Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Penambangan Bakat-Bakat Muda di Gelsenkirchen

    Taufiq Nur Shiddiq - detikSport
    Jakarta -

    Sampai 11 pekan kompetisi Bundesliga, Schalke 04 menduduki peringkat keempat di klasemen sementara. Sekilas, tak ada yang terlalu istimewa untuk diceritakan tentang hal itu.

    Namun, jika diteliti dari mana datangnya ke-14 gol yang sudah dicetak Schalke di liga, itulah letak keistimewaannya: bahwa semua gol tersebut dicetak atau lahir dari assist yang dibuat alumnus akademi kesebelasan mereka: Knappenschmiede

    Tambang Pemain bernama Knappenschmiede

    Bersama Fussballschule milik SC Freiburg, Knappenschmiede adalah akademi sepakbola terbaik di Jerman. Namun keduanya tidak bisa dibandingkan karena memiliki tujuan berbeda. Fussballschule menciptakan manusia yang dapat bermain sepakbola (baca selengkapnya di sini), sementara Knappenschmiede menambang bakat-bakat muda untuk kemudian diolah menjadi pemain kelas satu.

    Knappenschmiede sendiri adalah permainan kata dari julukan Schalke, Die Knappen (Sang Penambang). Maklum, tim ini memiliki kedekatan dengan para penambang karena berasal dari sebuah distrik bernama Schalke di kota Gelsenkirchen, sebuah kota tambang di negara bagian Nordrhein-Westfalen. Lorong pemain di kandang Schalke, Arena AufSchalke, bahkan dimodifikasi sedemikian rupa agar mirip dengan lorong gelap dalam tambang.

    "Pengembangan bakat selalu menjadi bagian penting dari sebuah kesebelasan," ujar Bodo Menze, kepada akademi Schalke, dalam sebuah wawancara untuk situs resmi UEFA. "Tim-tim muda sangat penting bagi kami baik di era 30-an dengan Fritz Szepan dan Ernst Kuzorra maupun di era 50-an dengan Berni Klodt, 60-an dengan Manfred Kreuz dan Willi Koslowski, atau 90an dengan Olaf Thon, selalu saja ada pemuda berbakat yang berhasil naik ke tim utama."

    Menze tidak asal bicara. Tiap tahun memang selalu saja ada alumni Knappenschmiede yang naik ke tim utama. Tidak semuanya bertahan di Schalke, memang. Namun tetap saja mereka adalah alumni Knappenschmiede. Empat dari 23 pemain Jerman yang menjadi juara Piala Dunia 2014 – Benedikt Hoewedes, Julian Draxler, Mesut Oezil, Manuel Neuer – adalah alumni Knappenschmiede.

    Schalke paham betul bahwa tanpa kerja keras tidak akan ada prestasi. Karenanya, kerja keras adalah bagian dari keseharian para pemain Knappenschmiede. Jadwal yang harus mereka jalani bahkan lebih padat dari para pemain profesional. Dengan kata lain, menjadi pemain profesional dan menjalani keseharian yang lebih longgar adalah hadiah untuk para alumni Knappenschmiede yang kualitasnya cukup baik untuk menjadi pemain profesional.



    Pagi hingga tengah hari para pemain Knappenschmiede belajar di kelas lalu berlatih selama satu jam hingga pukul satu siang. Setelah istirahat mereka kembali ke kelas dan belajar selama dua jam. Sesi latihan sore sendiri berjalan selala satu setengah jam.

    "Beban kerja para pemain muda lebih banyak dari para pemain profesional. Selama seminggu para pemain muda menjalani enam sampai delapan sesi latihan saat mereka masih memiliki kewajiban bersekolah," ujar Jens Keller, eks pelatih kepala Schalke.

    "Belum lagi mereka harus bertanding. Mereka masih dalam masa pertumbuhan, dan mereka sudah bekerja sengat keras. Mereka berlatih lebih banyak dari anggota kesebelasan senior."

    Hasil tambang yang baik adalah buah kerja penambang yang baik. Schalke beruntung karena memiliki salah satu penambang terbaik di Jerman; namanya Norbert Elgert. Ia sudah menjadi pelatih Knappenschmiede sejak 1996 dan hingga kini ia masih bersemangat menjalankan tugasnya. Kualitas Elgert diakui oleh DFB lewat penghargaan pelatih U-19 terbaik tahun 2014. Elbert istimewa karena ia mampu mempersiapkan pemain hingga di tingkat individu agar siap pakai di kesebelasan utama.

