Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Paulo Sousa: Pengubah Wajah Fiorentina yang Sempat Dibenci

    Randy Aprialdi - detikSport
    Getty Images/Gabriele Maltinti Getty Images/Gabriele Maltinti
    Jakarta -

    Fiorentina tidak perlu berpikir panjang untuk mengontrak Paulo Sousa. Usai membawa tiga klub berbeda --Videoton (Hongaria), Maccabi Tel Aviv (Israel), dan FC Basel (Swiss)-- menjadi juara liga, portofolionya menjadi amat menggiurkan buat La Viola.

    Tiga gelar tersebut menutupi kepemimpinannya kala melatih QPR, Swansea City, dan Leicester City di Liga Primer Inggris. Tapi pengalaman-pengalaman ini pula yang membuat ia lebih dipilih menjadi pengganti Vincenzo Montella, pelatih Fiorentina sebelumnya, ketimbang kandidat lain seperti Giampiero Ventura (Torino) dan Roberto Donandoni (eks Parma).

    Montella sendiri sebenarnya tak terlalu gagal selama menukangi Viola dalam tiga musim. Ia selalu membantu Gonzalo Rodriguez dkk. berada di papan atas Serie A. Walau tidak memucaki klasemen, mereka berhasil lolos ke Liga Europa. Bahkan mampu menjadi runner-up Copa Italia 2013/2014 dan mencapai semifinal Liga Europa 2014/2015. Hanya saja mantan pemain sekaligus caretaker AS Roma tersebut gagal membawa Fiorentina lolos ke Liga Champions.

    Keputusan memecat Montella dan menggantinya dengan Sousa terbukti cukup berhasil. Luar biasanya, Fiorentina sempat menduduki peringkat pertama klasemen sementara Serie A 2015/2016 setelah berhasil mengalahkan Internazionale Milan dengan skor 4-1 pada pekan ke-6. Bertenggernya Viola di puncak klasemen sementara seolah mengingatkan kejayaan mereka pada Serie A 1998/1999 --di mana mereka sempat bertahan lama di puncak klasemen, sebelum digeser juara musim itu, AC Milan.

    Memang setelahnya Fiorentina sempat babak belur dalam tiga pertandingan musim ini secara berturut-turut oleh Napoli, Lech Poznan dan AS Roma dengan masing-masing pertandingan berakhir 2-1. Kendati sempat menurun dalam memperoleh angka, namun Sousa tetap tenang dan mengimbau agar seluruh elemen tim untuk tidak panik.

    "Khawatir? tidak. Saya melihat kualitas individu dan kolektif para pemain yang membuat saya percaya diri. Kami membutuhkan hasrat untuk terus memetik kemenangan. Saya yakin kami bisa tampil konsisten sampai akhir musim," tegas Sousa.

    Ketenanganya itu pun berbuah kemenangan bagi Fiorentina ketika berhasil mengalahkan Hellas Verona dengan skor 2-0, menghajar Frosisone 4-1 serta Sampdoria 2-0 dan membalas dendam kepada Poznan dengan dua gol tanpa balas. Alhasil sekarang pun skuatnya kembali menempati puncak klasemen dengan 27 poin dari 12 laga.

    Dari Dibenci Kemudian Dicintai

    Ketika Sousa menginjakan kaki di Kota Florence, Italia, tidak ada sambutan hangat dari pendukung Fiorentina. Sungguh jauh dari kesan spesial bagi mantan pelatih berpredikat juara domestik dan mantan pemain tenar era 90-an tersebut. Tapi sikap seperti demikian nampak wajar bagi para suporter Viola mengingat Sousa merupakan bagian dari kejayaan Juventus sebagai pemain.

    Sehingga sudah bukan alasan lagi bagi pendukung Fiorentina untuk membencinya. Spanduk dari Ultras 1926 dibentangkan di Curva Fiesole ketika pengenalan Sousa kepada media. Pada spanduk itu menyinggung masa lalunya ketika pernah berseragam Juventus, "Dia harus dibersihkan dari waktunya di Turin," tulisan isi spanduk tersebut.

