Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Lahirnya Kembali Diego Perotti

    - detikSport
    Foto-foto: AFP Foto-foto: AFP
    Jakarta - <p>Talenta-talenta pemain terbaik asal Argentina seolah tak akan pernah surut. Satu per satu pemain dari salah satu negara terbesar di Amerika Selatan tersebut membanjiri kompetisi-kompetisi di Eropa yang begitu terkenal di dunia.<br /><br />Cukup banyak pemain Argentina yang kemudian memiliki karier cemerlang di Eropa. Namun tak sedikit pula yang ternyata penampilannya di luar ekspektasi hingga akhirnya harus kembali pulang kampung dan meniti karier di negeri kelahiran.<br /><br />Namun karier yang dijalani seorang pemain Argentina yang kini bermain untuk kesebelasan Serie A memiliki cerita tersendiri. Dimulai dari masalahnya di masa kecil, hingga gagal mempertahankan eksistensinya saat membela Sevilla yang menyebabkannya harus tersingkir dan hijrah ke Genoa. Hal ini dialami oleh Diego Perotti.<br /><br /><strong>Saya Tak Ingin Main Sepakbola Lagi!</strong><br /><br />Sebagaimana bocah-bocah di kota Buenos Aires lainnya, Perotti pun begitu menggemari sepakbola. Tak aneh memang, ayahnya, Hugo Perotti, merupakan salah satu legenda Boca Juniors era 70-80an. Pemain yang berposisi sebagai penyerang ini mengantarkan Boca meraih trofi Copa Libertadores 1978 dan Liga Argentina 1981.<br /><br />Perotti pun ternyata memiliki warisan kemampuan seperti yang ayahnya miliki. Pemain kelahiran 26 Juli 1988 sudah membela akademi Boca sejak usia 10 tahun. Ia pun disebut-sebut akan memiliki karir seperti ayahnya, setidaknya diprediksi akan menjadi andalan Boca, salah satu tim terbesar di Argentina.<br /><br />Namun lama kelamaan Perotti mulai mengalami kejenuhan dengan rutinitas latihan yang dijalaninya. Ia merasa memainkan sepakbola, hal yang paling ia cintai, saat itu begitu membosankan karena latihan yang ia jalani. Ia membenci latihan yang tak berubah dan itu-itu saja.<br /><br />&ldquo;Saya mulai membenci latihan,&rdquo; ujar Perotti, mengutip dari <em>thenational.ae. </em>&ldquo;Saya bukannya tak mau berlatih keras atau tak mau ikut bersaing, tapi setiap harinya semakin jauh dari menyenangkan. Rasanya seperti sedang bekerja, namun saya saat itu bukanlah pemain profesional. Saya masih berusia 14 tahun dan tidak dibayar.&rdquo;<br /><br />&ldquo;Pelatih-pelatihku bukanlah guru. Mereka tak peduli ketika saya memiliki masalah tentang kehidupan anak-anak saya yang tak berjalan sebagai mana mestinya. Saat usia itu, sepakbola yang dimainkan haruslah menyenangkan. Dan saya tak mendapatkannya,&rdquo; tambah Perotti.<br /><br />Perotti kecil pun akhirnya tak senang dengan rutinitas yang ada. Ia pun memutuskan untuk berhenti latihan, meninggalkan akademi Boca dan memilih untuk menjalani kehidupan seperti anak-anak seusianya. Hugo yang awalnya kecewa, mulai menerima keputusan Perotti yang tak ingin meneruskan karirnya sebagai pesepakbola.<br /><br />&ldquo;Ketika saya sudah merasa muak, saya pun menyerah untuk menjadi pesepakbola. Saya pun menjalani kehidupan anak-anak sebagai anak biasa selama satu tahun. Pergi ke sekolah, menghabiskan wakti bersama teman dan keluarga, serta melakukan hal-hal lain yang menyenangkan hatinya, hal-hal yang anak-anak biasa lakukan,&rdquo; tutur Perotti.<br /><br />Namun pada setelah 12 bulan ia menjalani kehidupan sebagai anak-anak biasa, ia pun mulai merindukan kembali sepakbola, olahraga favoritnya. Tak mau menipu diri sendiri, ia pun kemudian bergabung dengan akademi klub divisi dua liga Argentina, Deportivo Moron. Dan dengan segala kemampuan yang masih ia miliki, ia terus berkembang dan kemampuannya semakin terasah. <br /><br />Tawaran dari Sevilla pun datang pada 2007, setelah cukup banyak mendapatkan menit bermain bersama Deportivo Moron senior. Dengan biaya transfer sekitar 150 ribu pounds, ia pun memulai karirnya di Eropa. Ia pun melanjutkan karirnya sebagai pesepakbola mengikuti jejak sang ayah.