Jakarta - <p>Xabi Alonso kian dikaitkan dengan Claude Makelele. Bukan karena menempati posisi yang sama, tapi karena keduanya saling terkait dalam jalinan nasib. Makelele dan Alonso tersisih dari skuat mahal Real Madrid karena dampak yang mereka berikan dianggap tidak seberapa.<br /><br />Kepergian keduanya ternyata memberikan goncangan yang besarnya hampir sama. <em>El Real </em>tangguh dalam menyerang, tapi seringkali kewalahan kala bertahan. Tidak ada sosok yang menanggung beban sebagai penyalur lini tengah dan belakang. Keduanya baru dirindukan setelah pergi dan menghilang dalam dekapan orang.<br /><br />Manajemen Real Madrid pun disalahkan. Mereka dianggap tidak mampu menjaga pemain jangkar yang membuat mereka goyah dalam badai tekanan. Atau dalam kata lain, Alonso dan Makelele telah disia-siakan.<br /><br />Kenyataannya, manajemen seperti tak pernah jera “menyia-nyiakan”. Senin (25/6) lalu, giliran Carlo Ancelotti yang mesti menepi. Tak ada negosiasi tanpa prestasi.<br /><br /><strong>Hadiah Mewah Nan Istimewa</strong><br /><br />Ancelotti mengisi pos yang ditinggal Jose Mourinho pada musim 2013/2014. Ia dianggap sebagai pelatih yang tepat karena berperan sebagai katalis permainan Madrid yang masih terpengaruh gaya bermain Mourinho.<br /><br />Baru dua bulan berkantor di Madrid, Ancelotti mendapat hadiah istimewa dari manajemen. Bentuknya bukan kenaikan gaji atau mobil mewah, melainkan sebuah investasi. Nilainya teramat besar dan membuatnya menjadi yang termahal di dunia: Gareth Bale.<br /><br />Manajemen jelas memanjakan Ancelotti. Kedua sisi serangan Madrid dihuni oleh para pemain termahal dunia. Keduanya bernilai lebih dari 170 juta pounds.<br /><br />Lalu, di musim keduanya, pihak manajemen mendatangkan dua bintang Piala Dunia 2014: Toni Kroos dan James Rodriguez. Nilai transfer keduanya mencapai 70 juta pounds jika digabungkan. Barangkali ini menjadi “kado” bagi Ancelotti yang membawa Madrid meraih gelar ke-10 di Liga Champions. Ancelotti diberikan hadiah para pemain terbaik di semua lini. <br /><br />Ada kelakar, kehadiran Kroos dan Rodriguez bukan tidak mungkin membangkitkan kembali formasi <strong>MW</strong>: Kroos dan Rodriguez ditempatkan sebagai<em> inside forward,</em> sedangkan Ronaldo dan Bale sebagai kiri dan kanan luar.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/ancelotti-d.jpg" alt="" width="460" height="318" /><br /><br />Kesuksesan Ancelotti di Liga Champions musim lalu nyatanya tidak berdampak besar pada permainan mereka di musim ini. Inkonsistensi menjadi permasalahan utama. Terkadang mereka begitu superior dengan menghancurkan gawang lawan, tapi pernah pula kehilangan konsentrasi.<br /><br />Madrid memulai musim dengan kurang baik. Dua kekalahan dari tiga pertandingan awal, membuat Ronaldo dan kolega terperosok hingga peringkat ke-13. Namun, Madrid mampu dengan cepat memuncaki klasemen La Liga pada pekan ke-10.<br /><br />Inkonsistensi permainan terlihat pada pekan ke-22 saat mereka dikandaskan 0-4 oleh rekan satu kota, Atletico Madrid. Usai ditahan Villareal 1-1 pada pekan ke-25, dan dikalahkan Athletic Bilbao 0-1 sepekan setelahnya, Barcelona pun menggusur Madrid dari peringkat kedua. Sejak saat itu, Madrid tak pernah lagi mengejar Barcelona yang selalu mendulang poin di 12 pekan tersisa.<br /><br />Sejumlah analisis soal kegagalan Madrid pun mengemuka. Salah satu di antaranya, karena tidak adanya kehadiran gelandang bertahan; dalam hal ini Alonso yang ditransfer ke Bayern Munich. Selain itu, buruknya penyelesaian akhir Bale, menjadi faktor lain. Isco tak pernah benar-benar bisa menyamai permainan Angel Di Maria yang juga ditransfer ke Manchester United pada akhir bursa transfer musim panas 2014.<br /><br />Wajah Ancelotti pun merah padam setelah pasukannya kandas pada babak semifinal Liga Champions. Terlebih, yang mencetak gol kala itu adalah Alvaro Morata yang dilepas Madrid pada musim yang sama.<br /><br />Tak lama setelah kepastian Barcelona menjadi juara liga, kabar dipecatnya Ancelotti kian nyaring. Sebagian percaya, sebagian lagi tidak. Pelatih mana yang pantas melatih Real Madrid selain Ancelotti? Kalaupun ada, mungkin mereka tidak sedang menganggur dan tengah mencari nafkah di kesebelasan orang.<br /><br />Beberapa hari berselang, kabar pemecatan itu benar adanya.<br /><br /><strong>Menyia-nyiakan Ancelotti</strong><br /><br />Tidak ada firasat—seperti yang biasa ditanyakan wartawan saat terjadinya sebuah tragedi—yang diterima wartawan jelang pemecatan Don Carlo. Terakhir kali bertemu, Ancelotti memang tak mau bicara. Namun, ia hanya menyapa singkat, <em>“See you tomorow”, </em>begitu katanya.