    [Soal Rivalitas Fiorentina-Juventus Bisa Dibaca di Sini: Dogma 'Anti Keberuntungan' yang Selalu Menggema di Kota Florence]

    Kendati demikian, Sousa tidak berubah pikiran dan tetap melaksanakan tugasnya di Florence. Dirinya pun hanya memberikan sedikit kalimat kepada para suporter melalui media, "Saya mengerti tentang fans yang mengingat masa lalu saya di Juventus, tapi saya ingin kalian mulai berpikir tentang saya yang bekerja di Florence dan untuk hasil yang memuaskan. Saya sangat senang dengan kepercayaan Fiorentina kepada saya," ujarnya dengan tenang.

    Tapi melihat pencapaian pelatih asal Portugal tersebut sejauh ini tampaknya mereka mesti menarik spaduk itu kembali dan meminta maaf. Hal itu karena Sousa pun mampu profesional dan memberikan semua yang terbaik bagi kesebelasan besutannya saat ini.

    Formasi 3-4-2-1 Sebagai Fleksibilitas Pertahanan Fiorentina

    Sousa memang membawa gaya berbeda ketika membesut Fiorentina musim ini. Dalam segi taktik pun ia menerapkan formasi 3-4-2-1 yang berbeda dengan kesebelasan Serie A lainnya. Pola tersebut memadukan beberapa pergerakan yang membuat sistem di lapangan begitu fleksibel ketika melakukan dua fase transisi menyerang maupun bertahan.

    Khusus untuk bertahan, saat ini Fiorentina dengan Napoli merupakan kesebelasan kedua yang paling sedikit kebobolan dengan tujuh gol, setelah Inter dengan delapan gol. Cara bertahan tiga bek Viola tentu memiliki kelebihan menjaga area lini belakang dengan jumlah pemain yang cukup. Tapi gaya bertahan mereka di era Sousa tidak cuma mengandalkan jumlah tiga pemain tetap berada di lini belakang, melainkan bagaimana tujuh pemain dari tengah sampai depan turut andil dalam proses perebutan bola.

    Fiorentina diarahkan agar menguasai daerah tengah dan pertahanan lawan. Mereka mencuri bola terlebih dahulu dengan memakai tekel agresif, pressing tinggi, serta menempatkan jumlah pemain cukup banyak, mengingat di area sentral itu ia menempatkan dua gelandang bertahannya cukup tinggi.



    Faktor tersebut tidak lepas dari adanya tiga bek yang membuat dua pemain tengah mereka, Milan Badelj, Matias Vecino atau Matias Fernandez, lebih leluasa memeberikan tekanan di area tengah lawan. Begitu juga dengan dua gelandang serang yang mengandalkan Borja Valero dan Josip Ilicic membantu menekan di area tengah lawan terutama kepada gelandang bertahan musuhnya. Terkadang Valero dan Ilicic juga membatasi serangan lawan yang memulai serangan melalui full-back.

    Tentu saja peran Valero dan Ilicic dibantu gelandang sayap yang biasa diperankan Marcos Alonso (kiri) dan Jakub Błaszczykowski (kanan) atau Federico Bernadeschi dan Nenad Tomovic. Dua pemain tersebut pun bertugas ekstra ketika bertahan harus turun lebih jauh ke belakang membantu tiga beknya dan seolah memperlihatkan Fiorentina menggunakan lima bek secara vertikal.

    Peran tiga bek yang biasa dilakoni Gonzalo, Davide Astori, dan Facundo Roncaglia itu sering tampil lugas dalam penempatan posisi. Jarang ada kekeliruan mengisi kekosongan di lini belakang antara ketiganya ketika Astori atau Gonzalo menjadi orang terakhir di lini belakang. Sementara Roncaglia dan Astori atau Gonzalo secara bergantian menjadi orang pertama yang menghadang serangan lawan.

    Di sisi lain Błaszczykowski dan Alonso rajin menutup sisi yang kosong ketika di antara tiga bek tersebut melaju menutup serangan terlebih dahulu. Sehingga gelandang bertahan mereka tidak terlalu repot untuk mundur terlalu jauh ke belakang dan mereka menjadi bagian pertama penerima bola dari antara tiga bek tersebut ketika melancarkan serangan balik.



