Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Pencapaian Sassuolo yang Membesarkan Suporternya

    Randy Aprialdi S. - detikSport
    Jakarta -

    Kendati sudah tiga musim berlaga di Serie A, termasuk musim ini, Sassuolo masih saja relatif belum terlalu dikenal. Kesebelasan berjuluk I Neroverdi ini bahkan masih kalah populer dari Modena yang kini berkiprah Serie B, apalagi jika dibandingkan rival sekotanya, Bologna.

    Namun, seiring berjalannya waktu, popularitas Sassuolo pun mulai meningkat. Keberhasilan mereka bertahan di Serie A hingga saat ini ikut meningkatkan jumlah pendukungnya.

    Sassuolo yang berasal dari Emiglia Romagna, barat daya Italia, baru mencicipi Serie A pada musim 2013/2014, setelah menjuarai Serie B di musim sebelumnya. Promosi itu menjadi yang pertama bagi klub ini sejak berdiri pada 1922. Tak heran kalau para pendukungnya menggelar pesta besar-besaran serupa festival kala itu.

    Di musim pertamanya Sassuolo memang sangat kepayahan mengarungi Serie A. Untuk bertahan pun mereka harus bertarung hingga laga terakhir. Mereka berada di tepi jurang degradasi. Di akhir musim itu mereka berhasil bertahan dengan menempati peringkat ke-17.

    Pada musim berikutnya mereka memperlihatkan peningkatan yang signifikan, dengan bertengger di posisi ke-12. Dan kemajuan itu sepertinya berlanjut di musim ini. Bahkan bisa dibilang, Francesco Magnanelli dkk. hingga sejauh ini sedang mencapai penampilan terbaiknya sejak musim 2013/2014.

    Dari 13 laga musim ini, Sassuolo berhasil mengoleksi 22 poin. Capaian luar biasa yang membuat mereka kini bertengger di peringkat lima klasemen sementara. Mereka berada di atas AC Milan (6), Juventus (7), dan juga Lazio (8) di peringkat enam dan Juventus di peringkat tujuh.



    Dahsyatnya, Sassuolo juga berhasil mengalahkan beberapa tim kuat, dari Napoli, Lazio bahkan Juventus. Skuat besutan Eusebio di Francesco ini juga berhasil menahan imbang AS Roma dan Udinese.

    Bukan tanpa alasan jika raihan Sassuolo sejauh ini menjadi faktor penting yang membuat suasana Emiglia Romagna semakin semarak. Begitu juga dengan situasi di Stadion Mapei. Jika sebelum-sebelumnya rata-rata hanya dipenuhi sekitar 3.000 orang, tapi sampai musim lalu jumlahnya terus meningkat sampai 7.000 suporter. Angka itu niscaya akan makin membesar jika pencapaian di awal musim ini terus bisa dipertahankan.

    "Sassuolo tidak memiliki tradisi sepakbola bergengsi. Hanya saja setelah Giorgio Squinzi membeli klub, Sassuolo mulai memanjat liga dan membuat orang semakin bergairah," ujar Silvia Mezzardi dan Giulio Mucci, pemegang tiket musiman Sassuolo sejak 2012.



    Kuantitas yang Diabaikan Curva Nord Sassuolo

    Tentu saja antusiasme itu juga merambah kepada kelompok ultras mereka yang dikenal dengan nama Clan Curva Nord Sassuolo atau CCNS. Kendati membawa nama tribun atau curva, tetap saja mereka masih dianggap sebagai "ikan kecil di dalam kotak raksasa ultras di Italia".

    CCNS tidak memiliki kekuatan dalam jumlah yang banyak. Kumpulan mereka pun sudah termasuk kelompok-kelompok yang lebih kecil seperti Sasol, Ultras Saxolum 1988, Alkatras, Gruppo 1922, Head Out, Eagles, Gli Antenati dan lainnya.

    Ultras Sassuolo tidak terkenal membuat koreografi atau meningkatkan atmosfer dengan kelakuan agresif untuk membuat tribun lebih bergejolak. Tapi mereka selalu hadir di tribun mana pun ketika Sassuolo sedang berlaga, baik kandang maupun tandang, termasuk ke Modena yang menjadi rival satu kota mereka. Para ultras Sassuolo paham betul menjunjung nama Sassuolo merupakan bagian penting Kota Reggiana.

    Mereka sebenarnya melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Saxolum 1988 sebagai pionir kemunculan ultras Sassuolo. Setelah Saxolum 1988 muncul, barulah muncul gerakan ultras lainnya.

    Nama Sassuolo pun berasal dari kata Saxolum yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin, saxum, yang berarti "batu besar" dan solum yang berarti "tanah". Diperkirakan bahwa Sassuolo pernah menjadi benteng militer dan perumahan di zaman Romawi kuno.

