Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Menpora Cup dan Tradisi Panjang Turnamen di Indonesia

    - detikSport
    Jakarta - Ajang Menpora Cup mengingatkan kita pada banyaknya turnamen-turnamen yang pernah diselenggarakan di Indonesia. Di masa lalu, saat Perserikatan dan Galatama masih terpisah, turnamen yang diikuti klub-klub papan atas tumbuh subur. Turnamen seperti Piala Siliwangi, Piala Marah Halim, atau Piala M. Yusuf kadang berlangsung dalam satu tahun yang sama.

    Kala itu, tidak ada perdebatan serius mengenai jadwal turnamen seperti yang dialami Menpora Cup. Ajang yang akan digelar mulai 20 September ini mengalami sedikit permasalah terkait jadwal yang bentrok dengan agenda Perang Bintang ISL di Jayapura.

    Turnamen-turnamen macam itu, dulu justru jadi arena 'meregangkan otot' di tengah panjangnya jeda kompetisi. Lamanya jeda kompetisi, dengan berbagai sebab dan alasannya, membuat banyak pemain kehilangan arena berkompetisi secara seimbang. Untuk menyiasatinya, kadang para pemain ini mengikuti turnamen-turnamen kecil semacam tarkam.

    Para pemain top mungkin bisa tetap menikmati 'iklim persaingan' karena dipanggil memperkuat timnas. Walau jeda kompetisi cukup panjang, toh agenda timnas tetap saja padat. Mereka, para pemain top ini, bisa tetap menjaga kondisi fisik dan sentuhan bolanya dengan mengikuti pemusatan latihan timnas.

    *

    Beberapa waktu yang lalu, sebuah laman sepak bola internasional menampilkan daftar penyelenggaraan kompetisi di Indonesia. Dalam daftar itu tampak tulisan (kalau diterjemahkan secara bebas): “tidak diselenggarakan”. Misalnya, jika tahun 1952 dan 1954 ada kompetisinya maka tahun 1953 diberi keterangan “tidak diselenggarakan”. Begitu pun jika pada 1954 dan 1957 tampak digelar kompetisi maka tahun 1955 dan 1956 ditulis “tidak diselenggarakan”. Tidak jarang, pada masa itu, daftar dan keterangan itu pun diamini oleh masyarakat pencinta sepak bola Indonesia.

    Jika merujuk pada kompetisi-kompetisi di negara lain, tentu keterangan itu bisa dimaklumi karena kompetisi diselenggarakan setiap tahun. Namun, bagaimana kita, masyarakat pencinta sepak bola Indonesia, memaknai kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1980 dan 1983? Apakah Perserikatan 1981 dan 1982 cukup diberi keterangan “tidak diselenggarakan”? Bagaimana pula dengan kompetisi Galatama 1983/1984 dan 1984? Apakah dalam satu tahun (1984) benar-benar digelar dua kali kompetisi Galatama?

    Faktanya, Perserikatan 1980 digelar pada 21-31 Agustus 1980 dan Perserikatan 1983 pada 21 September sampai 10 November 1983. Tidak ada penyelenggaraan pada 1981 dan/atau 1982. Ya, berdasarkan penelitian, pada masa-masa itu, kompetisi 'Divisi Utama' di Perserikatan digelar 2-3 tahun sekali karena harus memulai dari tingkat bawah yaitu dari level rayon, inter-rayon, zone, interzone, wilayah, dan barulah nasional.

    Kompetisi Perserikatan yang kita kenal, yang disiarkan babak finalnya oleh TVRI, adalah kompetisi Perserikatan di jenjang nasional-nya.
    Kini, hal serupa juga terjadi, tapi tidak sama persis. Jenjang kompetisi itu semakin 'rapi' sejak diadakannya pembagian divisi, dari mulai ISL/IPL, sampai ke level Divisis III.

    Sementara kompetisi Galatama yang 'kekurangan' peserta justru lebih cepat selesai. Sebutlah Galatama 1983/1984 yang digelar pada 30 November 1983 sampai 20 Mei 1984 serta Galatama 1984 yang dimulai pada 4 Agustus 1984 berakhir pada 29 November di tahun yang sama.
    Berkaitan dengan gambaran tadi, hal itu berimbas pula pada penyelenggaraan beberapa turnamen di Indonesia. Pada masa itu, secara umum beberapa turnamen persahabatan bisa digelar tanpa mengganggu kompetisi. Ada masa jeda yang cukup panjang (khususnya bagi Perserikatan) sebagai kata kuncinya.

