Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Iker Casillas yang Terbuang

    Dex Glennıza - detikSport
    Jakarta -

    Selama bertahun-tahun Real Madrid sepertinya selalu kesulitan untuk mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih yang tulus kepada legendanya yang sudah berjasa kepada kesebelasan ibukota Spanyol tersebut.

    Di Madrid, kita tidak akan pernah melihat penghormatan perpisahan seperti yang Steven Gerrard dapatkan di Liverpool atau Xavi di FC Barcelona. Kasus ini berlanjut dari mulai Fernando Hierro, Raul Gonzalez, Luis Figo, dan banyak lagi yang lainnya.

    Bagaimanapun, kenyataannya tak satu pun dari mereka yang memiliki nasib seperti yang dialami Iker Casillas selama tiga tahun terakhir, sejak Jose Mourinho “membunuh karakternya” di depan publik.

    Sekarang situasinya adalah sebagai berikut:

    * Real Madrid ingin menyingkirkan Iker Casillas (dan menggantikannya dengan David De Gea).
    * Iker Casillas ingin meninggalkan Real Madrid.
    * Iker Casillas memiliki dua tahun tersisa di kontraknya (sampai Juni 2017) senilai sekitar 30 juta euro.
    * Jika Real Madrid ingin mengakhiri kontrak, Casillas ingin mendapatkan uang sisa kontraknya (30 juta euro).
    * Real Madrid tidak ingin membayar 30 juta euro.
    * Casillas dikabarkan akan dijual ke FC Porto.

    Pemain bernama lengkap Iker Casillas Fernandez ini telah berada di Real Madrid sejak 1990 di usianya yang baru sembilan tahun. Sejak 1990 hingga sekarang, Casillas selalu berseragam Los Blancos.

    Kabar terakhir yang menyebutkan bahwa ia akan meninggalkan Madrid untuk bergabung dengan FC Porto memang belum resmi. Tapi pada saat ini, katanya, itu hanya masalah waktu. Terserah Anda mau percaya atau tidak.

    Iker Casillas & Real Madrid, in a complicated relationship

    Ini bisa jadi akan mengakhiri hubungan rumit (in a complicated relationship) antara sang pemain dan tim yang ia sudah cintai sejak kecil. Pada akhirnya, sepertinya Madrid begitu putus asa untuk menyingkirkan Casillas dan setuju untuk membayar setengah sisa kontraknya (15 juta euro).

    Padahal, tanpa diragukan lagi Casillas adalah salah satu dari tiga Madridistas yang paling penting sepanjang sejarah mereka. Jadi, jika ia sampai didepak oleh Real Madrid, ini akan menjadi tanda tanya besar.

    Sulit untuk melebih-lebihkan jasa Casillas di Real Madrid, sebab jasanya memang besar sehingga tak perlu dilebih-lebihkan. Berawal dari seorang anak yang lahir di Mostoles, sebuah daerah pinggiran di Madrid, ia adalah produk akademi kesebelasan dan masuk ke tim utama sebagai starter pada 1999 di usianya yang baru 18 tahun.



    Pemain berusia 34 tahun ini akhirnya bisa sampai menang di final Liga Champions melawan Valencia. Dia kini sudah tiga kali memenangi Liga Champions, termasuk permainannya yang luar biasa sebagai pemain pengganti di final 2002 melawan Bayer Leverkusen.

    Sang kapten juga berhasil memenangkan 5 gelar La Liga Spanyol, 2 Copa del Rey, 4 Piala Super Spanyol, 2 Piala Super Eropa, 2 Piala InterContinental, 1 Piala Dunia Antarklub, dan diberi gelar sebagai kiper terbaik di dunia (IFFHS best goalkeeper of the year) selama lima kali berturut-turut.

    Mungkin yang paling penting, dia menjadi kapten Spanyol saat mereka memenangi 2 Piala Eropa (Euro 2008 dan 2012) dan satu gelar Piala Dunia (2010). Sempurna Casillas sebagai “San Iker”, julukan yang bahkan sudah melekat padanya jauh sebelum trofi-trofi internasional itu didekapnya.

    Tanpa diragukan lagi, Casillas adalah kiper terbesar yang pernah bermain untuk Real Madrid.



    Meskipun semua gelar, kebesaran, sikap penuh profesional dari San Iker, Casillas sebenarnya sudah menjadi korban cemoohan beberapa suporter Bernabeu di hampir setiap pertandingan kandang dalam dua musim terakhir.

