Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Bakat vs Pembinaan (Bagian 2)

    Menjawab Pertanyaan: 'Dari Mana Datangnya Anak-Anak Berbakat?'

    - detikSport
    Getty Images/Buda Mendes Getty Images/Buda Mendes
    Jakarta - Jauh sebelum menguasai Eropa dengan Barcelona, Lionel Messi pernah bermain dengan tim hebat lainnya. Selama empat tahun bertanding, tim itu hanya pernah kalah satu kali. Machine of 87, demikian tim tersebut dikenal di kalangan para pemerhati sepakbola anak-anak di Argentina.

    Ya, tim itu adalah tim junior dari Newell's Old Boys. Tim pertama ketika Messi menunjukkan bakatnya pada dunia. Angka 87 sendiri merujuk pada tahun kelahiran anggota tim, yang kala timnya terbentuk rata-rata berusia 9 tahun.

    Dalam tulisan pertama, telah dibahas bahwa latihan lebih berperan penting dalam membentuk suatu pesepakbola profesional. Lalu, jika skill ajaib dengan mudah diperagakan oleh anak di bawah 10 tahun seperti Machine of 87, yang notabene belum melalui proses latihan yang panjang, dari manakah mereka mendapatkan kemampuan itu?
     


    Mulai dari Nol

    Dalam contoh Messi, orang sering menyebut anak-anak seperti itu sebagai anak yang berbakat. Namun pertanyaannya kemudian adalah, apa itu bakat? Bagaimana proses seorang anak mendapatkan bakatnya? Apa yang menyebabkan adanya anak yang berbakat dan ada anak yang kurang berbakat? Apakah bakat tersebut merupakan turunan yang diberikan oleh kedua orang tuanya?

    Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut saya ingin mengajak Anda untuk mengingat cerita Tarzan. Di antara Anda pasti semua mengetahui cerita Tarzan. Seorang anak yang sejak lahir tinggal di hutan, hidup dan dibesarkan oleh penghuni hutan, hingga akhirnya memiliki perilaku serupa dengan para penghuni hutan.

    Beranjak dewasa, Tarzan tumbuh layaknya hewan-hewan yang ada di hutan. Dia dapat melompat dari pohon ke pohon layaknya kera, dan dapat mengaum layaknya harimau. Kondisi tubuh Tarzan pun ikut menyesuaikan keadaan. Tarzan berjalan dua tangan dan dua kaki, dan tubuh Tarzan membesar untuk menyesuaikan diri dengan kondisi hutan yang keras.

    Jika pertanyaan apakah bakat diturunkan dari orang tua jawabannya adalah iya, maka saya akan menebak bahwa orang tua Tarzan adalah seorang atlet senam akrobat, atlet lompat jauh, atau atlet lompat tinggi. Tarzan dapat bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain pasti dari kekuatan tangan dan kelenturan ibunya yang seorang pesenam. Lalu kekuatan kakinya pasti hasil turunan dari ayahnya yang seorang pelompat jarak jauh.

    Tapi nyatanya, dalam cerita tersebut, kedua orang tua Tarzan bukanlah seorang atlet. Lalu, terlepas dari cerita itu fiksi atau tidak, apakah cerita Tarzan merupakan cerita yang tidak masuk akal?

    Albert Bandura, seorang psikolog asal Kanada menjelaskan bahwa setiap anak terlahir bagaikan sebuah kertas putih yang bersih. Lingkungan sekitarlah yang kemudian akan mewarnai kertas putih tersebut. Orang tua sama sekali tidak menurunkan kemampuan atau bakat apapun ke anaknya. Seperti halnya Tarzan yang mendapatkan semua itu dari lingkungan tempat dia tumbuh, bukan dari orang tuanya.

    Secara normal setiap anak akan diberikan tubuh dengan organ-organ yang berfungsi agar tubuh tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Selanjutnya, setiap bagian dari tubuh tersebut dapat berubah sesuai dengan perlakuan yang diberikan dari luar.

    Ilmu psikologi meyakini bahwa pada periode sebelum 6 tahun adalah masa keemasan perkembangan seorang anak. Pada masa ini, anak akan dapat menangkap informasi jauh lebih banyak ketimbang masa setelah umur 6 tahun. Pada masa-masa inilah bakat seorang anak terbentuk. Anak akan mendapatkan informasi-informasi yang akan mewarnai otaknya.

    Howard Gardner dalam teori Multiple Intelligences menjelaskan terdapat 8 kemampuan yang dapat dimiliki manusia. Musical-rhytmic, visual-spatial, verbal-linguistic, logical-mathematical, bodily-kinesthetic, interpersonal, naturalistic, dan existensial. Kecenderungan seorang anak mendapatkan kemampuan-kemampuan ini akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tersebut tumbuh.

