Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Menyoal Isu Catalunya, Barcelona dan Kemungkinan Retaknya Liga Spanyol

    BM Zakky - detikSport
    Jakarta -

    Sejak 27 September lalu isu kemerdekaan Catalunya kembali menyeruak ke permukaan. Presiden regional Catalunya, Artur Mas, melakukan percepatan pemilihan umum penentuan kemerdekaaan Katalunya secara regional. Lantas, Futbol Club Barcelona, sebagai representasi Catalunya dalam bidang olahraga dan selaku brand global, menjadi perhatian lebih bagi banyak pengamat dan penggemar sepakbola Eropa dan dunia.

    Tak mengherankan memang jika Blaugrana menjadi sorotan lebih. Sejak dulu Barcelona dianggap sebagai corong dan simbol perjuangan rakyat Catalunya. Bahkan arena stadion menjadi tempat berkumpulnya kaum separatis untuk mengekspresikan kebebasannya, ketika sang penguasa yang berdomisili di ibukota terus menentang dan mengecam tindakan-tindakan tersebut.

    Jurnalis kenamaan Skotlandia, Graham Hunter, mengungkapkan bahwa di satu sisi, Barca memang wadah buat para pendukung Catalunya. Namun bukan berarti ia merupakan alat untuk mendorong kemerdekaan tersebut. Argumen ini juga diperkuat dengan pernyataan presiden Barca, Josep Maria Bartomeu, yang menegaskan bahwa posisi Barca sebagai institusi olahraga dalam voting kemerdekaan ini adalah netral.

    Barcelona disorot bukan hanya karena kedekatannya dengan kaum separatis tersebut, melainkan juga berbicara prestasi mentereng di Spanyol dan Eropa. Barcelona adalah kesebelasan pertama yang menjuarai kompetisi La Liga Spanyol pada tahun 1929 dan pemegang gelar terbanyak Piala Raja Spanyol (Copa del Rey). Sedangkan di level Eropa, gelar Liga Champions yang melengkapi koleksi treble winners untuk kedua kalinya di pertengahan tahun lalu, cukup untuk membuat para pengamat dan penggemar mempertanyakan bagaimana nasib Barcelona jika Katalunya secara resmi memisahkan diri dari Spanyol.



    ****

    Javier Tebas, selaku presiden LFP (Liga Spanyol) sempat berujar: Jika Catalunya memisahkan diri dari Spanyol, maka nasib Liga pun demikian (ikut terbelah). Hal ini jelas berkaitan dengan nasib dua kesebelasan asal Catalunya di divisi teratas La Liga Spanyol: Barcelona dan Espanyol.

    Dalam kesempatan lain, menteri olahraga Spanyol, Miguel Cardenal, mengemukakan pendapat yang serupa dengan Tebas: Barca dan kesebelasan asal Catalunya lainnya mesti keluar dari La Liga jika Catalunya merdeka. Kemungkinan besar, Barca akan berakhir seperti Ajax atau Celtic yang mendominasi liga negaranya masing-masing.

    Ucapan dua stakeholder tertinggi dalam dunia olahraga dan sepakbola di Spanyol tersebut terksesan seperti menakut-nakuti para penggemar Barca. Barcelona mungkin akan kehilangan pamor dan para pemain bintangnya, jika harus berpartisipasi di Liga Catalunya, seperti yang dikatakan oleh Cardenal. Bila dianalogikan, Barca seperti ikan raksasa di dalam kolam yang sangat kecil.

    Namun beberapa pihak dan para ahli melihat ucapan Tebas dan Cardenal tersebut sebagai hal yang mustahil terjadi. Barcelona dan Catalunya punya andil besar dalam persepakbolaan Spanyol. Bahkan, legenda sepakbola Prancis, Eric Cantona, sempat berujar bahwa "Spanyol tidak memenangkan Piala Dunia (2010) itu, Barcelona dan Catalunya-lah yang memenangkannya."



    Victor Matheson, seorang profesor ekonomi dalam olahraga dari Massachusetts, mengungkapkan bahwa Barca dan Real Madrid-lah liga (Spanyol) itu sendiri. Bahkan jika Catalunya mendapatkan kemerdekaannya dalam 18 bulan ke depan, bukan berarti Barca dan kesebelasan asal Catalunya lainnya akan langsung dipaksa keluar dari liga. Perlu banyak waktu dan sejumlah lobi politik untuk mencari jalan keluar agar kedua belah pihak sama-sama diuntungkan.

    Matheson juga menambahkan, "Bila Tebas dan Cardenal mengatakan bahwa aturan membatasi hal tersebut, maka Barcelona mempunyai kesempatan untuk me-rewrite (jika mengacu pada bahasa Matheson) aturan yang membatasi tersebut."

