Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Takdir Liga Primer untuk Charlie Austin

    Dex Glenniza - detikSport
    Jakarta -

    Perjalanan Queens Park Rangers pada musim lalu (2014/15) berakhir dengan tragis. Mereka harus terdegradasi kembali ke Football League Championship, hanya semusim setelah mereka promosi ke Liga Primer. QPR berada pada posisi juru kunci dan harus turun bersama dengan Hull City dan Burnley.

    Sudah menjadi rahasia umum bahwa kesebelasan asal London tersebut dikritik karena memiliki terlalu banyak pemain yang dibayar mahal, sementara kontribusi mereka sangat minim. Namun, dari semua pemain QPR, ada satu nama yang paling bersinar di musim lalu. Ia adalah Charles “Charlie” Austin.

    Pada kenyataannya, dari tiga tim yang terdegradasi, bersama dengan Danny Ings (Burnley), Austin adalah properti panas yang memiliki kelas untuk Liga Primer, bukan Championship. Ings berhasil mencetak 11 gol dan performanya tersebut telah membawanya pindah “naik kelas” ke klub barunya, Liverpool.

    Sementara Austin dinilai lebih memiliki efek yang luar biasa daripada Ings di Burnley. Pemain asal Inggris ini berhasil mencetak 18 gol untuk QPR dalam 35 pertandingan, yang membuatnya menduduki urutan keempat dalam daftar top skor Liga Primer 2014/15 di bawah Sergio Agüero (Manchester City/26 gol), Harry Kane (Tottenham Hotspur/21), dan Diego Costa (Chelsea/22).

    Yang sangat mengherankan, sudah kurang dari dua minggu menjelang Liga Primer bergulir, statusnya masih sebagai pemain The Hoops.

    Musim lalu Austin menjadi penyerang Inggris paling subur kedua setelah Kane. Jika tidak ada Kane, mungkin kita sudah membicarakan Austin lebih sering lagi.

    QPR "hanya" berhasil mencetak 42 gol musim lalu. Ini artinya Austin telah berkontribusi (ditambah assist dan key pass) sebanyak 42,9% untuk QPR. Ini juga berarti adalah Austin merupakan pemain yang sangat penting bagi The R’s.



    Berdasarkan rekap WhoScored, persentase kontribusinya tersebut adalah yang tertinggi di Liga Primer 2014/15, mengungguli pesaing-pesaingnya seperti Christian Benteke (kontribusi 41,9% untuk Aston Villa) yang sekarang sudah pindah ke Liverpool, Saido Berahino (36,8% - West Bromwich Albion) yang membuatnya juga menjadi pemain paling diincar pada jendela transfer kali ini, Harry Kane (36,2% - Spurs), dan bahkan Aguero (31,3% - Manchester City).

    Dengan banyaknya kesebelasan yang dihubung-hubungkan dengan Austin setiap harinya, pemain berusia 26 tahun ini adalah pemain terpanas untuk pindah ke Liga Primer sebelum jendela transfer ditutup akhir Agustus nanti.

    Sempat dibuang dari Reading dan bermain di non liga

    Dinilai sebagai seorang pemain bertipikal nomor 9 tradisional, Austin adalah seorang poacher sejati. 16 dari 18 golnya ia cetak dari dalam kotak penalti. Kemampuannya dalam mengonversi tendangannya menjadi peluang, yaitu sebanyak 67%, juga membuatnya berada pada lima besar penngkonversi tendangan ke gawang di Eropa musim lalu, bersama dengan Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Arjen Robben.

    Lahir di Hungerford, Berkshire, pada 5 Juli 1989, ia adalah produk dari akademi Reading. Namun, sayang sekali ia dilepas oleh akademi Reading saat ia masih berusia 15 tahun karena waktu itu dinilai terlalu kecil (padahal sekarang tingginya 1,88 meter).

    Ia kemudian bergabung dengan Kintbury Rangers di non-league. Sampai 2009, ia terus bermain di non-league bersama dengan Hungerford Town, Thatcham Town, dan Poole Town sambil juga bekerja sebagai tukang batu bata (kuli bangunan).

    “Ia besar dan kuat, dan ia jago duel bola udara. Tapi keunggulan utamanya adalah ia selalu berada di posisi yang tepat dan juga kemampuan penyelesaian akhirnya yang bagus,” kata Tom Killick, manajernya saat ia di Poole.

    Pada musim 2008/09, Austin mencetak 46 gol dari 46 pertandingan untuk Poole Town. Karena performa gemilangnya, ia sempat berlatih (trial) bersama dengan AFC Bournemouth yang saat itu dilatih oleh Eddie Howe (manajer Bournemouth saat ini). Bournemouth adalah kesebelasan terbesar di Dorset, daerah yang sama dengan Poole.

    “Saya langsung jatuh cinta dengan Charlie karena kemampuannya mencetak gol,” kata Howe. “Ketika bermain lima lawan lima, sebelas lawan sebelas, ia selalu berhasil mencetak gol. Ketika Anda melihat seseorang sudah konsisten melakukannya, maka itu bukanlah keberuntungan,” lanjutnya.

