Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Holmesdale Fanatics, Ultras dari London Selatan (Bagian I)

    Randy Aprialdi S. - detikSport
    Jakarta -

    Pembicaran tentang Selhurst Park tak sekadar tentang kiprah Crystal Palace di lapangan hijau. Ia juga menyoal perjuangan kelompok ultras Holmesdale Fanatics dari London Selatan, yang berkomitmen menjaga budaya tribun sepakbola Inggris.

    Hikayat Holmesdale Fanatics 05

    Kelompok The HF 05 menduduki sudut tribun Selhurst Park sejak tahun 2005. Pada tahun tersebut enam pendukung garis keras Crystal Palace berkomitmen untuk mengembalikan budaya tribun yang belakangan tak mereka temui lagi di stadion, bahkan saat pertandingan sedang berlangsung.

    Suasana stadion dirombak total. Teras berdiri diganti dengan kursi-kursi yang memenuhi tribun. Stadion sarat dengan modernisasi dan semangat komersialisasi. Keenam pemuda tersebut marah. Mereka semacam tak sudi jika apa yang selama ini begitu mereka hormati dan hidupi dirampas begitu saja walaupun mengatasnamakan kemajuan klub.

    Lantas, sepakbola Inggris mengenal The HF 05. Walau hanya dimulai oleh enam orang pemuda, saat ini The HF 05 beranggotakan lebih dari 200 orang. Sebagian besar dari mereka berada pada kisaran usia 17 sampai 35 tahun.

    Nyanyian, drum, spanduk, antusiasme dan kegigihan untuk tetap berdiri selama pertandingan merupakan bentuk dari komitmen mereka untuk menjaga atmosfer stadion yang sebenarnya. Bagi mereka, mendukung kesebelasan saat bertanding itu tak cukup dengan bertepuk tangan dengan sopan saat salah seorang pemain berhasil mencetak gol atau mempersembahkan umpan yang cantik dan akurat.

    Buat mereka, mendukung kesebelasan adalah mendukung dengan segala kegilaan yang mereka punya. Makanya, tak heran kalau The HF 05 selalu menjadi kelompok suporter paling gaduh di Selhurst Park. Terlebih lagi, kegilaan ini tak hanya muncul saat Palace melakoni laga kandang. Di laga tandang, bahkan di Old Trafford sekalipun, kegaduhan a la ultras The HF 05 memang tak dapat disangkal.

    Paham ultras HF 05 juga dipengaruhi oleh ultras-ultras lainnya, seperti Panthers (Panionios, Yunani), Shadow on the Southside (Steaua Bucharest, Rumania) dan Granata (Torino, Italia), yang tentu saja diadaptasikan dengan budaya London Selatan.

    Namun jika dibandingkan dengan kelompok ultras lainnya, Panthers adalah yang terdekat. Konon, dalam semusim, keduanya bisa satu atau dua kali saling mengunjungi. Dalam kunjungan tersebut, biasanya menggelar diskusi ataupun pertukaran budaya. Panthers pun terkenal sebagai kelompok ultras yang mengenal dan menghargai budaya sepakbola Inggris.

    Atmosfer yang Dibuat Sendiri oleh The HF 05



    Pada dasarnya, upaya memanifestasikan budaya ultras yang dilakukan oleh HF 05 memang lahir atas kekecewaan mereka atas perubahan atmosfer stadion. Budaya tribun yang biasa mereka hidupi lamat-lamat redup ditelan modernisasi. 

    Pertandingan dalam koridor Liga Inggris tak lagi sebising dulu. Kebanyakan suporter yang hadir tak lagi mendukung kesebelasan yang mereka puja dengan kegilaan yang mereka punya. Dukungan mereka kepada kesebelasan, bergantung kepada permainan di lapangan. Misalnya, ketika ada pemain yang mencetak gol, mereka akan sekadar bertepuk tangan. Tak ubahnya perayaan basa-basi semata. Atau saat melawan rival terkuat, biasanya stadion akan sedikit lebih ramai. Namun selebihnya, stadion ibarat mati suri, sepakbola Inggris bagaikan sepakbola yang dibangun oleh kultur seadanya.

    Berangkat dari hal-hal demikian, HF 05 berinisiatif menciptakan atmosfernya sendiri. Mereka tak perlu pemandu sorak ataupun DJ stadion murahan. Mereka hendak menghidupkan kembali stadion. Mereka ingin mengembalikan apa yang sebelumnya sempat hilang dari stadion. Di sepanjang pertandingan mereka bakal berdiri dan menyumpahi lawan. Tribun stadion bakal dipenuhi asap dan bendera-bendera yang juga berfungsi sebagai penanda wilayah kelompok. Mereka yang barangkali jumlahnya tak seberapa jika dibandingkan dengan keseluruhan isi stadion, pun tak berhenti menyanyikan lagu-lagu ofensif sampai pertandingan berakhir.

