Pilar-pilar Muda yang Mempersembahkan Piala Eropa U-21 untuk Swedia

Skuat Swedia yang menjuarai Piala Eropa U-21 2015 mengingatkan orang kepada generasi emas Thomas Brolin, yang berhasil menjadi juara ketiga Piala Dunia 1994.
Swedia mengandaskan Portugal di laga final melalui adu penalti di Stadion Eden, Praha, pada Rabu (1/7) dinihari lalu. Ricardo Esgaio dan William Carvalho dari Portugal gagal mengeksekusi penalti sehingga Swedia berhasil menjadi juara Piala Eropa U-21 untuk pertama kalinya.
Padahal sebelum pertandingan, lebih banyak media Eropa yang menjagokan Portugal. "Siapa yang bisa mengira Swedia bisa memenangi turnamen? Tidak banyak," ujar John Guidetti, penyerang Swedia, usai pertandingan kepada The Guardian.
Skenario yang dibayangkan banyak orang yang mengunggulkan Portugal seakan sungguh akan terjadi. Sebabnya, baru tiga menit kickoff Portugal sudah bisa mencetak gol melalui tendangan voli Ricardo. Tapi pada akhirnya, Swedia berhasil membalikkan keadaan. Organisasi pertahanan dan kedisiplinan yang baik merupakan kunci sukses mereka untuk menghentikan Portugal.
Keterlibatan Swedia dalam Ajang Internasional
Bersama Norwegia dan Denmark, Swedia terletak di Tanjung Skandinavia. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai negara-negara Skandinavia. Selain tiga negara itu, Islandia dan Finlandia juga bagian dari wilayah Skandinavia. Mereka cenderung hidup sebagai jiran yang akur berkat banyaknya kesamaan dalam bahasa yang berakar dalam bahasa Skandinavia. Kerukunan itu juga tampak dalam persepakbolaan mereka.
Sebenarnya tidak ada hal yang luar biasa dari cara Swedia mengelola sepakbolanya. Metode pengembangan pemain mudanya juga tidak terlalu berbeda dengan akademi sepakbola di negara Skandinavia yang lain. Hanya saja di Swedia lebih banyak pertandingan usia muda, terutama dalam lingkup Skandinavia. Mereka getol membuat turnamen-turnamen, misalnya saat periode libur sekolah, untuk memberi kesempatan bagi pemain-pemain muda unjuk gigi.
Salah satu turnamen usia muda dengan skala besar yang sudah cukup terkenal adalah Piala Gothia di Gothenburg. Dari Piala Gothia muncul beberapa pemain profesional seperti Julio Baptista, Ze Roberto, Alan Shearer, Xabi ALonso, Andrea Pirlo, Emmanuel Adebayaor. Dari Swedia sendiri, pemain-pemain top mereka saat ini seperti Ibrahimovic dan Kim Kallstrom juga pernah terlibat dalam kompetisi tersebut.
Selain kompetisi, akademi di Swedia agak berbeda dengan Serbia yang cenderung menahan para pemainnya untuk tidak lekas-lekas pergi ke negara-negara maju Eropa sampai mencapai usia 20-an. Swedia justru mempersilakan anak didiknya berkembang di tim-tim Eropa lain, terutama Inggris.
Melamar ke akademi klub Inggris menjadi hal biasa dilakukan oleh pemain-pemain muda di Swedia. Mereka sudah tahu cara mengajukan proposal pengenalan diri. Misalnya: "Saya seorang pemain dengan kaki kanan dan selalu ingin menembak di luar kotak penalti memakai kaki kanan saya. Saya memiliki teknik yang baik dan ingin menantang lawan saya."
Pilar-Pilar yang Cocok Berkarier di Eropa
Lewat performa yang baik di Piala Eropa U-21 ini bukan tidak mustahil jika beberapa nama pesepakbola muda Swedia tersebut akan mendapatkan tawaran dan kesempatan bermain di beberapa kesebelasan top Eropa. Beberapa pilar Swedia muda itu bahkan sudah mendapatkan tawaran-tawaran yang menarik -- berikut ini di antaranya:
Patrik Carlgren
Carlgren dinobatkan sebagai pahlawan negaranya berkat penampilan gemilangnya di bawah mistar gawang. Di final ia membuat sejumlah penyelamatan gemilang dan krusial, plus menggagalkan eksekusi dua algojo Portugal dalam drama adu penalti.
Carlgren juga merupakan kiper utama timnya, AIK FoTBOL, dan sudah mengenyam 12 kali caps sejauh ini. Ia menjadi bagian performa kesebelasannya yang kini tengah bertengger di peringkat enam klasemen Allsvenskan, Liga Swedia.