    Enam minggu ia berlatih bersama Bournemouth, itu yang membuat kemampuannya meningkat pesat. “Saya selalu berkata jika saya tidak berlatih selama enam minggu dengan Bournemouth, maka saya tidak akan pindah ke Swindon [Town],” kata Austin kepada FourFourTwo.

    Larangan transfer Bournemouth pada saat itu akhirnya membuat cinta Howe dan Austin harus berakhir. Austin akhirnya pindah ke Swindon Town di Football League One (kasta ke tiga Liga Inggris) dan selama dua musim di sana, ia berhasil mencetak 37 gol dalam 65 pertandingan.

    Tak butuh waktu lama bagi Howe untuk kepincut lagi dengan Austin. Pada Januari 2011, Howe yang saat itu menjadi manajer Burnley di Championship, memutuskan untuk mendatangkan Austin. Reuni mereka membawa sebuah keberhasilan dengan 45 golnya dalam 90 pertandingan selama tiga musim di Burnley.

    Performa apiknya ini membuatnya ditawar oleh banyak kesebelasan. Pada akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke QPR.



    Austin lebih cocok bermain dengan duet penyerang

    Permainan terbaiknya musim lalu bisa dilihat ketika QPR menang 3-2 melawan West Brom. Pada pertandingan itu Austin mencetak hat-trick dari 10 percobaan tendangannya ke gawang, ia juga berhasil memenangkan seluruh duel bola udaranya.

    Salah satu hal yang menjadi preseden bagi manajer yang ingin membeli Austin adalah bahwa ia bermain lebih baik ketika memiliki rekan di depan. Kembali menurut rekap WhoScored, QPR lebih sering memakai formasi 4-4-2 (dengan duet penyerang) sebanyak 20 kali pada musim lalu.

    Ia lebih sering berduet dengan Bobby Zamora dan kadang Eduardo Vargas. Masalahnya, tren taktik pada sepakbola sekarang ini kebanyakan memakai formasi dengan penyerang tunggal, seperti misalnya 4-2-3-1 (atau 4-5-1), dan bahkan 4-3-3 dengan satu penyerang dan dua pemain sayap.

    Seringnya ia berduet ini juga yang membuatnya berhasil mencetak 5 assist dan 18 operan kunci, yang meskipun bukan angka yang mentereng, tapi masih merupakan angka yang tinggi untuk seorang penyerang andalan tim juru kunci.


    [Perbandingan beberapa statistik Charlie Austin, Christian Benteke, Saido Berahino, Harry Kane, dan Sergio Agüero pada musim lalu]

    Pada kenyataannya, dengan kemampuan duel bola udaranya (31,27% menang), akurasi tembakannya (67%), akurasi operannya (66%), dan pengambilan posisinya di dalam kotak penalti (16 gol dari dalam kotak penalti), sejujurnya bisa membuat Austin cocok-cocok saja bermain sebagai penyerang tunggal.

    Bukti lainnya, meskipun ia berduet di depan, Austin bisa menjadi “egois” dengan rata-rata 3,7 tendangannya per pertandingan. Angka ini adalah angka pada urutan nomor dua dalam daftar pencetak tendangan per pertandingan di bawah Aguero (4,5) di Liga Primer.

    Kepercayaan dirinya akan membuat surplus bagi siapa saja manajer yang ingin membuat Austin sebagai pusat permainan timnya di depan.

    Musim lalu adalah musim pertamanya di Liga Primer. Tapi ia sudah sangat bersinar dan bahkan dipanggil ke tim nasional Inggris oleh Roy Hodgson (meskipun belum diturunkan). Pengalamannya dalam bermain di kompetisi level bawah membuatnya gaya bermainnya sangat fisikal.

    Sangat sulit melihatnya tidak bermain di Liga Primer lagi musim depan. Takdir akan menunggunya. Jadi, di kesebelasan Liga Primer mana Austin cocok untuk bermain?

    Banyak yang mengantre untuk Austin

    Ketika ditanya kesebelasan favoritnya, Austin menjawab: “Liverpool. Ayah saya juga suporter Liverpool. Saya suka Robbie Fowler ketika saya muda, meskipun kalau soal penyerang, saya selalu ingin menjadi seperti Alan Shearer.”

    Itu adalah jawaban Austin saat wawancara kepada FourFourTwo pada Maret 2010. Sudah lama sekali, saat itu ia bermain di Swindon.

    Pindah ke Liverpool? Sepertinya itu bukan merupakan keputusan yang bijak. Liverpool sudah memiliki delapan penyerang pada saat tulisan ini diturunkan. Apalagi mereka baru mendatangkan Ings dan Benteke.

    Jika memang ia menggemari Shearer, pindah ke Newcastle United mungkin bisa jadi jawaban bagi Austin. Manajer baru The Magpies, Steve McClaren, sudah dihubung-hubungkan dengan Austin dalam beberapa pekan terakhir. Kabarnya Austin akan dibeli dengan mahar 15 juta poundsterling.

