Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Kiprah Manajer-manajer Britania di Spanyol yang Bisa Jadi Pelajaran untuk Neville di Valencia

    Dex Glennıza - detikSport
    Reuters / Heino Kalis Reuters / Heino Kalis
    Jakarta -

    Mundurnya Nuno Espirito Santo dari pelatih kepala Valencia berbuntut banyak headline yang menggemparkan dunia sepakbola. Pertama, staf pelatih kesebelasan berlogo kelelawar ini, Philip Neville, ditugaskan untuk menjadi caretaker sementara. Kedua, tugas pertama Phil adalah tidak tanggung-tanggung, yaitu menghadapi raksasa dari Catalunya, Barcelona. Kemudian ketiga, sosok pelatih kepala resmi akhirnya ditunjuk beberapa saat setelah Phil, dia adalah sang kakak, Gary Neville.

    Setelah bermain imbang 1-1 melawan Barcelona, ujian pertama Gary akhirnya akan datang pada pertandingan Liga Champions UEFA tengah pekan ini melawan Olympique Lyonnais di Mesatta, Valencia. Sambil menunggu kiprah Gary di Spanyol, kita bisa melihat beberapa nasib manajer atau pelatih kepala asal Britania Raya (Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara) di Spanyol.

    Jika membicarakan manajer asal Britania di Spanyol, kita tidak bisa tidak membahas David Moyes. Setelah dipecat dari Manchester United pada akhir dua musim yang lalu, manajer asal Skotlandia ini mendapatkan tawaran dari San Sebastian, yaitu klub Real Sociedad, pada 10 November 2014.

    Kesebelasan berjuluk La Real ini sebelumnya sudah menjadi “kuburan” bagi tiga manajer asal Britania. Mereka adalah Harry Lowe (1930-35), John Toshack (1985-89, 1991-94, dan 2000-02), dan Chris Coleman (2007-08). Sayangnya, “kuburan” yang sama juga justru menghampiri Moyes. Setelah 42 pertandingan di liga, ia hanya meraih 12 kemenangan dan kalah 15 kali, ia pun dipecat pada 9 November 2015, hampir setahun setelah penunjukkannya. Dengan rasio kemenangan hanya 28,57%, Moyes harus angkat kaki dari San Sebastian.

    Selain Moyes, kita bisa melihat ekspor sepakbola (bukan hanya manajer, tapi juga staf pelatih dan pemain) asal Britania di pasar luar negeri memang relatif sepi jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Tapi, Gary dan Phil seharusnya tidak terpengaruh dengan keadaan di atas. Meskipun penunjukkan mereka berbau kedekatan dengan sang pemilik, Peter Lim, mereka bisa mengambil beberapa pelajaran dari kisah-kisah manajer Britania di tanah Spanyol berikut ini.

    Sir Bobby Robson

    Banyak yang menyangsikan kualitas manajer dan pemain asal Britania yang berlaga di luar Britania, apalagi di Spanyol yang terkenal memiliki tehnik di atas rata-rata. Namun, jika harus memberikan satu contoh manajer asal Britania di Spanyol, maka nama almarhum Sir Bobby Robson adalah nama yang terdepan.

    Setelah sebelumnya sudah terkenal sebagai manajer legendaris Inggris dan Newcastle United, Sir Bobby menghabiskan hampir seluruh tahun 1990-an-nya dengan sejumlah besar keberhasilan di berbagai negara di luar Britania. Ini tentunya di luar dari yang kita ketahui. Dia bisa dibilang adalah salah satu ekspor Britania yang paling sukses, memenangkan gelar liga bersama PSV Eindhoven dan FC Porto, serta treble (Copa del Rey, Piala Super Spanyol, dan Piala Winner) dalam satu musim bersama Barcelona.


    Getty Images

    Antara tahun 1990 (ketika ia meninggalkan pekerjaannya di Inggris) dan 1999 (ketika ia mengambil alih kembali Newcastle), Robson menikmati berbagai kesuksesan yang mengesankan di luar negeri sekaligus ia juga yang menginspirasi Jose Mourinho dan Andre Villas-Boas. Mourinho dan Villas-Boas sempat bekerja di bawah Robson, mereka berhutang besar kepadanya sama seperti halnya Josep Guardiola juga, yang bermain di bawah asuhan Robson di Barcelona.

    Selain stafnya, Sir Bobby juga melatih beberapa pemain terbaik di dunia, salah satunya adalah Ronaldo (Brasil). Ronaldo menggambarkan Robson sebagai “sosok ayah” selama mereka bersama di Barcelona.

    Pada musim 1997-98 Robson pindah ke posisi yang lebih “atas” untuk jabatan General Manager di Barcelona, dengan Louis van Gaal yang mengambil alih kendali manajerial. Namun, ia hanya tinggal di posisi ini selama satu musim sebelum kembali untuk mengasuh PSV pada kesepakatan jangka pendek untuk musim 1998-99.

    PSV meraih urutan ketiga di belakang Feyenoord Rotterdam dan Willem II Tilburg, tetapi Robson masih bisa memimpin kesebelasan asal Eindhoven ini untuk memenangkan Piala Super Belanda dan juga lolos ke babak kualifikasi Liga Champions pada hari terakhir di musim tersebut.

    John Toshack

    Sebelum Moyes, ada manajer lain yang sebelumnya telah duduk di kursi panas di Sociedad. John Toshack telah menjadi manajer Sociedad bahkan sampai tiga kali selama karier manajemennya. Selain di Spanyol, ia juga sudah bekerja ke delapan negara di luar Britania.

    Toshack membawa Sociedad meraih Copa del Rey kedua mereka sepanjang sejarah 27 tahun yang lalu dan kemudian pergi ke Real Madrid. Toshack memenangkan Divisi Primera di tahun pertama setelah kesebelasan yang berisi pemain seperti Bernd Schuster, Emilio Butragueno, dan Fernando Hierro mencetak 107 gol.