    Kendala-kendala Clan Curva Nord Sassuolo Mengekspresikan Dukungannya

    CCNS sempat memprotes manajemen Sassuolo yang beberapa kali mengganti markas. Bahkan Sassuolo pernah "meminjam" Stadion Alberto Braglia, markas Modena, rival sekota mereka. Hingga akhirnya pada Desember 2013, Sassuolo memutuskan bermarkas di Stadion Mapei.

    Kepastian itu tentu saja tidak lepas dari tekanan CCNS. Mereka sangat keberatan terkait ketidakpastian markas Sassuolo pada beberapa musim sebelumnya. Mereka merasa tidak nyaman karena berdiri bukan di atas curvanya sendiri.

    Sebagaimana ultras lainnya, curva adalah tempat sangat penting bagi mereka. Di sanalah identitas dan bendera mereka ditancapkan serta dikibarkan. Curva yang permanen memungkinkan interaksi yang stabil di antara sesama pendukung. Dari situ pula mereka saling mengenal satu sama lain dan ikatan persaudaraan pun dikukuhkan.

    "Beberapa kali kami menegaskan kembali rasa memiliki dan cinta untuk kota kami dan betapa pentingnya untuk tidak terus menerus merasa seperti tim tamu. Tapi sayangnya kepentingan ekonomi mengalahkan semangat dan keterikatan warna kami. Satu lagi, kami bukan bagian dari stadion (Reggiana) ini," tegas salah satu tokoh CCNS kala Sassuolo menggunakan kandang Modena.

    Setelah menetap di Stadion Mapei, eksistensi CCNS pun semakin kokoh. Keberhasilan Sassuolo bertahan di Serie A, plus penampilan gemilang di awal musim ini, tentu membuat suporter Sassuolo juga semakin masif.

    CCNS menjadi kelompok yang paling bersemangat untuk memastikan Stadion Mapei menjadi tempat yang semarak. Beberapa musim terakhir kian sering terlihat kibaran giant flag (bendera raksasa) dan nyanyian tanpa berhenti dari curva yang ditempati CCNS.



    Kendati demikian, seperti sudah disebutkan sebelumnya, masih banyak ultras lain yang menganggap remeh CCNS. Mereka masih dianggap sebagai kelompok kecil yang belum teruji dalam urusan agresivitas menghadapi suporter lawan.

    Apalagi mereka sempat mengambil keputusan kontroversial yaitu menolak pembuatan kartu identitas tanda pendukung. Penolakan itu membuat mereka tidak bisa menghadiri laga tandang. Padahal biasanya minimal 100 suporter Sassuolo selalu hadir mengikuti Sassuolo bertanding di markas lawan.

    Sassuolo juga sering diejek ultras lain dalam urusan loyalitas. Mereka dianggap sebagai ultras kemarin sore karena baru kelihatan dan ramai hanya setelah bermain di Serie A. "Ke mana kalian ketika Sassuolo masih di divisi bawah?" begitu kira-kira ejekannya.

    Ejekan dari ultras Parma, misalnya, bisa dijadikan ilustrasi ejekan kepada Sassuolo. Mereka menganggap jika suporter Sassuolo merupakan penggemar Juventus yang juga pernah mendukung Modena ketika berlaga di Serie A. Lalu kembali mendukung Juventus ketika Modena degradasi. Sekarang mereka beralih mendukung Neroverdi begitu berhasil promosi ke Serie A.

    CCNS jelas menolak ejekan itu. Menurutnya, ultras atau bukan, pendukung Sassuolo nyatanya telah berhasil masuk ke dunia ultras Italia dan mengganggu kemapanan. Posisi Sassuolo di klasemen sementara musim ini, misalnya, dipakai untuk menyerang balik betapa ejekan-ejekan itu hanya kedengkian melihat sebuah kesebelasan sederhana bisa berkibar di Serie-A.

    "Menjadi pendukung atau pemain Sassuolo berbeda dengan klub lain di Italia. Sassuolo adalah kebanggaan, kesederhanaan. Sassuolo adalah warna kami. Hasil (pertandingan) tidak penting, kami ingin pemain yang berjuang untuk baju kebanggaan kami dan memberikan hati mereka. Di sini berbeda dengan bagian Italia lain, kami menikmati hubungan pribadi yang ramah dengan pemain kami," salah satu anggota CCNS menjelaskan.

    Dengan keberhasilan Sassuolo mempertahankan eksistensinya di Serie A, mereka pun semakin bertambah besar. Meski suara miring tetap dilayangkan suporter lain, hal tersebut tak menjadikan pendukung Sassuolo, khususnya CCNS, menancapkan eksistensinya sebagai salah satu pendukung yang berbeda dengan pendukung Italia lainnya.


    ====
    * Penulis adalah anggota Pandit Football Indonesia dengan akun twitter: @RandyNteng

    ** Foto-foto: Getty Images


    (a2s/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game