Dedikasi Premier League untuk Sepakbola Inggris

Soal menghasilkan uang, Premier League memang luar biasa. Mereka mencatatkan nilai kerja sama dengan angka yang spektakuler.
Untuk kompetisi musim 2016/2017, 2017/2018, dan 2018/2019, nilai hak siar Liga Inggris melonjak menjadi 8 miliar pounds atau senilai 168 triliun rupiah, yang terbagi dari 5 miliar pounds untuk siaran domestik, dan 3 miliar pounds untuk siaran luar negeri.
Sebagai operator liga, Premier League, membagi siaran luar negeri secara rata untuk 20 tim selama tiga tahun, dan 50 persen dari siaran domestik yang juga dibagi secara rata. Sisanya dibagi berdasarkan prestasi kesebelasan di klasemen, serta berapa banyak pertandingan mereka disiarkan.
Dengan nilai kerja sama yang begitu besar, melekat pula citra angkuh dalam siaran Liga Inggris. Berbeda dengan liga-liga lain seperti Liga Spanyol dan Liga Jerman, harga untuk berlangganan stasiun televisi yang menyiarkan Liga Inggris terbilang jauh lebih tinggi. Selain itu, sejumlah peraturan pun dibuat untuk menjaga agar siaran hanya disaksikan oleh mereka yang membayar.
Beberapa di antaranya adalah kerja sama dengan Youtube untuk menutup video yang menayangkan jalannya pertandingan, bahkan highlight sekalipun, karena BBC telah mendapatkan hak siar untuk menayangkan highlight. Premier League pun bekerja sama dengan twitter yang melarang penayangan klip vine yang berisi pertandingan Liga Inggris. “Hukumannya” tidak main-main karena twitter seringkali memberi peringatan hingga menutup akun yang membandel.
Kepolisian Inggris pun mesti membuat unit baru yakni unit anti-pembajakan dalam hal ini siaran lewat akses internet atau streaming. Beberapa orang ditangkap karena mengoperasikan situs yang menyediakan layanan streaming ilegal tentunya. Sebanyak 30 ribu situs penyedia streaming ditutup sejak musim kompetisi 2011/2012.
Kesewenang-wenangan inilah yang membuat Liga Inggris, dalam hal ini Premier League dicap kapitalis. Juru bicara Premier League, Dan Johnson, bahkan menegaskan itu semua. “Jika Anda ingin tontonan sepakbola yang berkualitas, Anda harus mengganjarnya dengan uang,” tutur Johnson.
Premier League bukannya tanpa alasan. Mereka melakukan pelarangan tersebut sebagai kewajiban untuk melindungi para pemilik hak siar. Soalnya, cuma dari hak siar-lah Premier League mendapatkan nilai kerja sama yang teramat besar. Selain dibagikan ke tiap tim, keuntungan yang didapatkan Premier League digunakan untuk investasi dan fasilitas sepakbola di Inggris.
Alasan Premier League tadi bukanlah pemanis belaka. Setiap klub diminta “menyumbangkan” sebagian keuntungan mereka demi kemajuan sepakbola Inggris. Nilainya pun tidak main-main: 1 juta pounds!
Berawal dari Tuntutan Partai Buruh
Pada awal April lalu, pemimpin Partai Buruh, Ed Milband, berjanji jika terpilih sebagai Perdana Menteri, ia akan memaksa Premier League untuk mengalokasikan lebih dari 400 juta pounds untuk pengembangan infrastruktur sepakbola di akar rumput.
Partai Buruh percaya bahwa peningkatan investasi di sepakbola akar rumput akan meningkatkan jumlah pesepakbola Inggris yang bermain di level teratas, serta meningkatkan kesempatan Inggris di kompetisi sepakbola internasional.
Premier League pun menyatakan bahwa mereka telah mengalokasikan 54 juta pounds tiap tahun untuk proyek akar rumput, termasuk pembangunan 50 lapangan dengan rumput buatan.
Partai Buruh memang tidak main-main, mereka bahkan menuliskannya dalam manifesto partai. “Tim sepakbola adalah bagian penting dari identitas dan rasa memiliki banyak orang. Mereka lebih dari sekadar bisnis. Di samping pentingnya mereka bagi kehidupan anggota dan penggemar, tida ada cara yang efektif bagi penggemar untuk punya suara bagaimana kesebelasan mereka dijalankan,” tulis manifesto Partai Buruh.
“Kami akan memastikan Premier League mengirimkan janjinya untuk menginvestasikan 5% dari kerjasama hak siar domestik dan internasional ke dalam pengembangan akar rumput.”
Meskipun pada akhirnya Partai Buruh gagal memenangi Pemilihan Umum pada 7 Mei silam, tapi Premier League menepati janjinya. Nilainya bahkan jauh lebih besar dari yang disyaratkan.
Premier League menyasar lima aspek: pengembangan infrastruktur akar rumput, peningkatan angka partisipasi keolahragaan di Inggris, peningkatan hubungan dengan penggemar, peningkatan pada kompetisi yang lebih rendah, dan mendukung kelompok berkebutuhan khusus/kurang beruntung.