    Anak yang berada di lingkungan keluarga pemusik akan mendapatkan banyak informasi soal musik, sehingga dia memiliki kemampuan musical yang dominan. Anak yang lahir di keluarga atlet akan mendapatkan banyak informasi soal olahraga, sehingga anak tersebut kemudian memiliki kemampuan kinesthetic.

    Dari ilustrasi inilah terlihat bahwa banyak yang sering keliru dengan menganggap bahwa bakat yang dimiliki anak adalah hasil turunan dari keluarganya. Padahal, keluarga hanya berperan sebagai pemberi informasi kepada sang anak. Seandainya orang tua Lionel Messi menitipkan Messi kecil di keluarga pemusik, mungkin kita akan mengenal Lionel Messi sebagai titisan Mozart, bukan titisan Maradona.

    Cerdas Merespons

    Untuk kasus pemain sepakbola, seorang anak harus memiliki kemampuan kinesthetic yang dominan. Kemampuan kinesthetic adalah kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh. Gardner menambahkan bahwa mengendalikan gerakan yang dimaksud ini adalah masalah timing bergerak dan kecepatan respon (lihat tulisan tentang Timing dan Kecepatan Respons).

    Proses pembelajaran gerakan oleh seorang anak melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah ketika anak tersebut melihat orang lain melakukan gerakan. Kedua, sinyal dari mata akan tersambung ke sistem saraf dan membentuk satu rangkaian gambar gerakan. Ketiga, otak mengirimkan perintah untuk melakukan gerakan yang serupa dengan yang ditangkap oleh mata.

    Setiap gerakan yang dapat dilakukan anak kemudian disebut sebagai Motor Skill. Perkembangan Motor Skill anak-anak akan tumbuh seiring banyaknya informasi yang masuk ke otaknya pada masa pertumbuhan.

    Sesuai dengan yang sudah dibahas sebelumnya, informasi terbanyak akan ditangkap anak saat umur dibawah 6 tahun. Maka perkembangan Motor Skill pada masa ini juga sangat pesat.

    Para ahli menyebutkan masa-masa ini sebagai masa krusial perkembangan anak. Karena perkembangan Motor Skill setiap anak pada masa setelahnya akan sangat bergantung dengan kondisi Motor Skill anak tersebut saat melewati umur 6 tahun.
     


    Anak yang sudah memiliki modal Motor Skill baik di umur 6 tahun akan lebih mudah untuk meningkatkan skill-skillnya pada usia setelah 6 tahun.
    Dari sinilah kemudian muncul istilah anak berbakat dan anak tidak berbakat. Seorang pemandu bakat akan mencari anak-anak yang sudah memiliki modal Motor Skill yang baik untuk menjadi pemain sepakbola.

    Akan sangat sulit jika pembangunan Motor Skill baru dilakukan pada umur diatas 6 tahun. Karena, pada umur ini, seorang anak tidak akan menangkap informasi sebanyak yang dia tangkap saat berumur dibawah 6 tahun.

    Tahapan ini pula yang telah dilalui oleh setiap pemain sepakbola berbakat. Informasi soal sepakbola masuk ke dalam pikirannya sejak masih usia dini. Gerakan-gerakan tersebut kemudian terekam dengan baik di dalam otak. Akibatnya, mereka kemudian memiliki Motor Skill untuk menjadi pemain sepakbola pada masa pertumbuhan mereka.

    Dari sinilah kemudian tercipta seorang Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau mungkin juga Tristan Alif. Setiap skill yang dapat mereka lakukan adalah (lagi-lagi) hasil pembelajaran yang tanpa disadari telah mereka lalui di masa pertumbuhan mereka. Pembelajaran yang bersumber dari lingkungan tempat mereka tumbuh.

    Sehingga kemudian tidak aneh ketika Brasil, Argentina, dan negara-negara sepakbola lainnya sangat sering melahirkan anak-anak berbakat. Karena memang lingkungannya sangat kondusif untuk membentuk anak menjadi pemain sepakbola.

    Setiap anak yang lahir di negara-negara tersebut akan dengan mudah mendapatkan banyak informasi soal sepakbola dari lingkungan sekitar mereka tumbuh. Kemampuan luar biasa seorang anak untuk menangkap informasi akan langsung merekam setiap kejadian tersebut. Jadilah sepakbola tergambar di dalam otak anak tersebut sesuai dengan apa yang dilihatnya.

    Juga tidak aneh ketika dari 200 juta orang di Indonesia, jarang terlahir pemain sepakbola berbakat. Karena memang kondisi Indonesia saat ini tidak mendukung untuk itu. Alih-alih menerima rangsangan berupa gerakan-gerakan sepakbola yang benar, bukankah yang lebih sering terlihat adalah tentang perkelahian, vandalisme, dan tindakan tidak terpuji lainnya?
     

     
    ====

    *akun Twitter penulis: @aabimanyuu dari @panditfootball
    *Foto-foto: Getty Images dan AFP

    Baca Juga
    Bakat vs Pembinaan (Bagian 1): Menciptakan Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo?


    (roz/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game