Nada-Nada dari Munich 1958

I wish I'd gone down
Gone down with them
To where Mother Nature makes their bed
(Morrissey – Munich Air Disaster 1958)
Fans Manchester United selalu berandai-andai, jika saja tragedi pesawat jatuh Munich 1958 tidak pernah terjadi. Mungkin saat ini kejayaan The Red Devils bakal melebihi dari apa yang sudah dimiliki. Tapi pengandaian tak dikenal dalam sejarah, pengandaian bisa digunakan untuk sekadar mempertajam perspektif.
Kala itu United memang tengah merintis lahirnya generasi emas Busby Babes. Delapan pilar tim, yakni Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Makr Jones, David Pegg, Tommy Taylor dan Liam Billy Whelan meninggal saat itu juga. Dilanjutkan Duncan Edwards, pemain berbakat masih muda berusia 21 tahun, ketika dalam perawatan geger otak di rumah sakit.
Tidak hanya pemain, tiga staf United, delapan jurnalis dan seorang suporter juga meninggal. Maka 6 Ferbruari 1958 dikenang sebagai hari terburuk bagi kesebelasan yang bermarkas di Old Trafford ini.
Usai kecelakaan, partai perdana United melawan Sheffield Wednesday pada putaran lima piala FA. Sebanyak 59.848 penonton memadati Theater of Dream dan dikerubungi suasana haru.
Di tribun stadion mereka menangis dan mengelu-elukan nama para korban pesawat jatuh. Walau kesebelasan yang sementara ditangani Jimmy Murphy itu menang tiga gol tanpa balas, suasana duka toh tetap tak tersembuhkan.
Tentunya tragedi yang sangat memukul kubu United, namun sekaligus menjadi pusat perhatian para pelaku sepakbola. Tidak hanya mereka, akan tetapi beberapa musisi di Inggris turut menyumbangkan karya-karyanya bagi para korban. Salah satunya adalah band dari kesebelasan rival dari kota Liverpool, The Spinners.
The Spinners - The Flowers of Manchester
Tidak lama dari insiden itu terjadi, The Spinners merilis album Quayside Songs Old and New. Dalam album bergenre folks itu, ada salah satu lagu berjudul "The Flowers of Manchester".
Tembang tersebut memang didedikasikan kepada tragedi Munich 1985. Seperti band folks pada umumnya, lagunya mengutamakan kekuatan dari lirik. Akan tetapi lagu ini murni hanya mengandalkan suara vokal saja. Tidak ada musik penggiring yang dilakukan oleh personel lainnya.
Penggalan kata-kata sendiri ditulis oleh Eric Winter dan direkam di Cecil Sharp House milik Peter Kennedy. Kendati dalam sepakbola berada dalam kubu bersebrangan, The Spinners sering membawakan lagu ini di bar-bar Liverpool. Tanpa ada cemoohan dari penonton, semua bernyanyi secara khusyuk di antara kerumunan yang hadir, di sesela asap rokok yang mengepul dan buih busa bir di gelas-gelas yang bergeletakan di meja.
Seperti yang diceritakan Mick Groves, salah satu personel The Spinners. "Ingatan yang paling membanggakan dari Flowers adalah, di suatu malam aku bernyanyi diam-diam di salah satu sudut untuk Sir Matt dan Louis Edwards," ungkapnya kepada Red News.
Louis Edwards merupakan pemilik United dari 1965 Juni, hingga menjualnya kepada Argyll Foods karena pada 5 Februari 1979. Sedangkan Sir Matt, merupakan julukan dari Matt Busby, manajer United yang selamat dalam kecelakaan pesawat Munich saat itu.
Nama Busby pun dimasukan ke dalam bagian lirik The Flowers of Manchester. Menceritakan jika Sir Matt tengah terbang menuju rumah (Manchester), kembali dari Belgrade, Yugoslavia, usai timnya bertanding dengan Red Star Belgarde pada ajang Piala Eropa 1952-1958.
"Matt Busby's boys were flying home, returning from Belgrade," begitulah cerita Busby di awal paragraf kedua dalam lirik lagu tersebut.
Juga lirik yang menceritakan bagaimana Busby membangun Manchester dari nol. Ya, memang pesca kecelakaan, Busby harus berjuang hidup setelah dirawat di rumah sakit dan hampir menghadapi kematian.