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/perotti1.jpg" alt="" width="460" height="306" /><br /><br /><strong>Pupusnya Harapan Perotti Bersama Sevilla</strong><br /><br />Perotti yang saat pertama kali direkrut masih berusia 19 tahun, tak langsung membela Sevilla di La Liga, namun ia harus memulai karirnya di Spanyol dengan membela Sevilla B. Dua musim bersama Sevilla B yang berlaga di Segunda Division, ia mencatatkan 52 pertandingan. Pada musim keduanya, ia pun mendapatkan debutnya untuk membela Sevilla di La Liga.<br /><br />Namun hal tersebut sudah cukup menarik perhatian sejumlah kesebelasan Eropa. Real Madrid, Manchester City, Arsenal, dan Tottenham dikabarkan sempat tertarik unuk merekrut Perotti yang kala itu masih berusia 21 tahun. City dan Arsenal dikabarkan sempat menawar Perotti dengan nilai transfer 30 juta pounds. Tapi Sevilla menolaknya karena sang pemain masih berhasrat untuk memberikan gelar juara bagi Sevilla.<br /><br />&ldquo;Untuk saat ini, saya hanya berpikir tentang bertahan di sini untuk beberapa tahun ke depan karena kesebelasan ini memberikan segalanya bagi saya,&rdquo; ujar Perotti pada harian AS pada 2009. &ldquo;Saya ingin memenangi sesuatu untuk Sevilla.&rdquo; <br /><br />&ldquo;Adalah menyenangkan ketika sejumlah kesebelasan besar member perhatian pada saya, ini artinya semuanya berjalan dengan baik. Tapi saya tetap tenang. Jiwa saya tetap di Sevilla, dan ini adalah kesebelasan tempat saya berkembang sebagai pemain sepakbola,&rdquo; tambahnya.<br /><br />Penolakan Sevilla berbuah manis. Musim 2009-2010, Perotti yang mulai secara reguler bermain bersama kesebelasan senior berhasil mempersembahkan trofi Copa del Rey. Pemain yang memiliki kekuatan di kedua kakinya ini memang langsung menghuni susunan pemain Sevilla yang kala itu ditukangi Manolo Jimenez. Jimenez pun tak ragu untuk memainkannya di partai sekelas Liga Champions, meski sebagai pemain pengganti.<br /><br />Piala Super Spanyol pun kemudian diraih Sevilla bersama Perotti pada musim berikutnya. Namun penampilan Sevilla di Liga tak begitu cemerlang. Sempat mengakhiri musim pada posisi empat klasemen pada 2009/2010, posisi tujuh dan sembilan Sevilla raih pada dua musim berikutnya.<br /><br />Inilah yang membuat Sevilla mulai melakukan sejumlah transfer untuk meningkatkan kualitas tim. Posisi Perotti pun kemudian terancam oleh kedatangan Manu del Moral dan Jose Antonio Reyes pada musim 2011/2012. Apalagi sejumlah cedera mulai menghinggapinya.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/perotti2.jpg" alt="" width="460" height="269" /><br /><br />Masa depan Perotti di Sevilla pun mulai tak menentu sejak Sevilla tak menunjukkan perbaikan dan dirinya mulai sering duduk di bangku cadangan. Dalam tiga musim terakhir, ia hanya bermain dalam 58 pertandingan. Kedatangan Vitolo pada musim 2013/2014 pun benar-benar membuat posisi Perotti tergusur. <br /><br />Meski Sevilla menjuarai Europa League pada musim tersebut, Perotti bukanlah salah satu figur penting bagi skuat Sevilla. Karenanya, ketika tawaran dari Genoa datang pada awal musim 2014/2015, Sevilla tak menolaknya meski hanya bernilai 300 ribu poundsterling. Perjalanan Perotti bersama Sevilla pun berakhir.<br /><br /><strong>Merajut Karier di Italia Bersama Genoa</strong><br /><br />Perotti sebenarnya termasuk dalam generasi emas Argentina bersama Sergio Aguero, Ever Banega, Angel Di Maria, Sergio Romero, Mauro Zarate, dan Pablo Piatti yang menjuarai Piala Dunia U20 yang diselenggarakan di Kanada pada 2007. Namun kecintaannya pada Sevilla justru membuat ia tak lagi berkembang hingga ia benar-benar harus hengkang.<br /><br />Hijrah ke Italia pun merupakan perjudian besar bagi Perotti. Selama di Eropa, ia hanya bermain untuk Sevilla. Ia tak memiliki pengalaman lain untuk bermain di negara Eropa lain. Namun banyaknya pemain Argentina yang bermain di Italia, membuatnya cukup percaya diri memilih Italia sebagai tempat untuknya melanjutkan karier.<br /><br />Membela Genoa bisa dibilang suatu kemunduran bagi Perotti. Usia Perotti masih dalam usia emas seorang gelandang, 26 tahun. Sejumlah tim besar sempat tertarik untuk menggunakan jasanya. Hanya saja kecintaannya terhadap Sevilla, membuatnya harus melanjutkan karier di Genoa, yang notabene bukan lagi tim besar di Italia. Genoa yang merupakan salah satu klub tertua Italia ini pun tak bermain di kompetisi Eropa.