    Harganya memang tinggi, dan sejujurnya sudah berkali-kali lipat sejak ia pindah ke Burnley (1 juta poundsterling) dan QPR (3,32 juta poundsterling). Namun, Les Ferdinand, direktur sepakbola QPR, membandrol Austin dengan harga yang luar bisa tinggi, yaitu 20 juta poundsterling.

    Melihat bahwa pemain Inggris yang seringkali over-priced, dengan kemampuan dan performanya sepanjang musim lalu, sejujurnya harga Austin memang berada di sekitar 15 juta poundsterling, meskipun mungkin tidak sampai 20 juta.
    Jika ia pindah ke Newcastle, Austin bisa menjadi jawaban dari minimnya gol Newcastle di musim lalu (40 gol). Musim lalu, Papiss Demba Cisse menyumbangkan 11 gol, tapi dengan tidak adanya alternatif, The Magpies sering mengalami kebuntuan.

    Newcastle memang sudah mendatangkan Aleksandar Mitrovic dari RSC Anderlecht (Belgia), penyerang muda berusia 20 tahun yang bertipikal target man. Namun, kedatangan Austin dinilai akan membuatnya terpilih sebagai penyerang utama.

    Sebagai alternatif lainnya bagi Austin, ia mungkin bisa tetap tinggal di Kota London. Maka, ia bisa memilih West Ham atau Crystal Palace. Dari beberapa laporan juga disebutkan jika ia diincar oleh West Brom, Aston Villa, dan Leicester City.

    Bahkan Chelsea, City, Arsenal, dan Manchester United juga dikabarkan tertarik memakai jasa Austin musim depan. Pada dasarnya memang ia masih ditakdirkan untuk bermain di Liga Primer, manapun timnya. Hanya saja, beberapa pertimbangan harus ia pikirkan. Seperti jam bermain misalnya, karena ia masuk ke dalam shortlist pemain sangar Inggris oleh Roy Hodgson, maka ia sebaiknya memilih kesebelasan yang dapat menjaminnya tempat utama.

    Selain itu juga menjadikan Austin sebagai pusat permainan di depan ataupun menduetkannya dengan penyerang lain, dapat menjadi pertimbangan tersendiri.

    Mencari kesebelasan yang cocok untuk Austin

    Jika ia ingin bermain reguler, ia bisa memilih Aston Villa yang baru saja ditinggal oleh Benteke, Andreas Weimann (Derby County), Darren Bent (Derby County), Graham Burke (Notts County), dan Nicklas Helenius (Aalborg BK).

    Jika ingin menjadi pusat permainan, ia bisa juga memilih Newcastle, Leicester, atau Palace. Kemudian jika ia ingin tetap berduet, West Brom atau Spurs akan sangat cocok untuknya mengingat ia harus mencari partner yang tidak bertipikal sama dengannya (Berahino di West Brom dan Kane di Spurs).

    Lagipula, dengan berduet dengan sesama penyerang Inggris, ini juga akan semakin memudahkan Hodgson dalam menyeleksi penyerang-penyerangnya untuk sangara Inggris di mana Euro 2016 sudah menanti kurang dari setahun lagi.

    Sebagai alternatif menarik juga untuk Austin, ia bisa saja kembali reuni dengan Eddie Howe di Bournemouth. Howe memang sudah jatuh cinta kepada Austin, tapi mengingat harganya yang tinggi, sepertinya Bournemouth hanya bisa mendapatkan Austin jika meminjamnya.

    Bertahan ataupun pergi, Austin memang masih pemain QPR saat ini. “Apa yang terjadi di belakang layar, orang-orang tidak perlu khawatir. Itu adalah urusannya Les [Ferdinand], Chris [Ramsey, manajer QPR], agen saya, dan Tony [Fernandes, pemilik QPR].

    “Bagi saya, saya harus tetap bekerja keras dan saya berharap bisa bermain, saya juga siap untuk menghadapi Charlton [Athletic] pada tanggal 8 [Agustus 2015, pekan pertama Championship]. Jika tidak ada yang berubah, saya adalah pemain QPR dan akan bermain di Championship musim depan. Jika ada perubahan, maka ya terjadilah,” kata Austin penuh dengan sikap profesionalisme.

    Menimbang beberapa hal di atas, pilihan terbaik untuk Austin jika pergi (menurut kami) adalah Aston Villa atau Newcastle United. Jika ia bertahan di QPR, ia bisa bereuni dengan manajer favoritnya, Eddie Howe, di Bournemouth dengan status peminjaman. Atau, kalaupun ia bertahan di QPR untuk bermain di Championship, itu juga akan jadi pilihan yang baik, hanya saja mungkin ia akan jarang dilirik oleh Hodgson untuk masuk ke sangara Inggris.

    Apapun yang terjadi, Charlie Austin memang merupakan properti terpanas sampai jendela transfer ditutup akhir Agustus nanti, dan ia sudah ditakdirkan untuk Liga Primer Inggris.


    ====

    * Akun twitter penulis: @dexglenniza dari @panditfootball

    (krs/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game