Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Mengingat Kembali Tofiq Bahramov

    Marini Saragih - detikSport
    Jakarta -

    30 Juli 1966 menjadi hari bersejarah buat rakyat Inggris. Namun sejarah itu tak akan pernah ada jika Tofiq Bahramov tidak mengangkat benderanya dari pinggir lapangan.

    Tofiq adalah mantan pesepakbola yang bermain untuk klub kota Baku, Azerbaijan, Neftchi PFK. Patah kaki yang didapatnya memaksa pria asal Azerbaijan gantung sepatu saat baru berumur 25 tahun.

    Karirnya sebagai wasit memang bermula dari ketidaksengajaan. Di musim semi 1951 berlangsung pertandingan antara tim junior Dinamo Bacu dan Iashechi dalam gelaran kompetisi Bacu Cup. Waktu itu wasit yang seharusnya memimpin pertandingan tak bisa hadir. Sebagai gantinya, Bahramov diminta untuk memimpin pertandingan.

    Pertandingan pertama yang dipimpinnya berakhir dengan konflik suporter karena tidak puas dengan keputusannya sebagai wasit. Namun enam bulan berselang, Tofiq sudah resmi menjadi wasit liga Azerbaijan dan pada 1952 ia sudah bertugas sebagai hakim garis pada kompetisi USSR Championship.

    Walau masih dalam format hitam-putih, tahun 1966 adalah kali pertama Piala Dunia disiarkan secara langsung lewat satelit. Orang-orang tak hanya bisa menyaksikan Gigi Rivera dan Sandro Mazzola disingkirkan oleh gol tunggal Pa Doo-Ik, ataupun dua gol Eusebio yang membuat Brasil tak bisa mendapatkan tempat ketiga sekalipun, tetapi juga gol kontroversial Geoff Hurst yang mengantarkan Inggris sebagai juara dunia.

    Pahlawan terkadang lahir dari keputusasaan, Tofiq Bahramov berhasil membuktikan kebenaran kalimat ini. Kepahlawanan Bahramov, walau hanya untuk sebagian pihak, lahir saat sang wasit, si pemimpin pertandingan, tak tahu keputusan apa yang harus diambil. Ia juga tak punya banyak waktu untuk berpikir lama-lama. Keputusan harus diambil dalam hitungan kurang dari satu menit.



    Pada menit ke-11 babak perpanjangan waktu, sepakan Hurst membentur tiang dan mencelat keluar garis gawang. Jangankan wasit, Hurst yang mencetak gol saja ragu apakah gol tersebut bakal disahkan atau dianulir. Saat Hurst terdiam menunggu keputusan wasit, dua temannya sudah merayakan gol itu. Skor yang berubah menjadi 3-2 agaknya mulai mengacaukan permainan Jerman. 20 menit berselang Hurst kembali mencetak gol dan memantapkan langkah Inggris sebagai juara dunia.

    Dalam bukunya yang berjudul 1001 Matches, Bahramov menulis apa yang membuatnya mengesahkan gol tersebut. Katanya, sejak menit pertama babak perpanjangan waktu, Inggris sudah terlihat membangun serangan. Mereka berkali-kali melesatkan tendangan ke arah gawang yang dikawal oleh Hans Tilkowski. Ia menangkap dua bola yang cukup sulit. Tembakan ketiga yang dilesatkan oleh pemain Inggris hanya membentur mistar, tendangan keempat menyentuh kaki pemain lain dan memantul, sementara tendangan kelima hanya melewati tiang gawang.

    Dan segala kontroversi ini dimulai setelah tendangan kelima. Hurst terlihat menerima umpan yang dilesatkan dari sebelah kanan oleh Alan Ball. Sesaat setelah berhasil menerima dan mengendalikan bola, ia langsung menembakkan bola ke arah gawang, sambil menghindari kawalan dua pemain Jerman.

    Bahramov memperhatikan arah bola yang membentuk lintasan parabola yang dihasilkan oleh tembakan tersebut. Katanya, Tilkowski sudah kebingungan untuk menebak arah bola tersebut. Yang membuat Tofiq begitu yakin kalau gol tersebut sah adalah, sepersekian detik setelah bola tersebut memantul ke bawah mistar, jaring gawang membentuk sedikit tonjolan saat tersentuh bola. Di buku tersebut dijelaskan, walaupun Hurst tak yakin kalau sepakannya itu berbuah gol, Bahramov tak sekali pun berpikir kalau gol itu tak sah. Dan ia pun menjawab pertanyaan wasit Gottfried Dienst yang memimpin pertandingan waktu itu.

    Dalam rekaman video pertandingan tersebut, terlihat Dienst kebingungan. Beberapa pemain Inggris sudah merayakan gol, sementara penjaga gawang Jerman dan beberapa rekannya mengangkat tangan sebagai tanda protes. Dienst berlari ke arah Bahramov dengan tergesa-gesa.

    "Rasanya seisi stadion mendadak hening sewaktu Dienst bertanya kepada saya tentang sah atau tidaknya gol tersebut. Saya menjawab 'ya' sambil mengangguk mantap. Dan tiba-tiba, stadion menjadi begitu riuh. Keriuhan stadion semacam ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya."



    Hal tersulit bekerja sebagai wasit adalah mengambil keputusan di bawah tekanan yang hebat dan dalam waktu yang sangat cepat. Keputusan wasit yang diambil dalam waktu kurang dari satu menit itu bisa berpengaruh kepada hidup begitu banyak orang. Tak cuma pemain, nasib tim dan jutaan suporter juga bergantung padanya. Belum lagi jika berkaca kepada kejadian-kejadian mengerikan yang menimpa wasit atas keputusan yang diambilnya di atas lapangan.