    Cara Sistem Serangan Fiorentina Bekerja

    Pada musim lalu Sousa berhasil membawa Basel juara Liga Super Swiss dengan mencetak 84 gol dari 36 pertandingan. Strategi pelatih 45 tahun itu ditujukan agar pemainnya mencetak gol selain berawal dari pressing yaitu dengan melibatkan bek tengah dalam membangun serangan.

    Bersama Fiorentina, ia turut memaksimalkan tiga beknya dalam membangun serangan dari belakang. Mereka kerap naik ke lini tengah seolah membangun garis bertahan tinggi untuk membantu pemain tengah dalam penguasaan bola. Dalam bahasa media asing, para bek Viola itu biasa disebut fake defender.

    Maka tidak jarang para pemain tengah Viola memberikan operan ke belakang baik kepada Gonzalo, Roncaglia atau Astori dengan masing-masing ketiganya menempatkan posisi dalam jarak tidak terlalu jauh.

    Pemain Fiorentina dengan jumlah operan terbanyak adalah Vecino dengan 77,6 operan perlaga. Sementara itu di posisi ke dua adalah Astori dengan 71,9 operan perlaga dan ketiganya ditempati Badelj dengan 69,3 per laga. Sementara Gonzalo saat ini berada di peringkat keempat dengan operan akurat 69,1 per laga.



    Tiga bek tersebut memperluas area posisi bola yang sering membuat lawan ragu-ragu melakukan pressing. Hal tersebutlah yang membuat Roberto Mancini, Pelatih Inter, hanya terdiam ketika melihat para pemain depannya terus bergerak dengan kesuksesan minimum dalam mencuri bola. Padahal Mancini cukup dikenal melalui taktik kendali ruang.

    Selain mulai membangun serangan dari lini belakang, Sousa juga memaksimalkan peran dua gelandang serangnya dalam formasi 3-4-2-1 andalannya. Nikola Kalinic atau Khouma Babacar bahkan Giuseppe Rossi yang berangsur sembuh, menjadi ujung tombak dan disokong oleh Ilicic dan Valero.

    Posisi kedua gelandang serang tersebut sering bergerak menyamping agar tidak berjarak jauh dari kedua gelandang sayapnya. Sementara baik Ilicic maupun Valero satu sama lain bergantian merengsek ke tengah membuka ruang tersendiri dan memberikan keleluasan bagi Kalinic di dalam kotak penalti lawan. Jangan lupa Valero dan Ilicic memiliki kemampuan tendangan jarak jauh yang cukup akurat. Tentu lini depan Viola juga semakin disempurnakan dengan insting penyelesaian yang baik dari Kalinic.

    Menggunakan dua gelandang serang ini bertujuan memperlancar strategi Sousa menumpuk banyak pemain di wilayah lawan. Otomatis di lini tengah memberikan teror kepada penguasaan bola lawan, sekaligus unggul ketika sedang menguasai bola atas keberadaan Valero, Ilicic, serta dua gelandang bertahan yang bergerak maju diperani Vecino dan Badelj.

    Kesimpulan

    Taktik Fiorentina mampu menjaga transisi keseimbangan antara menyerang maupun bertahan. Bahkan penguasaan bola per laga mereka cukup tinggi dengan rataan 63,8 persen. Presentase tersebut lebih tinggi daripada Interpenguntit mereka di peringkat dua klasemen sementara Serie A musim ini dengan presentase penguasaan bola 54,5 persen.

    Kendati demikian garis tinggi tiga bek Viola kerap kesulitan ketika menangkal serangan balik lawan yang menggunakan umpan jauh dari belakang dan disertai gelandang atau penyerang sayap dengan kecepatan tinggi. Hal itu dipergunakan Roma dan Napoli ketika mengalahkan mereka dalam rangkaian dua kekalahan beruntun di Serie A musim ini.

    ====

    *ditulis dan dianalisis oleh @RandyNteng. Tulisan lainnya dari penulis bisa ditemui di situs @panditfootball.

    *Foto-foto: Getty Images.




    (roz/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game