Ketika sembuh pun ia masih dibantu tongkat untuk berjalan. Menjadi gambaran bagaimana United bangkit seperti ketika Busby bisa berjalan kembali.
"The great Matt Busby lay there, the father of this team. Three long months were to pass, before he walked again,"
Tidak hanya Busby, para pemain lain pun disebutkan satu persatu dalam lirik tersebut, termasuk para awak pengendali pesawat. Juga beberapa staf United, jurnalis dan fans yang ikut tewas dalam kecelakaan akibat kecepatan lepas landas yang kurang maksimal.
Morrissey - Munich Air Disaster 1958
Pada album You Are the Quarry, Morrissey mempersembahkan beberapa bonus lagu. Pada tracklist nomor empat, ada lagu berjudul Munich Air Disaster 1958 berdurasi 2:30 menit.
Irama diawali oleh dentuman drum yang berskill dan dentingan harmoni gitar, barulah suara flamboyan Morrissey masuk. Efek-efek gitar dan keyboard khas mantan vokalis The Smith itu cukup kental di sini. Maka Munich Air Disaster 1958 lahir dan mengalun seperti ciri khas lagu-lagu Morrissey.
"We love them, We mourn for them, Unlucky boys of Red," begitu Morrissey berkata.
Jika begitu banyak orang mencintai United saat itu, juga karena simpati yang mengharu biru dari berbagai pelosok dunia, doa tentu saja mengalir deras kepada orang-orang yang berjuang di rumah sakit melawan cedera fatal.
Akan tetapi keberuntungan belum mampu memperpanjang nyawa mereka. Duncan Edwards, pemain muda berbakat, tewas di ranjang rumah sakit setelah bertahan selama 15 hari lamanya.
Morrisey lahir kurang dari setahun usai kecelakaan Munich itu terjadi. Ia lahir pada 22 Mei 1959 di Manchester. Ayahnya adalah seorang Irlandia yang bermigrasi ke Manchester. Mereka tinggal di Hulme, yang letaknya di selatan pusat kota Manchester. Setahun setelah United berhasil menggondol trofi Piala Champions, tepatnya pada 1969, mereka pindah ke Stretford – nama wilayah yang juga menjadi nama salah satu area di Old Trafford yang diisi oleh suporter-suporter United paling fanatik (Stretford-End).
Mantan vokalis The Smith ini, yang juga masih berkerabat dengan Robbie Keane, striker Irlandia, tentu saja tumbuh di lingkungan yang sangat ingat dengan tragedi Munich. Ia mendengar banyak cerita tentang bagaimana kota Manchester tenggelam dalam kemurungan yang panjang karena kecelakaan Munich itu. Juga tentang barisan hampir 200 ribu orang yang memadati jalanan sepanjang menuju bandara Manchester untuk menghormati peti mati yang berisi jenazah korban kecelakaan Munich melintas.
I wish I'd gone down
Gone down with them
To where Mother Nature makes their bed
Demikian Morrisey menuliskan baris-baris terakhir lagu tersebut. Sepucuk doa yang tulus bagi korban-korban yang harus menemui ujung hidupnya.
The Futureheads - News and Tributes
Tembang ini diawali petikan samar-samar dari dua gitaris mereka, Ross Millard dan Barry Hyde. Berbeda dengan The Spinner dan Morrissey, lagu ini mereka bawa dengan genre post punk yang mereka usung. Sehingga tidak terlalu terasa hawa-hawa kesedihan dan lebih groovy.
Judul lagu sendiri merupakan nama album The Futureheads yang keluar pada Februari 2006.
"February 58, they got what they need, From Belgrade and back home to sleep."
Lirik itu menjelaskan jika tujuan para pilar United pergi dari Belgrade hanya untuk pulang ke rumah mereka di Manchester. Akan tetapi untuk beristirahat saja akhirnya tidak mampu terealisasikan. Mereka justru istirahat untuk selama-lamanya.
"This, fall, was, greater than them all."
Selain itu, dalam kata “in silence, on that day", terlihat bagaimana mereka hendak mengatakan bahwa 6 Ferbruari harusnya menjadi hari di mana semura orang mengheningkan cipta. Untuk mengingat kembali, sekaligus melepas kesedihan.
"I forgotten the sadness (feel)," tulis mereka lagi.
Ya, perasaan sedihnya mungkin sudah bisa dilupakan, tapi tidak dengan tragedinya.