113 Tahun Kemudian

FC Hanau 1893 hanya membutuhkan waktu satu tahun untuk mendapatkan peluang menorehkan prestasi. Kesebelasan sepakbola tertua di negara bagian Hessen tersebut menjadi satu dari dua finalis pertandingan final sepakbola tingkat nasional di Berlin tahun 1894, hanya setahun setelah berdiri. Ini merupakan peristiwa yang dalam sejarah Jerman dicatat sebagai usaha pertama Jerman untuk mempunyai kesebelasan terbaik tingkat nasional.
Bertindak sebagai lawan Hanau pada pertandingan bersejarah tersebut adalah kesebelasan lokal kota penyelenggara pertandingan, BFC Viktoria 1889 Berlin (juara kompetisi tingkat Berlin). Para pemain Viktoria Berlin tak perlu bermandi peluh dan mengotori sepatu mereka. Hanau dinyatakan kalah tanpa bertanding. Karenanya, Viktoria Berlin, seperti namanya, keluar sebagai pemenang pertandingan.
Viktoria Berlin tidak secara sepihak mencuri gelar dari tangan Hanau. Mereka, jika boleh disebut demikian, hanya lebih beruntung karena dapat hadir di stadion. Hanau tidak memiliki kekuatan finansial untuk hadir di Berlin sehingga mereka tidak dapat menjalani pertandingan. Dan karenanya dianggap kalah.
Viktoria Berlin tidak menyalahi aturan. Tidak pula mereka menang dengan cara curang. Walau tanpa bertanding, mereka menang dengan wajar.
Kendati demikian, tetap saja ada urusan yang belum selesai. Atas inisiatif Theo Zwanziger, presiden asosiasi sepakbola Jerman (Deutscher Fussball-Bund) periode 2006-2012, Viktoria Berlin dan Hanau dipertemukan dalam dua pertandingan – 21 dan 28 Juli 2007 – untuk menyelesaikan urusan yang tertunda selama 113 tahun lamanya.
Aji Mumpung Hanau
"Saya rasa kedua kesebelasan bersama-sama memainkan pertandingan ulang untuk final 1894 yang tidak biasa adalah sebuah gagasan yang sangat hebat, untuk menemukan pemenang moral setelah bertahun-tahun,” ujar Theo Zwanziger. “Final ini menggarisbawahi tradisi sepakbola Jerman yang sangat hebat.”
Hanau, tidak seperti Viktoria Berlin, tidak menyandang status kesebelasan profesional ketika Zwanziger membawa gagasan mengenai final yang tertunda ini ke permukaan. Selepas musim 1978/99, Hanau terlempar dari divisi profesional ke divisi amatir dan hingga saat ini masih belum berhasil merangkak naik. Viktoria Berlin, sementara itu, berstatus profesional dan berada di divisi kelima, dua divisi di atas Hanau.
Viktoria Berlin yang di atas kertas lebih baik dari Hanau. Bahkan mereka sudah menyewa city hall Berlin untuk perayaan kemenangan.
Tapi Hanau tidak ciut. Tidak seperti 1894, mereka tetap hadir di pertandingan karena dua alasan: menyudahi urusan yang tertunda selama 113 tahun, dan kembali mempopulerkan nama Hanau di antara masyarakat Jerman yang sudah melupakan mereka.
Sementara Sven Leistikow, selaku presiden Viktoria Berlin, berbicara mengenai kemenangan dan gelar juara, Thomas Tamberg selaku chairman Hanau tetap sadar diri dan memandang pertandingan sebagai hak masyarakat yang tertunda sekian lama.
"Kami hanya ingin menyuguhkan hasil yang jelas kepada semua orang," ujar Thomas Tamberg.
Selain keinginan untuk menyelesaikan pertandingan yang seharusnya berlangsung 113 tahun lalu itu, Tamberg juga berharap agar sorotan media terhadap kesebelasannya dalam dua pertandingan itu akan membuat nama Hanau kembali populer dan mendapat banyak pemasukan dari tiket pertandingan yang, dalam jangka panjang, akan menjadi modal awal bagi Hanau untuk kembali ke dunia sepakbola profesional.
Hanau tampak serius dalam usaha mereka untuk meraup keuntungan dan popularitas dari pertandingan ini. Untuk satu kursi VIP di kandang mereka, Herbert-Drose-Stadion, Hanau membanderol harga 1.894 euro. Itu untuk meraup keuntungan finansial saja. Demi menanjaknya popularitas, Hanau mengundang nama-nama besar sebagai tamu kehormatan di hari bersejarah yang berlangsung di Herbert-Drose-Stadion.
Theo Zwanziger membantu inisiatif Hanau dengan memberi perintah khusus kepada Rudi Voller, pelatih kepala tim nasional Jerman saat itu, untuk hadir menyaksikan langsung pertandingan antara Hanau dan Viktoria Berlin di salah satu tempat yang paling ia hindari.