    Ada masalah apa sebenarnya antara Casillas dan Real Madrid?

    Awal masalah Casillas di Real Madrid

    Semuanya dimulai pada 2011 antara Casillas dengan dua pilar Barcelona, Xavi Hernandez dan Carles Puyol. Ketegangan ini adalah murni antara Madrid dan Bara yang memang sudah menjadi tradisi.

    Sikap provokatif dari manajer Madrid saat itu, Mourinho, tambah memperkeruh suasana. Mourinho memiliki paradigma dan mentalitas yang lebih memilih untuk menganggap hubungan Madrid dengan Barca sebagai salah satu permusuhan terbuka, alih-alih sikap saling menghormati.

    Salah satu tindakannya yang paling terkenal adalah ketika ia mencolok mata (almarhum) Tito Vilanova pada akhir pertandingan El Clasico yang sangat panas.

    Casillas, yang pada awalnya selalu nurut kepada Mourinho, menyadari bahwa bosnya tersebut sudah membuat suasana semakin tidak kondusif. Hal ini membuatnya pusing lantaran ia adalah kapten Spanyol. Ia akan memimpin negaranya untuk turnamen Euro 2012.

    Dengan adanya konflik berlarut-larut ini, maka harmoni di tim nasional Spanyol sedang berada dalam bahaya besar.

    Akhirnya dia memutuskan untuk merangkul Puyol dan Xavi, mencoba menenangkan konflik, dan membangun persatuan dan keharmonisan tim menjelang turnamen. Melalui sikap kepemimpinan dan profesionalismenya, situasi sempat tegang, tapi akhirnya Casillas-lah yang menjadi faktor kunci dalam kejayaan Spanyol di Euro 2012.

    Mourinho yang hanya tahu Casillas sebagai pemain Madrid (bukan Spanyol), melihat sikapnya tersebut sebagai pengkhianatan secara tidak langsung. Sejak saat itu ia tidak pernah memaafkan Casillas.

    Hanya ada dua jenis manusia di dunia ini menurut Mourinho, mereka adalah manusia yang mendukungnya dan manusia yang menentangnya. Dia mulai curiga bahwa Casillas adalah manusia yang termasuk pada jenis yang kedua.

    Ketika banyak hal mulai tidak karuan untuk Mourinho di Real Madrid, ia malah semakin paranoid. Pada akhirnya, hampir semua orang di skuat, termasuk rekan-rekan senegaranya (asal Portugal) yaitu Cristiano Ronaldo dan Pepe telah berpaling menjadi menentangnya.

    Mourinho berpikir bahwa akar dari semua itu adalah Casillas. Dia mulai melakukan propaganda, ditambah melalui media yang memang ramah padanya, ia menuduh Casillas sebagai “topo” (tahi lalat). Dia menduga bahwa Casillas sudah membuat satu skuat Madrid berpaling untuk melawan Mou.

    Mental Mourinho tersebut memiliki daya tarik yang mendalam di antara sektor suporter hardcore Madrid, terutama yang melihat persaingan Madrid-Barca sebagai bagian dari perang budaya yang sudah turun-temurun di Spanyol.

    Ketegangan antara Madrid dan Catalunya adalah segalanya. Negara ini terjebak dalam lingkaran setan yang memprovokasi rasa nasionalisme sebagai dosa besar. Iker Casillas adalah korban dari perang budaya ini. Dalam hal itu, ia dianggap sebagai pengkhianat, padahal ia sudah mempersatukan negaranya meraih tiga gelar.

    Ini memang kesimpulan yang konyol dan buruk. Tapi seperti itulah yang bisa pnulis nilai dari awal bencana Casillas bersama Real Madrid.



    Tidak ada satu pemain pun yang lebih tinggi daripada Real Madrid

    Tidak ada yang tahu masalah ini lebih lengkap daripada Casillas sendiri, yang terus saja diam dan menerima kenyataan pahit ini. Pihak manajemen kesebelasan bahkan tak kunjung mempedulikan nasibnya, terutama karena presiden Florentino Perez tidak pernah menjadi fans Casillas. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sejak lama mimpi Perez adalah mendatangkan Gianluigi Buffon ke Real Madrid.

    Perez malah curiga dengan menganggap bahwa sang pemain sudah memiliki kekuasaan yang lebih tinggi di Real Madrid. Hal inilah yang membuatnya juga berperang dengan tiga pemain Madrid: Casillas sebagai kapten, Sergio Ramos sebagai wakil kapten, dan Marcelo sebagai kapten ketiga.