<br /><br />Nyatanya, bukan Ancelotti yang ditemui wartawan pada <em>tomorow, </em>melainkan konferensi pers penting dari sang presiden, Florentino Perez. Perez berterimakasih atas apa yang dilakukan Ancelotti untuk tim.<br /><br />“Apa yang dilakukan Ancelotti adalah kesalahan? Saya tidak tahu,” kata Perez seperti dikutip <em>BBC</em>, “Permintaan di sini, di Real Madrid amatlah tinggi. Kasih sayang yang pemain dan penggemar untuk Carlo sama besarnya dengan yang aku rasakan untuk dia.”<br /><br />Apa yang terjadi pada Ancelotti saat ini barangkali mirip dengan yang terjadi saat Perez tak memperpanjang kontrak Vicente Del Bosque pada akhir musim 2002/2003. Pria yang kini melatih tim nasional Spanyol tersebut kala itu dianggap mampu menyatukan ego para pemain bintang di Madrid yang kala itu dihuni Ronaldo, Raul, Zinedine Zidane, Luis Figo, Fernando Morientes, dan Roberto Carlos.<br /><br />Ancelotti sendiri dianggap memiliki sosok ke-bapak-an yang membuat para pemain nyaman untuk bertanding. Bukan tidak mungkin, menurunya keliaran Pepe di atas lapangan, tidak lepas pula dari cara Ancelotti mengayomi pemain.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/ancelotti-b.jpg" alt="" width="460" height="306" /><br /><br />Selain itu, Ancelotti jarang memberikan penilaian negatif soal manajemen tim. Apa yang ia katakan saat Di Maria pindah ke Manchester United? Ancelotti malah menyatakan walaupun Di Maria “bertenaga” tapi ia sering kehilangan kontrol dan gagal menempatkan umpan dengan tepat. Padahal, Ancelotti memberi gestur kalau ia tidak rela kehilangan Di Maria yang pindah ke MU.<br /><br />Sebelum Alonso benar-benar pergi, Ancelotti sering menyebut bahwa Alonso begitu signifikan di dalam tim. Tanpa Alonso, Madrid tidak memiliki stabilitas dan permainan yang cair di lini tengah.<br /><br />Pun dengan Alonso yang menyatakan bahwa jika Bayern bertemu Madrid di Liga Champions, pertemuan itu akan sangat spesial bagi dirinya karena melibatkan emosi yang berlimpah. “Aku sangat berterimakasih untuk semua saat aku tinggal lima tahun di sana,” kata Alonso seperti dikutip SI.<br /><br /><strong>Skuat 700 juta pounds</strong><br /><br />Kesalahan-kesalahan itu ditempatkan pada pundak Florentino Perez. Ia tak ubahnya versi lain dari Roman Abramovich yang begitu ambisius soal prestasi. Namun, Perez agaknya sedikit lebih baik. Ya, setidaknya ia tak seperti Abramovich yang memilih menggeser Roberto di Matteo setelah merengkuh gelar Liga Champions sebagai interim manager.<br /><br />Dalam dua musim terakhir kondisi tersebut seperti menjadi kebalikan. Abramovich begitu sabar menanti prestasi Mourinho yang gagal mempersembahkan gelar Liga Inggris pada musim pertamanya. Ia tahu kalau dengan gaya bermain dan karakter yang dibawa Mou, mampu mengubah Chelsea menjadi skuat yang luar biasa kuat.<br /><br />Sementara Perez? Ada perbaikan di dalam skuat baik yang terlihat maupun yang tidak. Kini bahkan tersiar rumor bahwa pemecatan Ancelotti tak lepas dari upaya mengalihkan isu soal dokter tim yang tidak kompeten.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/ancelotti-c.jpg" alt="" width="460" height="307" /><br /><br />Dari kesalahan-kesalahan tersebut, bagaimana jika Anda menjadi Perez? Apa kabar gelontoran uang setiap musim untuk biaya transfer? <br /><br />Rasanya sulit bagi pemilik klub manapun yang sudah habis-habisan menggelontorkan uang, tapi tak dimaksimalkan oleh pelatih. Apalagi ini dalam jumlah yang teramat fantastis. Ada tiga pemain termahal dunia yang merumput di Santiago Bernabeu, tapi Madrid tak pernah jadi yang terbaik.<br /><br />Benar kata Perez, ekspektasi baik dari penggemar maupun dirinya sebagai pemilik amatlah besar. Jika masih tunduk di bawah Barcelona yang menjadi juara Liga Spanyol, melaju hingga partai final Liga Champions dan Copa del Rey, itu adalah sebuah kenihilan dari yang namanya prestasi.<br /><br />Barangkali memang benar, bukan Perez-lah yang menyia-nyiakan pelatih, tapi pelatih tak mampu meracik skuat mahal yang disediakan kesebelasan.<br /><br /><strong>Kado yang Mubazir</strong><br /><br />Kalaupun ada pembelaan dari Ancelotti, itu adalah soal kado yang diberikan manajemen. Siapa sebenarnya yang membutuhkan Kroos dan Rodriguez? Keduanya memang hebat, tapi waktunya belum tepat. Terlebih Alonso dan Di Maria hijrah ke kesebelasan lain.<br /><br />Apa yang terjadi pada Ancelotti agaknya mirip seperti orang yang kehausan, tapi ia diberi seteguk anggur mahal. Padahal, itu bukan prioritas karena yang paling dibutuhkan adalah segalon air mineral.<br /><br />Menjadi rumit untuk membela Ancelotti karena sejatinya memang sulit membela mereka yang menyia-nyiakan ratusan juta pounds.<br /><br /><br />====<br /> <br />* Akun twitter penulis: @Aditz92 dari @panditfootball<br /><br /></p> (Doni Wahyudi/Andi Abdullah Sururi)