<br /><br />Akan tetapi Perotti langsung membuktikan diri pada musim pertamanya bersama skuat yang diarsiteki Gian Piero Gasperini ini. Ia menjadi pemain andalan<em> Il Grifone </em>dengan 27 penampilan, empat gol dan lima <em>asisst.</em><br /><br />Genoa menjadi kekuatan baru di Serie A dengan mengakhiri kompetisi pada peringkat enam klasemen. Hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi Genoa yang dalam tiga musim sebelumnya sempat mengakhiri liga pada peringkat 17 selama dua musim.<br /><br />Meski di Genoa ia tak menjadi tumpuan gol seperti Iago Falque atau raja <em>asisst,</em> Andrea Bertolacci, peran Perotti begitu vital dalam merepotkan lini pertahanan lawan. Situs statistik whoscored mencatatkan baha Perotti memiliki operan kunci tertinggi Genoa dengan dua kali per pertandingan. Bahkan jumlah dribel suksesnya merupakan yang tertinggi di Serie A dengan 3,6 kali per pertandingan.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/perotti4.jpg" alt="" width="460" height="307" /><br /><br />Perotti tentunya patut berbangga atas pencapaian Genoa musim ini. Pada posisi enam, Genoa berada di atas duo Milan yang tercecer pada peringkat delapan dan sepuluh. Sebelumnya, kesebelasan yang mengandalkan formasi 3-4-3 ini sempat bertengger di peringkat tiga klasemen pada pekan ke-15.<br /><br />Sisi kiri, tempat Perotti beredar saat bermain, merupakan area serang utama Genoa pada musim ini dengan 38%. Hal ini didukung dengan catatan umpan silang sukses Perotti yang mencapai 1,9 per pertandingan, tertinggi ketiga di Italia setelah Mirko Valdifiori dan Andrea Pirlo.<br /><br />Atas performa gemilangnya ini, Genoa sebenarnya berhak mendapatkan tiket ke Europa League pada musim depan. Hal ini terjadi karena dua finalis Coppa Italia, Lazio dan Juventus, akan berlaga di Liga Champions musim depan karena peringkat mereka di liga.<br /><br />Namun sayangnya UEFA tak meloloskan Genoa untuk mendapatkan lisensi UEFA karena markas mereka, Luigi Ferraris, dinilai tak layak. Impian untuk bermain di Europa League pun dipastikan akan pupus jika banding yang diajukan manajemen tak diterima UEFA.<br /><br />Tapi di sisi lain, bersama Genoa, Perotti terlahir kembali dan menemukan performa terbaiknya. Impian untuk membela timnas Argentina pun kembali membuncah dalam dirinya setelah ia puas dengan yang ditunjukkannya bersama Genoa meski tidak dalam waktu dekat.<br /><br />&ldquo;Saya berharap untuk kembali membela timnas Argentina,&rdquo; ujar Perotti yang baru mengemas dua caps bersama timnas tersebut. &ldquo;Saya berlatih dan bermain dengan tujuan itu dalam benak saya. Bagi pemain Argentina, itu adalah puncak dari segala prestasi.<br /><br /><img style="float: left; margin: 7px;" src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/perotti5.jpg" alt="" width="186" height="227" />&ldquo;Saya tak pernah meragukan kemampuan saya. Saya beradaptasi dengan baik dengan bahasa dan kompetisi yang baru. Saya merasa nyaman dan percaya bahwa saya bisa membuktikan diri bahwa karir saya sebagai pemain belum habis,&rdquo; tutur Perotti pada harian Marca baru-baru ini.<br /><br />Meski mengakhiri musim yang mengesankannya dengan cedera, tampaknya akan banyak kesebelasan yang mulai kembali melirik kemampuan Perotti. Pada bursa transfer musim panas nanti, bukan tak mungkin nama Perotti akan menghiasi rumor-rumor kepindahan di sejumlah media.<br /><br />Namun pindah atau tidaknya Perotti pada musim depan, tampaknya tak begitu penting bagi Perotti sendiri. Karena yang terpenting baginya adalah, bisa menjalani kariernya dengan menyenangkan. Menjalani kariernya sebagai pemain sepakbola, hal yang paling ia cintai.<br /><br />====<br /><br />* Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: <a class="ProfileCard-screennameLink u-linkComplex js-nav" href="https://twitter.com/ardynshufi" data-aria-label-part="">@<span class="u-linkComplex-target">ardynshufi</span></a><br /><br /></p> (Andi Abdullah Sururi/Doni Wahyudi)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game