Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Dortmund Siap Lupakan Musim Lalu dan Kembali ke Puncak di Era Baru

    Taufik Nur Shidiq - detikSport
    Getty Images Getty Images
    Jakarta -

    Juergen Klopp membawa Borussia Dortmund meninggalkan papan tengah untuk merasakan seperti apa rasanya menjadi penguasa Jerman dan melaju ke puncak kejuaraan Eropa. Namun bersama Klopp pula Dortmund merasakan musim dingin di zona degradasi untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Dan ketika Klopp merasa tidak mampu lagi berbuat apa-apa untuk Dortmund, ia memilih pergi.
     
    Kebersamaannya dengan Dortmund telah mengangkat Klopp ke tingkat yang lebih tinggi. Ia bukan hanya pelatih kepala, namun juga orang suci. Sehingga wajar jika ada pesimisme terhadap penggantinya. Jika Klopp saja tidak mampu memperbaiki Dortmund, bukan tidak mungkin tidak akan ada yang bisa melakukannya.

    Thomas Tuchel, bagaimanapun, tampak berbeda. Ia terlihat memiliki kesiapan dan kemampuan untuk membawa Dortmund kembali ke habitatnya.

    Kepergian Orang Suci dan Eksodus yang Tidak Terjadi

    Saat Klopp datang, Dortmund hanyalah sebuah kesebelasan yang menghabiskan lima musim terakhirnya sebagai penghuni papan tengah. Peringkat enam adalah raihan terbaik mereka selama rentang waktu itu. Dan yang terburuk adalah peringkat ke-13, di musim 2007/08. Malah, adalah catatan tersebut yang membuat manajemen Dortmund memutuskan untuk berpisah dengan Thomas Doll dan mendekati Klopp.

    Dalam dua musim pertamanya, Klopp hanya berhasil membawa Dortmund mengakhiri musim di peringkat keenam dan kelima. Namun itu tetap menjadi indikasi baik. Dan kesabaran para pendukung setia terbayar di musim 2010/11: Dortmund juara Bundesliga, mengungguli Bayer Leverkusen di peringkat kedua dengan selisih tujuh angka. Bayern Munich, kesebelasan saingan Dortmund, harus puas menempati peringkat ketiga dan berada sepuluh angka di belakang sang juara.

    Bayern membaik di musim berikutnya. Raihan 65 angka di musim 2010/11 menjadi 73 di penghujung musim 2011/12. Namun Di saat yang bersamaan, Klopp berhasil membawa Dortmund meraih 81 angka. Dortmund juara lagi, Bayern gagal lagi. Semakin dalam saja rasa cinta para pendukung Dortmund kepada Klopp. Dalam perjalanannya Klopp tidak hanya menjadi pelatih kepala yang lebih baik: bersama Dortmund ia menjadi orang suci yang dicintai.

    Gelar juara, bagaimanapun, bukan satu-satunya alasan mencintai Klopp. Sang pelatih kepala tetap mampu menjaga keseimbangan neraca keuangan kesebelasan dengan tidak boros di pasar pemain. Malah, Klopp banyak mengorbitkan para pemain muda.
     
    Dua puluh empat pemain utama Dortmund yang berada di kesebelasan utama musim lalu bisa berada di tempat mereka saat ini karena Klopp. Lebih jauh lagi, empat belas di antaranya menjalani debut Bundesliga di bawah asuhan Klopp. Para pemain yang dimaksud adalah Neven Subotic, Marcel Schmelzer, Sven Bender, Kevin Grosskreutz, Mitchell Langerak, Shinji Kagawa, Henrikh Mkhitaryan, Pierre-Emerick Aubameyang, Erik Durm, Milos Jojic, Kevin Kampl, Ciro Immobile, Marian Sarr, dan Jeremy Dudziak.
     
    Sepuluh pemain lain dalam daftar dua puluh empat pemain ini tidak (atau belum) menjalani debut Bundesliga di bawah asuhan Klopp, namun mereka tetap mendapat peluang berada dan/atau menjadi andalan di kesebelasan utama karena Klopp memberi peluang tersebut kepada mereka. Pemain-pemain tersebut adalah kapten Mats Hummels, wakil kapten Marco Reus, Lukasz Piszczek, Ilkay Gundogan, Oliver Kirch, Matthias Ginter, Adrian Ramos, Sokratis, dan Zlatan Alomerovic.

    Mengingat kesempatan bermain dan kepercayaan pelatih kepala dalam sepakbola profesional adalah barang mewah, tidak mengherankan jika kepergian Klopp memicu kekhawatiran terjadinya eksodus pemain besar-besaran. Sangat wajar jika para pemain seperti Hummels yang dibesarkan oleh Bayern atau Ilkay Gundogan yang pernah menimba ilmu di akademi FC Schalke 04, atau Reus yang mulai dikenal dunia saat membela Borussia Monchengladbach, memiliki kesetiaan yang lebih besar kepada Klopp ketimbang kepada Dortmund sendiri. Karenanya kepergian Klopp sangat mungkin membuat mereka dan para pemain lainnya mengambil langkah serupa.