Sedikit catatan, Voller tak hanya tumbuh bersama TSV 1860 Hanau. Ia juga pernah bermain untuk kesebelasan tersebut dan mendukung kesebelasan asal kota kelahirannya itu. Sedikit catatan lain: TSV 1860 Hanau adalah kesebelasan saingan FC Hanau 1893. Jadi ada sedikit persoalan bagi Voller untuk memenuhi permintaan itu.
Leg pertama di kandang Hanau itu sayangnya berjalan tidak maksimal bagi tuan rumah. Mereka kalah 0-3. Pada leg kedua yang digelar di kandang Viktoria, mereka meraih hasil yang lebih baik, yaitu seri 1-1.
Hasil pada dua laga itu kembali menegaskan catatan sejarah yang sudah lama terukir. Bahwa Viktoria Berlin-lah yang memang menjadi juara pada 1894. Laga yang tertunda selama seabad lebih itu tidak mengubah catatan sejarah apa pun.
Demi menghidupkan kembali suasana pertandingan tahun 1894, Viktoria Berlin dan Hanau dijadwalkan bertanding menggunakan bola yang digunakan pada pertandingan-pertandingan sepakbola abad 19. Mereka juga bertanding dengan seragam tanpa lambang kesebelasan di dada dan nama pemain di bagian belakang seragam tersebut. Hanya nomor punggung saja yang menjadi pembeda seragam setiap pemain yang bertanding.
Namun rencana tetap rencana karena kenyataannya, bola Adidas Teamgeist– bola yang digunakan di Piala Dunia 2006 – digunakan pada pertandingan ini. Di Herbert-Dröse, stadion yang tribun penontonnya hanya ada di kedua sisi panjang lapangan dan lapangannya dapat berfungsi ganda sebagai lapangan sepakbola dan football, pemantik kenangan masa lalu hanyalah seragam pertandingan kedua kesebelasan dan mobil-mobil klasik yang berjalan lambat berkeliling di lintasan lari.
Kedua kesebelasan saling jual beli serangan sepanjang babak pertama. Namun hanya satu gol tercipta – oleh pemain Viktoria Berlin bernama Grubert di menit ke-17 lewat sundulan jarak dekat tanpa gangguan; Grubert bahkan tidak harus melompat untuk menyundul bola – karena kualitas penyelesaian akhir kedua kesebelasan yang begitu buruk. Di babak kedua, Viktoria Berlin menambah dua gol lewat Gröschel (80) dan Köster (89).
Kalah tiga gol tanpa balas di kandang sendiri berarti Hanau harus mencetak empat gol di Berlin, di Friedrich-Ebert-Stadion. Namun karena bukan gelar tak resmi juara nasional pertama sepanjang sejarah Jerman (karena Hanau dan Viktoria Berlin tidak bertanding di 1894, gelar juara nasional pertama Jerman akan selamanya menjadi milik VfB Leipzig yang mengalahkan Deutscher FC Prag denganskor 7-2 di final nasional tahun 1903) yang menjadi tujuan mereka, Hanau bersikap biasa saja.
"Ini adalah pengalaman yang hebat bagi semua orang dan secara keseluruhan merupakan pesta yang meriah," ujar Thomas Tamberg. "Hasil akhir itu nomor dua."
Dan ketika bertandang ke Berlin sepekan setelahnya, Tamberg terang-terangan menyatakan bahwa kehadiran kesebelasannya dan 400 pendukung yang mereka bawa adalah untuk memasarkan kota Hanau.
“Kami datang ke sini untuk memasarkan kota kami,” ujar Tamberg.
Tanpa tujuan menang, Hanau tidak meraih kemenangan. Mereka tidak kalah, namun mereka juga tidak menang. Di Friedrich-Ebert-Stadion, Viktoria Berlin yang menghadapi tugas mudah berhasil menahan imbang Hanau 1-1 dan keluar sebagai pemenang dari pertandingan final kejuaraan sepakbola nasional pertama sepanjang sejarah Jerman -- sebuah pertandingan yang baru digelar setelah 113 tahun.
Kini sudah delapan tahun berlalu sejak laga itu. Usaha Hanau untuk memaksimalkan peluang yang datang dari pertandingan tersebut ternyata tak berhasil. Mereka belum berhasil keluar dari divisi amatir.
Pada musim musim 2014/15, Hanau menghabiskan waktu dengan bermain di Kreisoberliga Hanau dan berhasil menjuarai kejuaraan tersebut. Sebagai ganjarannya, Hanau akan menjadi bagian dari Gruppenliga Frankfurt Ost; tingkat ketujuh (terhitung dari atas) dalam piramida sepakbola Jerman.
Boleh dikatakan bahwa Hanau tidak berhasil secara maksimal memanfaatkan semua peluang yang mereka dapatkan pada 2007. Namun hidup masih terus berjalan dan Hanau masih terus berusaha. Hanau, karenanya, lebih pantas disebut belum berhasil. Sampai kapan mereka harus terus berusaha, hanya waktu yang akan menjawabnya.
====
* Penulis adalah analis dari @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @nurshiddiq