saja, adalah salah satu tujuan yang paling diminati --selain juga Amerika Serikat, di mana dalam beberapa tahun terakhir mulai sering menghelat turnamen antara tim-tim besar Eropa. Banyaknya basis pendukung di kawasan Asia membuat klub-klub besar Eropa memiliki pasar untuk dijaga.

    Sebagai sebuah klub besar, dan dengan basis pendukung yang banyak pula, Barcelona sadar akan hal ini. Mereka tidak bisa menampik bahwa ada keinginan untuk mengunjungi negara-negara Asia (termasuk Asia Tenggara) untuk menyapa fans. Di Indonesia saja, pertanyaan "kapan Barcelona akan datang?" sudah sering dilontarkan.

    Indonesia punya banyak fans Barcelona. Sebagai gambaran saja, komunitas Indo Barca menyebut bahwa anggota mereka untuk wilayah Jakarta saja berjumlah 12.000 orang. Sementara itu, seperti diungkapkan oleh Managing Director Barcelona untuk Asia Pasifik, Xavier Asensi, situs resmi Barca berbahasa Indonesia (www.fcbarcelona.co.id) menempati urutan ketiga --setelah bahasa Inggris dan Spanyol-- untuk urusan "paling sering diakses". Oleh karenanya, ada alasan kuat untuk mendatangkan El Barca ke Indonesia.

    Namun, seperti yang dikatakan oleh Asensi dalam beberapa kesempatan wawancara dengan detikSport, termasuk pada Kamis (21/7/2016) lalu, ia tidak ingin klubnya datang dengan setengah-setengah. Artinya, ia ingin Barca datang dengan membawa tim utama mereka. Tentunya, seperti sudah disebutkan di atas, sulit untuk dilakukan pada tahun-tahun di mana ada turnamen musim panas.

    "Ini bukan tentang kemenangan saja, tapi juga soal bagaimana cara meraih kemenangan itu. Saya pikir, media dan fans juga paham bahwa begitulah cara kami bermain," ujar Asensi, menganalogikan bahwa kedatangan Barca dengan bintang-bintang utama mereka tentu lebih berkualitas ketimbang asal datang dan membawa pemain mana pun.


    Barcelona sebagai Sebuah Brand

    Sebagai orang yang menyandang jabatan penting untuk Barca di Asia Pasifik, Asensi sudah sering mengurusi bisnis timnya di region tersebut, termasuk Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, ia ikut mengurusi penandatanganan kontrak antara Barca dan dua buah brand: Bank Mega dan OPPO.

    Asensi paham betul bahwa dalam dunia sepakbola modern, bisnis juga merupakan sisi penting untuk menunjang kehidupan klub. Barca bukan klub sembarangan. Mereka besar karena berbagai faktor, mulai dari sejarah hingga raihan trofi. Mereka juga bisa mempertahankan kebesaran itu dengan mendatangkan pemain-pemain kelas satu.

    Tentu, memiliki banyak pemain kelas satu di dalam sebuah tim bukanlah perkara gampang. Untuk menggaet pemain bintang dari klub lain tentu dibutuhkan nilai transfer yang tidak murah. Selain itu, untuk mempertahankan mereka di klub, dibutuhkan juga gaji yang tidak sedikit.

    Ketika detikSport menanyakan apakah skuat Barca saat ini butuh pembaruan atau pengembangan, Asensi justru menjawab bahwa apa yang dibutuhkan Barca saat ini adalah menjaga dan mempertahankan konsistensi, baik dari sisi skuat ataupun torehan prestasi, yang mana bisa jadi lebih berat ketimbang mendatangkan pemain anyar atau meraih trofi.

    Asensi membenarkan bahwa ada beberapa tim mengajukan tawaran untuk pemain Barca dalam beberapa musim terakhir, yang mana jadi ujian tersendiri buat Barca untuk mempertahankan mereka agar tidak goyah dengan godaan dari klub lain. Baginya, para pemain pada akhirnya adalah pesepakbola profesional dan, terkadang, godaan tidak bisa dihindarkan. Pada akhirnya, Barca juga butuh revenue untuk bisa mempertahankan pemain-pemain utamanya.

    "Ketika saya membaca berita di koran atau dengan para petinggi klub, selalu saja ada klub yang menginginkan pemain kami. Anda tahu bahwa ada banyak tawaran untuk pemain-pemain kami, salah satunya adalah Neymar. Tapi, akhirnya dia justru memperpanjang kontrak bersama kami. Jadi, bagaimana cara kami untuk terus memperbaiki skuat, itu bukan perkara mudah," ucapnya.