    Sebutlah turnamen-turnamen bergengsi macam Piala Marah Halim (Medan), Piala Fatahillah (Jakarta), Piala Siliwangi (Bandung), Piala Tugu Muda (Semarang), Piala Surya (Surabaya), dan Piala Jusuf (Makassar). Turnamen-turnamen itu bisa digelar di antara masa kompetisi. Bahkan dalam setahun bisa diselenggarakan 4-5 turnamen dan diikuti oleh tim peserta yang sama. Dan, seperti halnya Menpora Cup yang diikuti oleh peserta dari luar negeri, kadang turnamen-turnamen itu juga melibatkan klub-klub dari luar negeri [soal kehadiran klub luar negeri akan kami ulas dalam artikel berikutnya].

    Dikatakan secara umum karena dalam hal-hal tertentu kadang memang terjadi bentrokan antara turnamen macam ini dengan jadwal kompetisi.
    Persib Bandung misalnya, sebagai juara bertahan usai menjuarai Piala Jusuf IV/1978, Persib 'terpaksa' harus mewakilkannya kepada Persib B untuk mengikuti Piala Surya V/1979. Alasannya, Persib (senior) yang pada periode ini berada di Divisi I harus berjuang di kompetisi Perserikatan 1979 zone Jawa Barat dalam waktu yang hampir bersamaan dengan Piala Surya V/1979.

    Tapi inilah yang tanpa sadar menjadi metode pembinaan pemain muda. Banyaknya turnamen ini, ditambah pemusatan latihan timnas yang selalu panjang, membuat banyak klub harus membagi fokus ini. Dari sinilah para pemain-pemain muda akhirnya merengkuh jam terbang di level senior.

    *

    Jika berkaitan dengan 'kesibukan' antara masa kompetisi dan masa turnamen, kita bisa membandingkannya dengan turnamen di luar negeri. Seperti diketahui, timnas Indonesia pernah mengikuti Merdeka Games Cup 1957 dan 1958 serta 1960, 1961, 1962, dan seterusnya. Lalu, kalau pada 1963 kita tidak ikut serta karena alasan politis, bagaimana dengan 1959? Ternyata, PSSI baru saja sibuk dengan penyelenggaraan Perserikatan 1959. Karenanya, timnas Indonesia tidak bisa ikut serta.

    Masih soal masa jeda. Dalam periode mutakhir, kompetisi Liga Indonesia (LI) musim 2007/2008 sempat mengalami pengunduran jadwal dari 2007 ke 2008. Terkesan ada suasana kompetisi yang lama, yang sejak tahun 2000-an biasa berlangsung setahun sekali.
    Namun, berdasarkan penelitian, waktu kompetisi yang paling lama (di luar Perserikatan), yaitu Galatama II/1980-1982. Pada masa ini, negara RI sedang sibuk-sibuknya. Ada libur bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri-nya, ada SEA Games XI/1981 dan Asian Games IX/1982 serta PON X/1981. Tentu saja ada juga rangkaian pemilihan umum 1982. Apa boleh buat, kompetisi Galatama II/1980-1982 pun dianggap molor. Bandingkan dengan Galatama I/1979-1980.

    Berbicara tentang masa jeda yang lengang (masa-masa 1980-1982), jangankan untuk menyelenggarakan turnamen, untuk menyelesaikan kompetisi saja tidak mudah. Perhatikanlah penyelenggaraan Divisi Utama Perserikatan 1980 (juaranya Persiraja) yang dimulai lagi pada 1983 (juaranya PSMS).
    Bagaimana dengan turnamen? Persib yang sedang berjuang di Divisi I Perserikatan sejak 1978, hanya bisa menggelar Piala Siliwangi pada 1978, 1981, dan 1983. Itu pun pesertanya hanya tiga. Sementara Piala Jusuf terdapat masa jeda di antara Piala Jusuf IX/1980 dan X/1984. Piala Surya? Setelah 1979, tampak menghilang.

    Ya, kehadiran turnamen-turnamen di Indonesia memang berkaitan dengan masa jeda kompetisi yang cukup lama. Ada jeda panjang, turnamen pun bisa melenggang.


    ===

    * Akun twitter penulis: @novanherfiyana dari @panditfootball


    (din/mrp)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game