Premier League lewat CEO-nya, Richard Scudamore, menyatakan bahwa mereka ingin membagi kesuksesan yang telah mereka raih bersama sepakbola Inggris.
“Anda tidak bisa menemukan olahraga lain yang melakukan sharing dengan level seperti ini. Anda bisa menggunakan kata-kata indah seperti redistribusi, tapi ini adalah sharing. Ini sharing dalam keberhasilan sepakbola Inggris,” tutur Scudamore seperti dikutip Daily Mail.
Sesuai Biaya Standar Hidup
Keuntungan dari nilai hak siar tersebut juga berdampak pada karyawan tiap kesebelasan di Premier League. Satu hal yang ironis karena mayoritas kesebelasan tak menggaji karyawannya sesuai dengan standar hidup di Inggris. [Baca: Yang Terlupakan dari Gemerlapnya Liga Primer Inggris]
“Karyawan” yang dimaksud tentu bukanlah manajer ataupun pemain yang begitu gemerlap harta. Mereka adalah petugas kebersihan, tukang pangkas rumput di stadion, hingga para pramusaji restoran di stadion.
Hingga 2014, baru Chelsea yang mengadopsi standar biaya hidup atau living wage saat membayar para karyawannya. Living wage di London dipatok 9,15 pounds per jam, sedangkan di luar London 7,85 pounds per jam.
Berdasarkan survei pada 2014, mayoritas kesebelasan di Inggris rata-rata membayar karyawannya sebesar 6,5 pounds/jam. Angka sebesar itu tak cukup bagi mereka untuk membeli tiket kereta di London. Ini yang membuat mereka mesti menggunakan bus kota yang berarti memperpanjang waktu tempuh.
Pada 26 Maret lalu, kesebelasan-kesebelasan di Premier League setuju untuk mengadopsi living wage mulai musim 2016/2017.
“Kami benar-benar mengerti demikian halnya dengan kesebelasan bahwa jika Anda membayar para pemain dengan nilai x, dan x adalah angka yang besar, itu terlihat sedikit aneh jika Anda hanya membayar para pegawai dengan nilai y,” tutur Scudamore.
Namun, sejumlah pihak masih belum tertarik dengan gerakan ini. Pasalnya ribuan karyawan catering dan steward bukan dipekerjakan oleh klub, melainkan oleh sub-kontraktor. Ini yang membuat sejumlah pihak menginginkan kesebelasan Inggris meniru Chelsea yang juga membayar karyawan dari sub-kontraktor sesuai dengan living wage.
Menyapa Dunia Lewat Liga Inggris
Salah satu peningkatan citra yang dilakukan Premier League adalah dengan tidak menggunakan sponsor sebagai nama kompetisi. Barclays yang telah menjadi sponsor Liga Primer Inggris sejak 2004, tidak memperpanjang kontrak yang habis pada akhir musim depan.
Kontrak Barclays dengan Premier League mencapai 120 juta pounds untuk durasi tiga musim sejak musim 2013/2014, atau 40 juta pounds pertahunnya.
Berdasarkan Daily Mail, Premier League ingin mengikuti langkah sejumlah kompetisi di Amerika seperti NBA dan NFL yang menyajikan citra yang “bersih”. Ini pun dilakukan agar Premier League mudah berkomunikasi dengan audiens global.
Salah satu contohnya dengan penolakan kerjasama senilai 45 juta pounds dari perusahaan minuman Diageo. Diageo merupakan perusahaan minuman yang memproduksi bir, anggur, dan wiski. Ini membuat Premier League sulit mempromosikan brand-nya ke negara-negara di kawasan Timur Tengah maupun ke negara yang mayoritas muslim.
Peningkatan citra ini bisa menghasilkan sejumlah hal positif seperti yang terjadi pada Manchester City. Konsorsium Abu Dhabi United Group (ADUG), turut membantu pengembangan kota Manchester di wilayah timur. Mereka membangun kawasan berbentuk akademi sepakbola dan untuk jangka panjang akan dibuat permukiman penduduk terbesar di Manchester.
Kehadiran investor asing diharapkan mampu menggairahkan kembali olahraga di Inggris. Pada 2013, tercatat bahwa terjadi penurunan jumlah mereka yang berolahraga. Seperti dilansir BBC, terdapat 15,3 juta masyarakat yang aktif berolahraga di Inggris. Angka ini turun 200 ribu jiwa pada akhir 2012.
Pengembangan infrastruktur seperti pembangunan lapangan dengan rumput buatan, membuat sepakbola bisa dilakukan kapan saja dalam cuaca hujan deras sekalipun. Rumput buatan terbilang tahan dalam segala cuaca.
Jika banyak investor kesebelasan melakukan apa yang dilakukan Manchester City dengan membangun akademi dengan ketersediaan jumlah lapangan yang mencapai 16 buah, angka partisipasi olahraga di Inggris pun diharapkan bisa kembali meningkat. Ini sekaligus sesuai dengan harapan Partai Buruh, yang juga harapan semua masyarakat Inggris, di mana pesepakbola Inggris bisa berada pada level kompetisi tertinggi dan berjaya di kompetisi internasional.
====
* Akun twitter penulis: @Aditz92 dari @panditfootball