    "(Musim ini) kami sudah mendapatkan tiga pemain: Denis Suarez, (Samuel) Umtiti, dan Lucas Digne. Kami terus berusaha untuk mendatangkan pemain untuk musim ini. Tapi, untuk mempertajam kualitas, saya pikir cukup sulit. Ketimbang mempertajam, lebih baik kami memikirkan bagaimana mempertahankan level kompetitif kami, yang mana itu akan jadi tantangan kami. Tapi, saya yakin, skuat yang kami miliki saat ini sangat bagus. Jika bukan yang terkuat, skuat kami adalah salah satu yang terkuat saat ini."


    Tidak lama setelah wawancara tersebut berlangsung, Barca berhasil mendatangkan satu pemain lagi, yakni Andre Gomes. Gomes, sama seperti halnya Umtiti, masih berusia awal 20-an. Selain pemain bagus, keduanya juga masih memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh. Gomes sendiri sempat dikabarkan diincar oleh Real Madrid dan Manchester United sebelum ini.

    Media Spanyol, AS, menyebut bahwa Gomes didapatkan dengan harga 35 juta euro, plus 20 juta euro sebagai klausul tambahan tergantung dari performanya bersama Los Cules. Artinya, Barca bisa membayar 55 juta euro kepada klub Gomes sebelum ini, Valencia. Jelas, 35 juta euro bukanlah nilai yang sedikit. Tapi, bagi Barca, ini perkara mudah.

    Mei lalu, Forbes melansir daftar klub-klub paling bernilai di dunia. Hasilnya, Barca menempati urutan kedua. Mereka memiliki value (nilai) sebesar 3,5 miliar dolar AS dengan revenue sebesar 570 juta dolar AS. Barca hanya kalah dari Real Madrid di daftar tersebut dan unggul atas klub-klub kaya Premier League seperti Manchester United (posisi ketiga) dan Manchester City (posisi keenam), juga klub kaya Jerman, Bayern Munich (posisi keempat).

    Dengan makin gencarnya klub-klub Eropa mengembangkan diri --tidak hanya semata sebagai klub sepakbola, tetapi juga gurita bisnis dan brand--, ini memberi khasanah baru pada moto yang dimiliki Barca, yakni "Més Que un Club". Dalam bahasa Inggris, moto tersebut berarti "More than A Club" --"Lebih dari Sekadar Klub".


    Dalam sejarahnya, "Més Que un Club" merupakan gambaran identitas Barca yang bukan sekadar klub, tetapi juga sebagai perwakilan dari rakyat Catalunya. Tapi, dengan status Barca sebagai salah satu klub paling bernilai, dan di dalam dunia bisnis sepakbola, moto tersebut berubah menjadi brand personality (identitas brand) dari Barca.

    Asensi tidak menampik bahwa dari sisi kekuatan finansial, tim-tim Premier League lebih unggul. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika sekarang banyak tim papan tengah bisa membeli pemain hingga belasan juga poundsterling. Semua ini berkat guyuran uang hak siar yang jumlahnya amat "wah".

    Kendati begitu, Asensi menyatakan bahwa Barca tidak tertarik membandingkan diri dengan klub-klub Premier League. "Sekarang saya tanya kepada Anda," ujarnya kepada detikSport, "sebuah tim sepakbola, tujuannya apakah memenangi trofi atau menjadi yang paling kaya? Memenangi trofi, bukan?"

    "Bilang kepada saya, berapa banyak tim Inggris yang melaju ke final Liga Champions setelah 2008?"

    "Jadi, menurut saya, sangat sulit untuk berkompetisi melawan Premier League, tapi kami bukanlah Premier League. Saya bisa bilang, Premier League telah melakukan pekerjaan yang amat bagus dari sisi bisnis. Tentu, kami juga tidak bisa melupakan sisi bisnis, karena sepakbola sekarang bisnis juga. Tapi, ingat, sebuah klub sepakbola ada untuk memenangi trofi, bukan hanya meraih pendapatan."

    Sebagai sebuah brand, Asensi juga menyebut Barca berbeda karena, tidak seperti kebanyakan klub, Barca dimiliki oleh suporternya sendiri. Barca terdaftar sebagai registered association, yang artinya presiden klub hanya bisa dipilih oleh suporter mereka sendiri dan presiden klub tidak bisa menginvestasikan uangnya kepada klub. Uang yang didapatkan Barca pun berasal dari pendapatan mereka semata, bukan dari pihak luar.

    Inilah, kata Asensi, yang membuat brand Barca berbeda dari klub kebanyakan, yang mana cukup setia pada moto "Més Que un Club" itu sendiri.

    "Tentu saja, pendapat saya bisa dibilang subjektif karena saya memang pendukung Barcelona. Tapi, saya bisa bilang kami berbeda karena lihat kepemilikan kami: Kami tidak dimiliki oleh multi-miliuner dari Rusia atau Amerika Serikat," kata Asensi.

    ====

    *Artikel ini merupakan hasil kerja sama OPPO dan detikcom

    (roz/rin)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game