    Getty Images

    Namun, pada musim selanjutnya (1990-91) dia dipecat oleh Madrid setelah hanya memimpin 11 pertandingan saja. Setelah itu, manajer asal Wales tersebut kemudian langsung kembali lagi ke Sociedad. Pada tahun 1999, Madrid datang memanggil kembali Toshack tapi hanya berlangsung selama satu musim setelah ia mengkritik para pemainnya.

    Toshack juga berhasil menjadi manajer Deportivo de La Coruña dan membawa mereka meraih Supercopa de España pada 1995. Setelah tiga gelar di atas yang ia raih di tanah Spanyol, nasibnya bisa dibilang tidak beruntung meskipun ia juga sempat mengasuh Real Murcia pada tahun 2004.

    Sejak Juni 2014, Toshack menjadi manajer kesebelasan asal Maroko, Wydad Casablanca. Pria asal Wales ini adalah orang yang merekomendasikan rekan senegaranya, Chris Coleman, untuk menjadi manajer Sociedad pada tahun 2007.


    Chris Coleman

    Seharusnya Moyes meminta saran yang mendalam dari Chris Coleman sebelum ia pindah ke San Sebastian. Setelah mengasuh Fulham, Coleman menghabiskan satu musim di Sociedad. Dia mengambil alih kesebelasan ini setelah mereka terdegradasi pertama kalinya ke divisi Segunda dalam empat puluh tahun terakhir.

    Coleman berhasil membimbing Sociedad ke posisi lima klasemen akhir sebelum akhirnya ia mengundurkan diri karena perselisihannya dengan pemilik kesebelasan, Iñaki Badiola. Dia adalah manajer Britania terakhir di tanah Spanyol sebelum kedatangan Moyes.


    Getty Images

    Sekarang ia menjadi manajer tim nasional Wales, untuk membimbing pemain andalannya yang bermain di Spanyol, Gareth Bale. Coleman akhirnya bisa mengantarkan Wales mencetak sejarah, yaitu lolos ke Piala Eropa (Euro) untuk pertama kalinya. Mereka akan berlaga di Euro 2016 di Prancis.

    Terry Venables

    Setelah mencicipi sukses di Crystal Palace dan Queens Park Rangers, Barcelona menawarkan Venables pekerjaan menjadi manajer di Nou Camp atas rekomendasi dari Sir Bobby Robson. “El Tel” menghabiskan tiga tahun di Barca. Ia menggunakan sistem yang sangat Inggris, yaitu 4-4-2 klasik dengan mengandalkan bek-bek seperti Gerardo, Migueli, dan Julio Alberto. Sementara di lini tengah ia mengandalkan Schuster.

    Selama tiga musim di Katalunya, Venables memimpin kesebelasan tersebut meraih gelar Liga Spanyol pada tahun 1985 (gelar pertama mereka sejak 1974) dan Copa del Rey pada tahun 1986. Barcelona juga mencapai Final Piala Eropa (sebelum namanya berganti menjadi Liga Champions) 1986, meskipun mereka kalah dari Steaua Bucharest dalam adu penalti menyusul hasil imbang 0-0.


    Getty Images

    Ini adalah penampilan pertama Barcelona di final Piala Eropa sejak tahun 1961 dan telah dicapai setelah salah satu hasil yang paling dramatis di semi-final. Mereka berhasil mengatasi kekalahan 3-0 di leg pertama dari klub Swedia, IFK Göteborg, dengan memenangkan leg kedua di Camp Nou melalui adu penalti setelah agregat skor berakhir 3-3.

    Mantan manajer tim nasional Inggris ini juga membawa dua striker asal Inggris ke Barcelona pada tahun 1986, yaitu Gary Lineker dari Everton dan Mark Hughes dari Manchester United. Namun, meskipun mendatangkan kedua pemain di atas, Barcelona kesulitan di liga dan harus kalah dari Real Madrid yang menjadi juara dengan selisih satu poin di tahun 1987. Setelah itu ia langsung dipecat.

    Kisahnya yang paling terkenal di luar negeri memang bukan datang dari Spanyol, melainkan dari Australia. Venables mengundurkan diri karena malu setelah tim nasional Australia yang dipimpinnya telah memimpin 3-1 di play-off Piala Dunia melawan Iran, tetapi malah kebobolan dua gol di akhir laga. Akibat pertandingan tersebut, The Socceroos gagal lolos ke Piala Dunia Prancis 1998.


    ***
    Lima manajer yang sudah dibahas di atas bisa menjadi pelajaran tersendiri untuk Neville di Valencia nantinya. Dari kasus Moyes di Sociedad misalnya, Neville pastinya tahu arti penting dari beradaptasi dengan Spanyol. Masalah adaptasi ini bukan hanya soal sepakbola, tetapi juga soal budaya, bahasa, bahkan sampai ke makanan.

    Banyak manajer asal Britania yang masih minim dengan karya-karya mereka di Spanyol. Pada kenyataannya, bukan hanya manajer, para pemain saja kebanyakan tidak berhasil mencapai peforma terbaiknya kala pindah dari Britania ke Spanyol.

    Namun, dengan kontrak durasi pendek sampai akhir musim, siapa yang tahu kalau Neville bersaudara bisa jadi sukses di Valencia. David Moyes, John Toshack, Chris Coleman, Terry Venables, dan bahkan Sir Bobby Robson saja diragukan saat mereka pindah ke Spanyol, maka jangan heran jika Neville bersaudara juga diragukan. Justru di sini lah kesempatan mereka untuk membuktikan diri.

    (rin/rin)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game