Filip Helander
Kini Swedia tidak perlu khawatir mencari pengganti Olof Melberg sebagai bek tengah tangguh nan gahar. Sosok mantan pemain Aston Villa tersebut sudah muncul pada Filip Helander.
Pemain Malmo FF, salah satu kesebelasan tersukses di Swedia, menjadi salah satu pilar penting keberhasilan Swedia di Piala Eropa U-21. Dialah benteng kokoh yang mampu meredam keganasan penyerang-penyerang lawan.
Sebagai bek tengah ia nyaris tidak tergantikan walau pada partai final ia cuma tampil 45 menit karena cedera. Ia memang tak bisa menghentikan tendangan voli Ricardo di menit ketiga, namun sisanya ia bermain sempurna.
Bakat pemain setinggi 1,92 meter ini pun mulai diendus klub Turki, Caykur Rizespor. Helander sendiri memiliki kontrak di Malmo sampai Desember tahun ini dan diperkirakan memiliki harga sekitar 1 juta Euro.
Ludwig Augustinsson
Kekalahan Swedia U-21 dari Inggris dengan skor tipis 0-1 pada fase grup justru menjadi menjadi berkah tersendiri bagi Ludwig Augustinsson. Dari pertandingan tersebut ia dikabarkan menarik perhatian Aston Villa.
Kendati kalah, Augustinsson relatif berhasil meredam pergerakan Carl Jenkinson dengan cukup baik. Pada pertandingan tersebut ia melakukan dua kali tekel bersih pada pertandingan yang sebetulnya cukup berimbang tersebut.
Augustinsson sendiri memiliki kontrak bersama FC Copenhagen sampai 30 Juni 2019 dan dibanderol seharga 490 ribu poundsterling. Tapi Villa dikabarkan sudah menyodorkan tawaran kepadanya guna mendahului Liverpool yang kabarnya juga berminat.
Oscar Lewicki
Portugal U-21 mengandalkan Bernardo Silva sebagai kreator dan pengatur serangan dari lini tengah. Akan tetapi pada malam final, pemain bernomor punggung 10 tersebut tidak mampu berbuat banyak untuk memberikan suplai kepada rekan-rekannya di lini depan.
Mati kutunya Bernardo tidak lepas dari pengawalan ketat Oscar Lewicki, gelandang bertahan Swedia U-21. Sepanjang laga ia sangat disiplin mengawal playmaker Portugal tersebut. Dia pula yang menjadi pelindung pertahanan Swedia sehingga kinerja lini pertahanan sangat terbantu oleh screening yang dilakukannya di dalam kotak penalti.
Lewicki merupakan permain yang kuat ketika bertahan dan sama baiknya ketika membantu serangan. Sepanjang laga ia menjadi pemain yang paling sibuk melindungi pertahanan dengan tekel-teleknya. Tercatat ia melakukan enam kali tekel sukses, terbanyak dalam pertandingan tersebut.
Kendati sangat disiplin dalam bertahan, Lewicki justru berhasil membantu penyerangan dengan efektif. Ia tahu kapan naik dan kapan harus tetap berada di depan pertahanan. Ia bahkan mencatat dua kali percobaan tendangan ke gawang lawan, satu di antaranya berhasil tepat sasaran.
Lewicki merupakan pemain jebolan akademi Bayern Munich. Kabarnya, mantan klubnya itu tertarik memulangkan kembali Lewicki. Namun ia mengaku masih betah bersama Malmo, walau tidak menutup kemungkinan untuk kembali berkarier di Jerman atau mencoba tantangan baru di Inggris. Lewicki masih memiliki kontrak dengan Malmo sampai Desember 2017 dan dibanderol seharga 875 ribu ribu poundsterling.
Mikael Ishak
Swedia memang mengandalkan duet maut Guidetti dengan Isaac Kiese pada lini serang. Namun mereka punya penyerang muda lain yang juga berprospek cerah dalam diri Mikael Ishak.
Sayangnya, penyerang dari Randers FC di Liga Denmark itu cuma diberi kesempatan tiga kali bermain sebagai pemain pengganti. Alhasil ia cuma bisa berkontribusi menyumbangkan satu assist kepada Simon Tibbling ketika laga semifinal melawan Denmark.
Ishak merupakan pemain jebolan Assyriska FF, Liga Swedia, kemudian berkarir di tiga liga berbeda yakni bergabung FC Koln di Jerman, St Gallen dalam Liga Swiss, juga di Italia berseragam Parma dan Crotone.
Bersama Randers ia kini sudah membekukan 11 gol dari 23 penampilannya. Sekarang Koln pun dikabarkan ingin kembali memboyong Ishak ke tanah Jerman. Tapi pemain bernomor 10 di Randers tersebut masih memiliki kontrak sampai 6 Juni 2017 bersama kesebelasannya sekarang.
====
* Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: @randyntenk
** Foto-foto: Getty Images