    Ketertarikan Manchester United kepada Hummels yang belum juga mereda diperparah oleh keengganan Gundogan untuk memperpanjang kontraknya, yang akan berakhir di musim panas 2016. Reus pun, walau sempat beberapa kali menderita cedera pada musim 2014/15, tidak lantas menjadi pemain yang tidak diminati. Kekalahan Dortmund dari Schalke dalam perburuan Johannes Geis membuat suasana semakin tidak menyenangkan.

    Namun eksodus yang dikhawatirkan tidak (atau belum, mengingat bursa transfer masih terbuka; namun untuk saat ini, optimis sajalah) terjadi. Hummels menyatakan kesediaan membela Dortmund lebih lama, dan Gundogan memperpanjang kontraknya. Reus, seperti dirinya di dalam pertandingan, lebih banyak diam dan membiarkan kaki-kakinya bekerja dalam latihan dan pertandingan uji coba.

    Jika kondisi yang ada saat ini mampu dipertahankan, musim depan para pemain Dortmund akan tetap membela kesebelasan yang sama; walau bersama pelatih kepala yang berbeda.

    Tuchel Menjanjikan Masa Depan yang Cerah

    Tidak seperti ayahnya, Jose Mourinho tidak pernah menjadi pemain sepakbola profesional. Namun ia tidak menyesali hal tersebut karena kegagalannya di masa muda terbukti membuka jalan untuk kesukesannya saat ini. Hikmah dari tidak menjadi pemain sepakbola profesional adalah, pernah suatu ketika Mourinho berkata, dirinya memiliki lebih banyak waktu untuk belajar.

    Karier Tuchel sebagai pemain sepakbola tidak sama dengan Mourinho. Tuchel sempat membela kesebelasan divisi kedua Bundesliga, Stuttgarter Kickers. Namun Tuchel tidak berhasil bersama Kickers –delapan  pertandingan liga selama dua musim saja– sehingga ia pindah ke SSV Ulm 1846 yang berlaga di Regionalliga, divisi semiprofesional. Bersama Ulm, Tuchel mendapat lebih banyak kesempatan bermain namun kebersamaan keduanya hanya berlangsung selama empat tahun.

    Pada 1998, saat ia berusia 25 tahun, Tuchel pensiun karena cedera tulang rawan yang sudah sangat parah. Karier sebagai pemain terenggut darinya, namun waktu luang untuk lebih banyak belajar menjadi seorang pelatih menjadi miliknya.

    Dua tahun setelah pensiun sebagai pemain, Tuchel berkarier sebagai pelatih kepala kesebelasan VfB Stuttgart U-19. Setelah lima tahun bersama Stuttgart U-19, Tuchel pindah ke FC Augsburg dan menjalani karier sebagai pelatih kesebelasan muda selama tiga tahun.

    Delapan tahun praktik bersama Stuttgart dan Augsburg, akhirnya membawa Tuchel ke FSV Mainz 05, sebagai pelatih U-19. Bersama kesebelasan muda Mainz, Tuchel menjadi juara Jerman. Sehingga ketika Jorn Andersen meninggalkan posisi pelatih utama kesebelasan utama pada 2009, pihak kesebelasan tidak ragu menunjuk Tuchel sebagai pengganti.

    Menangani kesebelasan utama tentunya tidak semudah mengarahkan para pemain muda. Tuchel tidak membawa Mainz menjuarai Bundesliga di musim pertamanya. Namun bukan berarti ia tidak istimewa. Musim 2011/12, Tuchel membawa Mainz mengakhiri musim di zona Eropa; tepatnya di peringkat kelima. Mainz, karenanya, berpeluang tampil di Eropa untuk kali pertama. Sayangnya, mereka gagal ambil bagian di Europa League karena kalah dari Gaz Metan Medias pada putaran ketiga.

    “Saya menyukai beberapa kualitas permainan tertentu,” ujar Tuchel. “Gaya bermain yang aktif, pertahanan yang berani, dan serangan yang cepat.” Taktik andalan Tuchel membuat dirinya menjadi pilihan yang tepat untuk menggantikan Klopp. Dan untuk beberapa alasan kecuali pengalaman dan bukti, Tuchel lebih baik dari Klopp.

    Selama menangani Mainz, Tuchel dikenal sebagai juru taktik yang cerdas. Ia memiliki banyak opsi untuk setiap lawan yang dihadapi. Hal inilah yang tidak dimiliki Klopp, yang terlalu tergantung kepada formasi 4-2-3-1 dan para pemain utama.
     
    Absennya para pemain kunci memaksa Klopp, pada musim lalu, memainkan pasukannya dalam formasi baru. Hasilnya mengecewakan. Eksperimen 4-4-2 kala melawan FC Schalke 04 di pekan keenam berakhir dengan kekalahan 1-2. Begitu juga dengan 4-3-3: kalah 0-1 di pertandingan melawan Hannover 96 di pekan kesembilan dan 1-2 dari Bayern Munchen satu pekan setelahnya. Dengan formasi 4-1-4-1, Dortmund kalah dari Hertha Berlin (0-1, pekan 15) dan Werder Bremen (1-2, pekan 17). Bersama Tuchel, minimnya opsi tidak akan menjadi masalah berarti.