    Jadi, sekarang Perez akhirnya sudah “mendapatkan jalan”, meskipun itu akan mengorbankan banyak hal. Bayangkan, dua dari tiga pemain paling berpengaruh di Real Madrid sedang berada di ujung tanduk.

    Sekali lagi, dia berhasil menendang keluar begitu saja sang legenda kesebelasan. Di musim panas saat pemain seperti Gerrard, Xavi, dan Andrea Pirlo diberi perpisahan terhormat dari kesebelasannya masing-masing, Casillas malah semakin tenggelam.

    Tapi itulah cara yang tampaknya selalu terjadi di Madrid: Redondo, Hierro, Del Bosque, Figo, Raul, Xabi Alonso, Sergio Ramos, atau Ancelotti.

    Di saat banyak kesebelasan yang memang menegaskan bahwa tidak ada pemain yang lebih besar daripada kesebelasan itu sendiri, kita malah mendapati Real Madrid bisa dengan mudahnya melepeh pemain penting mereka.

    Pengganti Casillas di Real Madrid

    Jika kita sudah sampai di sini, maka sesungguhnya kita bisa menilai Casillas sebagai kiper Real Madrid, Casillas sebagai legenda yang berpengaruh di Real Madrid, atau juga Casillas sebagai pemain homegrown Real Madrid.

    Untuk sementara waktu, sepertinya kepastian David de Gea akan menggantikannya adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Kiper yang juga asal Spanyol ini begitu rindu Madrid, pacarnya, dan keluarganya, sampai-sampai dia melupakan fakta bahwa dia adalah suporter seumur hidup Atletico Madrid, rival sekota Real Madrid.

    De Gea hanya memiliki satu tahun tersisa di kontraknya, sehingga tampaknya Manchester United akan dipaksa untuk membuat kesepakatan. Itu juga ditambah situasi Sergio Ramos di Real Madrid yang meledak dan berpotensi menjadi kunci dalam negosiasi tersebut.

    Kalaupun Madrid tidak jadi mendatangkan De Gea, mereka masih memiliki Keylor Navas yang bisa menggantikan Casillas sebagai kiper Real Madrid.

    Baca juga: Berapa Sebenarnya Harga David de Gea?

    Tapi jika kita beralih kepada peran Casillas sebagai pemain yang berpengaruh di Real Madrid, mungkin hal ini akan bisa ditampik dengan keberadaan Marcelo, Pepe (kapten keempat), atau Cristiano Ronaldo. Satu hal yang jelas, status legendaris Casillas akan sulit tergantikan oleh mereka, setidaknya dalam beberapa tahun ke depan.

    Kemudian terakhir, jika melihat Casillas sebagai pemain homegrown Real Madrid, itulah sebabnya dalam sepekan terakhir ini Madrid tampak telah melakukan kesepakatan untuk mendatangkan kiper RCD Espanyol, Kiko Casilla.

    Itu benar, ada kemungkinan kuat bahwa Iker Casillas akan digantikan oleh seorang pemain yang memiliki nama yang sama, hanya dikurangi sebuah huruf ‘s’ di belakangnya.

    Casilla sebenarnya produk dari sistem akademi Real Madrid dan selalu dianggap sebagai salah satu prospek kiper terbaik dari generasinya. Dia memiliki gaya yang sama sekali berbeda dari De Gea: ia lebih dianggap sebagai commanding goalkeeper di area kotak penalti alih-alih sebagai shot stopper.

    Siapapun yang akan menggantikan Iker Casillas, ia akan melangkah ke dalam kotak penalti yang sudah dimiliki oleh seorang legenda tim selama 16 tahun terakhir. Ini tidak akan menjadi tugas yang mudah bagi siapa pun yang terpilih. Dibutuhkan kemampuan khusus, kekuatan mental, dan kesabaran tingkat tinggi untuk menahan tekanan menjadi si empunya No. 1 di Real Madrid.

    Pada akhirnya, itulah yang membuat Casillas begitu istimewa. Dia berhasil membuat hal-hal menjadi luar biasa biasa, tidak peduli seberapa buruk pun situasi yang ia hadapi.


    ====

    * Akun twitter penulis: @dexglenniza dari @panditfootball
    ** Foto-foto: Getty Images

    (a2s/roz)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game