    Yang paling mengerikan dari mengambil keputusan adalah jika keputusan tersebut melibatkan dua pihak yang berbeda kepentingan. Keputusan yang diambil akan memihak/menguntungkan salah satu pihak. Tidak ada opsi ketiga, pilihan hanya dua. Dan di sinilah fungsi seorang hakim garis, sebagai asisten wasit, ia juga bertugas untuk meyakinkan wasit tentang keputusan apa yang harus diambil.

    Walaupun bertugas sebagai penolong, asisten wasit bukannya tanpa cela. Kasus yang menimpa Howard Webb saat Austria melawan Polandia pada kompetisi Piala Eropa 2008 adalah contohnya. Webb mengesahkan gol yang dicetak oleh pemain Polandia, Guerreiro, yang terlihat ada di posisi offside.

    Banyaknya keraguan atas keputusan Webb membuat komite wasit UEFA melakukan evaluasi khusus. Mereka menonton bersama rekaman video pertandingan tersebut. Yang mengejutkan, pada akhirnya sekumpulan orang yang bergabung dalam komite wasit tadi menyatakan kalau gol yang dicetak Guerreiro adalah offside.

    Merujuk pada analisis kasus ini, kesalahan ada pada asisten yang berdiri tidak sejajar dengan pemain kedua terakhir yang merupakan batas garis offside lawan. Akibatnya, Webb dan asistennya mendapat kecaman bahkan ancaman dari publik Polandia. Untuk meredam situasi yang memanas, pihak UEFA berinisiatif untuk memulangkan Webb dan asistennya lebih awal.

    Keputusan yang diambil oleh Tofiq untuk mengesahkan gol kontroversial tersebut bukannya tak mungkin berujung seperti yang dialami asisten Webb. Tofiq dan Dienst juga pasti mendapat berbagai kecaman dan ancaman yang mengerikan. Tapi apapun risikonya dan separah apapun tekanannya, keputusan tetap harus diambil.

    Pascakeputusan kontroversialnya, karir Tofiq sama sekali tak terhambat. Ia memimpin sejumlah pertandingan besar: Piala Dunia 1970, Piala Eropa dan leg pertama pertandingan antara Tottenham Hotspur dan Wolverhampton Wanderers di UEFA Cup. Penjaga gawang legendaris Lev Yashin bahkan mengundang Tofiq untuk memimpin pertandingan perpisahan pada tahun 1971; dan sejak pertandingan tersebut ia mulai dikenal dengan julukan “magician for 90 minutes”. Bahramov juga sempat menjabat sebagai sekretaris umum federasi sepakbola Azerbaijan.



    Sebelum babak kualifikasi Piala Dunia 2006 yang mempertemukan Azerbaijan dan Inggris, suporter Inggris yang bertandang ke Azerbaijan beramai-ramai mengenakan kostum “Bahramov 66” dan melakukan aksi mengenang Tofiq -- asisten wasit paling terkenal di dunia ini -- di sekitaran patung diri Tofiq yang memang dibuat untuk menghormati apa yang telah ia kerjakan buat sepakbola Azerbaijan. Acara yang pada dasarnya bertujuan memperingati 100 tahun sepakbola di Azerbaijan ini juga dihadiri Geoff Hurst dan Sepp Blatter.

    Tilkowski, yang pada Piala Dunia 1966 bertugas sebagai penjaga gawang Jerman, juga diundang untuk datang. Waktu itu ia memberikan komentar: “Setidaknya ada 150 jurnalis yang datang ke acara ini. Sebelum pertanyaan pertama diajukan, saya ingin menegaskan semuanya: Terus terang saja, bola itu tidak masuk (baca: gol itu tidak sah)”

    Nama Tofiq Bahramov juga diabadikan sebagai nama stadion Azerbaijan pada tahun 1993, yang merupakan tahun meninggalnya Tofiq. Sebelum berganti nama menjadi Tofiq Bahramov, stadion yang konstruksinya sudah didirikan sebelum Perang Dunia II ini berkali-kali mengalami perubahan nama. Awalnya didirikan dengan nama Joseph Stalin, namun pasca kongres ke-20 Partai Komunis Soviet tahun 1956, stadion ini berganti nama menjadi Vladimir Lenin.

    Pada akhirnya, apa yang diputuskan Tofiq Bahramov memang melahirkan kontroversi yang tak ada habisnya. Gol Hurst waktu itu adalah gol hantu. Kontroversinya selalu dibawa-bawa setiap kali Inggris bertemu dengan Jerman, termasuk saat Piala Dunia 2010.

    Dalam pertandingan antara Jerman dan Inggris di babak perempatfinal, gol Frank Lampard dianulir oleh wasit. Bola sempat mengenai tiang gawang dan memantul ke bawah, sebelum ditangkap oleh Manuel Neuer yang mengawal gawang Jerman. Bila melihat rekaman pertandingan, bola tersebut memang sudah melewati garis. Namun apa boleh buat, keputusan sudah diambil, gol tersebut dinyatakan tidak sah. Kejadian ini disebut banyak orang sebagai karma atas “bonus” yang diberikan kepada Inggris pada Piala Dunia 1966.

    Karma apapun yang harus ditanggung Inggris, yang jelas, apa yang dilakukan oleh Tofiq Bahramov membuktikan bahwa kemenangan dalam sepakbola tak selalu ditentukan oleh orang-orang yang ada di tengah lapangan, tetapi juga yang ada di pinggir lapangan.

    =====

    * Akun twitter penulis: @marinisaragih dari @panditfootball

    (a2s/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game