    Ketika membawa Mainz meraih tiket Europa League 2011, Tuchel melakukannya dengan lima formasi berbeda: 4-2-3-1, 4-4-2 berlian, 4-4-2, 4-3-1-2, dan 4-3-3. Pemain kuncinya pada saat itu juga bukan bintang. Untuk mendampingi Andre Schuerrle, Tuchel mendatangkan Adam Szalai yang tidak diinginkan di Real Madrid dan meminjam pemain muda Schalke, Lewis Holtby.

    Ketiga pemain tersebut membantu Mainz memberi ucapan selamat tinggal yang manis kepada Bruchwegstadion, kandang lama Mainz. Schuerrle menjadi pemain yang paling tajam di antara ketiganya dengan catatan 15 gol dan 5 assist.

    Holtby juga terbukti tidak mengecewakan. Dari 30 pertandingan liga –3 laga lebih sedikit dari Schuerrle– ia mencetak empat gol dan 10 assist. Szalai, yang hanya tampil dalam 20 pertandingan, mencetak empat gol dan tiga assist; tidak buruk untuk seorang pemain yang menghabiskan tiga musim terakhirnya di Real Madrid B. Ketiga pemain ini bersinar karena Tuchel pandai menilai potensi.

    Kekayaan taktik dan kemampuan melihat potensi pemain inilah yang membuat Dortmund, yang terancam eksodus besar-besaran setelah Klopp pergi, terlihat akan baik-baik saja di tangan Tuchel. Karena isu eksodus mulai mereda setelah para pemain utama satu per satu menyatakan kesetiaannya, Dortmund semakin tampak akan baik-baik saja. Dan baik-baik saja berarti Dortmund akan kembali bersaing di papan atas, bukan serta merta aman dari ancaman degradasi.

    Lain hal, ada fakta menarik mengenai Tuchel. Ia mempelajari ilmu yang dimilikinya saat ini dari pelatih kepala Bayern, Pep Guardiola. “Saya mempelajari banyak hal mengenai sepakbola terutama ketika Guardiola melatih Barcelona,” aku Tuchel.

    Jika Tuchel belajar dari Guardiola, maka ia tentunya tahu sedikit banyak kelemahan dan cara mengalahkan pria Spanyol tersebut. Jika Tuchel tahu cara mengalahkan Guardiola, maka ia tentunya tahu bagaimana cara merebut gelar juara liga dari tangan Bayern.

    Prediksi Formasi dan Persaingan-persaingan yang Terjadi

    Para pemain Dortmund sudah terlalu akrab dengan formasi 4-2-3-1 sehingga kecuali ia mampu menanamkan taktik baru dan para pemain mampu menguasainya dalam waktu singkat, kemungkinan besar Tuchel akan mengandalkan formasi andalan Klopp di musim pertamanya. Setidaknya di putaran pertama sembari sedikit demi sedikit memainkan formasi-formasi berbeda dan menyempurnakan pemahaman pemain terhadap taktiknya di masa jeda musim dingin.
     
    Kedatangan Roman Burki dari SC Freiburg sebagai pengganti Mitchell Langerak yang pindah ke VfB Stuttgart membuat Roman Weidenfeller mendapat saingan baru di posisi penjaga gawang utama.

    Sokratis dan Matthias Ginter yang semakin matang membuat Subotic tidak lagi menjadi secara otomatis menjadi pendamping Hummels di jantung pertahanan.

    Pada dasarnya, kehadiran pelatih baru memang tidak membuat siapapun memiliki jaminan tampil di kesebelasan utama. Kecuali, barangkali, untuk Piszczek yang tidak memiliki saingan langsung di posisi bek sayap kanan. Jaminan serupa bukanlah milik Marcel Schmelzer di sisi berbeda lini pertahanan. Seolah persaingan dengan Erik Durm kurang ketat, naiklah satu orang bek kiri lain dari Borussia Dortmund II: Dudziak.
     
    Cederanya Oliver Kirch dan Nuri Sahin (serta Gonzalo Castro) membuat dua tempat di lini tengah, apapun formasinya, hampir pasti menjadi milik Sven Bender dan Ilkay Gundogan. Persaingan untuk peran gelandang serang, sementara itu, diramaikan oleh Shinji Kagawa, Henrikh Mkhitaryan, dan Kevin Kampl.

    Di lini serang, Tuchel sangat mungkin menerapkan skema satu penyerang tengah mengingat Adrian Ramos (dan pemain muda Marvin Ducksch) masih dibekap cedera sehingga satu-satunya pemain yang dapat ia andalkan di posisi ini adalah Pierre-Emerick Aubameyang.

    Persaingan di posisi penyerang sayap, sementara itu, untuk saat ini hanya melibatkan Reus, Jonas Hofmann, dan Jakub Blaszczykowski karena Grosskreutz masih menderita cedera.



    ====

    * Akun twitter penulis: @nurshiddiq dari @panditfootball



    (cas/cas)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game