    Memang, saat ini otoritas sepakbola Spanyol dalam undang-undang hanya mengizinkan FC Andorra untuk terlibat dalam piramida sepakbola Spanyol. Untuk diketahui, Andorra terletak di perbatasan antara Catalunya dan Prancis. Tak perlu sulit-sulit mencari di mana FC Andorra bermain di divisi Segunda atau Tercera, karena kini mereka hanya berlaga di divisi regional Catalunya, alias masih berstatus semiprofesional.

    Mengacu pada ucapan sang profesor dari Massachusetts tersebut, Barcelona dan kesebelasan Catalunya lainnya tentu mendapat dukungan dari tim-tim lainnya di La Liga. Kondisi ini seharusnya bisa memberikan tekanan ke pemangku kebijakan tertinggi di parlemen untuk melakukan perubahan aturan dan tata kelola piramida sepakbola mereka.

    Bagi kesebelasan lain seperti Levante, Eibar, Sporting Gijon atau Atletico Madrid sekalipun, pertandingan kandang melawan duo raksasa, kini bukanlah sekadar mempertaruhkan harga diri, melainkan juga menjadi lahan bisnis. Pertandingan-pertandingan macam ini tentu sanggup menghasilkan penjualan tiket dan merchandise dengan harga yang berkali-kali lipat lebih tinggi.

    Alasan lain yang dapat memperkuat posisi Barca dan kesebelasan Catalunya lainnya untuk tetap berkompetisi di Spanyol: terdapat beberapa kesebelasan sepakbola di suatu negara yang mengikuti kompetisi sepakbola di negara tetangganya dan ini lazim terjadi.

    Contoh termudah adalah AS Monaco yang kini mengikuti Ligue 1 Prancis. Atau di liga terpopuler di dunia, Liga Primer Inggris, yang mempersilakan kesebelasan asal Wales, Swansea City dan Cardiff City, untuk berkompetisi.

    Jika contoh-contoh tersebut dianggap terlalu mainstream, coba lihat klub Kanada yang bermain di MLS: Toronto FC. Atau lihatlah bagaimana UE Bossosts yang lebih memilih untuk bermain di divisi regional selatan Prancis. Untuk diketahui, secara teritori, kesebelasan ini masih berada dalam wilayah Katalunya. Mereka memilih bermain di Prancis karena alasan geografis.

    Ada beberapa alasan yang mendorong kesebelasan-kesebelasan tersebut untuk bersepakbola di luar teritori negaranya. Misalnya AS Monaco, yang negaranya memang tidak mempunyai kompetisi sepakbola profesional dan tim nasional. Begitu pula dengan Wales. Walaupun Liga Primer Wales sudah dimulai sejak tahun 1992, Swansea dan Cardiff menolak untuk bermain di Wales karena mereka sudah lama berkompetisi di Inggris.

    Masalahnya, hubungan Catalunya dan Spanyol memburuk sejak dulu kala. Sisi historis yang begitu panjang dan rumit inilah yang menjadi salah satu alasan masyarakat Catalunya secara gigih memisahkan diri dari Spanyol. Suhu politik yang memanas, jelas menjadi topik utama bila menyoal kemungkinan keretakan dalam tubuh Liga Spanyol saat ini.

    Namun, hal-hal yang sudah dipaparkan sebelumnya akan terasa mustahil (kembali) jika otoritas liga dan kementerian olahraga (dalam hal ini, parlemen Spanyol) tak mampu membuka mata terhadap pengaruh Barcelona dalam bidang ekonomi dan popularitas bagi sepakbola Spanyol.

    Belum lagi jika para stakeholder masih terlilit gengsi dan beban politis (antara Spanyol dan Catalunya) untuk menerima negara pecahannya untuk berkompetisi di La Liga Spanyol. Konsekuensinya, mereka harus kehilangan salah satu aset terbesar mereka, FC Barcelona. Sementara Barcelona, jelas memungkinkan buat mereka untuk menjual popularitasnya ke liga lain. Hal ini merupakan syarat tak tertulis untuk mengikuti liga negara lain, misalnya Prancis. Karena bagaimanapun juga, sebagai entitas bisnis, otoritas liga perlu mempertimbangkan apa-apa saja yang bisa menggandakan jumlah pendapatannya.

    ***



    Barcelona, bagimanapun, tinggal menentukan langkah mereka sendiri: Mengiming-imingi La Liga yang sedang mengejar popularitas Liga Primer Inggris atau nekat menarik diri dan bergabung dengan liga lain. Liga mana yang tak tergiur dengan nama besar Blaugrana sekarang?

    Pada akhirnya, sedikit-banyak, sepakbola memiliki andil terhadap pergerakan kemerdekaan Katalunya. Yang saat ini dipersoalkan, bagaimana kemerdekaan tersebut memengaruhi nasib persepakbolaan Katalunya, termasuk raksasa bertajuk FC Barcelona.


    ====

    * Akun twitter penulis: @bmzakky dari @panditfootball
    ** Foto-foto: AFP

    (a2s/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game