    Memanfaatkan Kaum Muda

    Yang membikin mereka kecewa adalah, kebanyakan penonton sepakbola Inggris era modern hanya peduli pada hasil akhir. Penonton-penonton zaman sekarang gemar sekali mempersetankan keringat, air mata bahkan darah yang ada di baliknya.

    Sejatinya, HF 05 sudah mendukung Palace sejak tahun 80-an. Namun sayang, dukungan garis keras hanya dilakukan oleh mereka. Sementara, seisi stadion, agaknya tak menaruh minat pada apa-apa yang berhubungan dengan sejarah dan kultur. Makanya, sebagai pendukung garis keras mereka menyaksikan dan mengamini adanya penurunan besar dalam budaya sepakbola.

    Salah satu cara yang dilakukan oleh HF 05 dalam mengembalikan budaya tribun, adalah dengan memanfaatkan keberadaan suporter muda Palace. Orang-orang muda inilah yang dianggap sanggup untuk membikin suasana stadion kembali bergairah. Biasanya, suporter yang paling vokal di sepanjang pertandingan adalah orang-orang muda. Agaknya, buat penonton-penonton modern dan kalangan elit, anak-anak muda ini dianggap sebagai pengganggu yang membikin pertandingan tak lagi berjalan dengan khidmat. Dengan mengikutsertakan banyak orang muda dalam aksinya, HF 05 juga berupaya agar orang-orang muda ini tak pernah kehilangan iklim sepakbola yang seharusnya.

    Duri dalam Daging Holmesdale Road

    Untuk saat ini, musuh utama mereka adalah para panitia pertandingan, stewards dan tentu saja polisi. Bahkan ketika Palace masih dimiliki oleh Jordan Simon, kelompok ini hampir setiap minggu bentrok dengan petugas keamanan.

    Demi alasan keamanan, pihak stadion memasang sejumlah video yang disebar di tribun-tribun penonton. Video ini merupakan bagian dari fasilitas keamanan stadion. Polisi dan pihak stadion sering merekam siapa-siapa saja yang dicurigai sebagai bagian dari ultras selama pertandingan berlangsung. Agaknya hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga bila terjadi bentrokan. Polisi dan pihak stadion tak mau kehilangan jejak mereka yang dianggap sebagai pembuat onar.

    Namun demikian, kelompok ini marah akibat keputusan stadion untuk meningkatkan sistem keamanannya. Mereka merasa kebebasan mereka sebagai suporter direbut.

    Enam anggota HF 05 pernah menjadi sasaran operasi polisi dan dikeluarkan dari Holmesdale Road. Mereka diganjar larangan datang ke Selhurst Park dalam jangka panjang. Tidak senang dengan keputusan ini, HF 05 lantas menggelar aksi protes di pertandingan-pertandingan berikutnya. Mereka menyebar petisi dan menerima banyak dukungan dari kelompok ultras lainnya, bahkan dari kelompok-kelompok yang ada di Argentina dan Rusia.

    Pihak keamanan tak menjadi satu-satunya musuh mereka. HF 05 juga memiliki musuh bebuyutan yang berasal dari kalangan ultras, misalnya kelompok Millwall, yang merupakan kelompok suporter kesebelasan rival mereka. Selain itu, konon, mereka juga bermusuhan dengan kelompok Charlton serta Brighton and Hove Albion. Namun saat ini, mereka sudah jarang bertemu dalam satu pertandingan akibat berkompetisi di divisi yang berbeda.

    Kendati demikian, dalam divisi Liga Inggris kali ini, HF 05 dikabarkan tak akur dengan suporter Chelsea. Mereka juga menganggap kalau cara mendukung suporter klub yang meraih juara liga musim lalu itu menggelikan.



    Pada intinya, mereka tak menerima apa-apa yang dibawa oleh industrialisasi ke dalam stadion; seperti CCTV, kursi-kursi stadion, program-proram berbau kapitalisme, atau bahkan keberadaan internet dalam stadion. Menurut mereka, apa yang dipertaruhkan di stadion dan pertandingan sepakbola itu lebih dari sekadar kemenangan.

    Jika dibandingkan dengan budaya sepakbola Inggris tahun 90-an, kala itu ada banyak pemuda yang rela menempuh jarak yang tak dekat hanya untuk bisa menonton pertandingan secara langsung di teras-teras berdiri stadion. Buat kelompok HF 05, semangat seperti inilah yang harus dijaga agar sepakbola Inggris tetap hidup, bukannya luntur atas nama modernisasi dan kekayaan klub.

    [Bersambung]

    ====

    * Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: @randyntenk
    * Foto-foto: Getty Images

    (a2s/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game