    "Para pelatih di Schalke secara keseluruhan memiliki kualitas yang sangat baik, namun Norbert, pelatih U-19 kami saat ini, benar-benar pantas mendapatkan pujian khusus," ujar Julian Draxler, alumni Knappenschmiede yang sekarang bermain untuk VfL Wolfsburg.

    "Buat saya dia adalah salah satu yang terbaik di dunia di tingkatan tersebut. Dia dapat memberi banyak pemain sentuhan terakhir yang mereka butuhkan untuk mendapat tempat di kesebelasan senior."

    Breitenreiter sang Pengolah Bahan Mentah

    Norbert Elgert menambang, pelatih kepala mengolah hasilnya. Sepeninggal Jens Keller dan Roberto Di Matteo, peran pengolah hasil tambang dimainkan Andre Breitenreiter. Eks pelatih kepala SC Paderborn 07 ini ternyata tidak main-main ketika berkata akan memaksimalkan pemain-pemain muda. Dan hasilnya adalah catatan membanggakan berupa 14 gol Bundesliga yang melibatkan para alumni Knappenschmiede dalam setiap prosesnya. Dalam taktik Breitenreiter, para alumni Knappenschmiede tampil sebagai penyumbang langsung setiap gol yang sudah tercipta sejauh ini.



    Draxler sempat mencetak satu gol untuk Schalke sebelum pindah ke Wolfsburg. Kapten Hoewedes absen dalam empat pertandingan pertama dan hanya bermain selama tiga belas menit dalam empat pertandingan setelahnya, namun langsung mencetak gol begitu dipercaya menjadi starter di pekan kesembilan. Max Meyer, sang sayap mungil pekerja keras, baru berhasil mencetak satu gol dan dua assist; sedikit untuk ukuran pemain depan, namun gol dan salah satu assist-nya adalah penentu kemenangan Schalke di dua pertandingan berbeda. Joel Matip dan Leroy Sane berada di barisan terdepan para penyumbang gol, masing-masing dengan dua gol dan tiga assist, serta empat gol plus dua assist.


    [Daftar pencetak gol dan assist Schalke di Bundesliga musim ini; nama berwarna biru adalah alumni Knappenschmiede]

    Dasar serangan Breitenreiter sebenarnya sederhana. Untuk membongkar pertahanan lawan Breitenreiter tidak mengharuskan para pemainnya banyak menguasai bola, namun harus banyak bergerak. Give and go: setelah mengumpan, setiap pemain harus bergerak untuk menciptakan ruang dan peluang. Semua, kecuali dua bek tengah dan gelandang bertahan. Walau memulai permainan dalam formasi 4-4-2, area kerja para pemain sayap adalah di dalam kotak penalti karena sisi lapangan adalah milik para fullback.

    Mengenai jumlah assist Matip yang mencapai tiga, itu juga tidak lepas dari pembagian tugas yang diberikan Breitenreiter. Sebagai bek tengah Matip memang tidak perlu bergerak setiap melepas umpan, namun ia bertugas melepas umpan kunci langsung ke pemain depan setiap ada peluang (tak perlu banyak menguasai bola jika bermain untuk Breitenreiter, ingat?). Semua assist-nya dia torehkan ketika lawan bermain terbuka, dan Matip secara otomatis mendapat peluang untuk melepas umpan langsung ke lini depan. Gol-golnya sendiri tercipta dari keahliannya menyundul bola sepak pojok tanpa harus melepaskan diri dari kawalan lawan; dengan tubuh setinggi 193 cm dan timing yang terlatih, siapa juga yang membutuhkan keleluasaan?

    Sementara Matip mengandalkan kemampuannya dalam duel udara untuk mencetak gol, Sane mengandalkan kecepatan dan kelincahan. Ia bukan hanya cepat: Sane juga tahu kapan ia harus menunggu dan kapan ia harus memaksimalkan kecepatan untuk merepotkan lawan. Itu semua ditambah kemampuan menggiring bola melewati lawan (serta kaki kanan dan kiri yang sama baiknya) membuat Sane menjadi pemain andalan.

    Dengan sprint-nya Sane berbahaya untuk kesebelasan yang bermain dengan garis pertahanan tinggi. Berhadapan dengan kesebelasan yang bermain menunggu pun bukan masalah karena Sane memiliki kemampuan melewati lawan; bukan hanya outfield player yang ia lewati, tapi juga penjaga gawang. Bukan sekali dua kali Sane mencetak gol atau assist setelah mengelabui penjaga gawang dan membuat mereka tak berdaya.



    =====

    * Akun twitter penulis: @nurshiddiq dari @panditfootball

    (a2s/roz)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game