Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Gary Neville adalah Contoh yang Baik untuk Manajer Britania

    Dex Glenniza - detikSport
    Jakarta -

    Hampir sebulan lalu Gary Neville berpindah haluan dari kursi nyamannya di Monday Night Football menuju kursi panas manajer Valencia CF. Setelah pensiun sebagai pemain, Gary mengambil kursus kepelatihan lisensi A UEFA dan menjadi salah satu staf asisten pelatih tim nasional Inggris yang dipimpin Roy Hodgson. Tapi, tak bisa disangkal, setelah pensiun ia memang lebih dikenal sebagai analis atau pandit di saluran Sky Sports tersebut.

    Selama 19 tahun karir profesionalnya, ditambah empat tahun pascapensiun, Gary tidak pernah hidup di luar Britania Raya (Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara). Lalu, tiba-tiba ia bertugas sebagai orang nomor satu kesebelasan sepakbola terbesar di Kota Valencia, Spanyol.

    Meskipun penunjukan Gary ini tak lepas dari kedekatannya dengan Peter Lim, pemilik Valencia, tapi keheranan banyak orang bukan semata karena mempertanyakan kualitas dia, melainkan kualitas manajer asal Inggris secara umum.

    Seperti yang kita tahu, sepakbola Inggris dan Britania Raya sudah sangat terkenal di dunia ini, terutama dengan Liga Primer Inggris yang merupakan salah satu liga terbaik di dunia (jika bukan yang nomor satu). Sayangnya, jika melihat Inggris secara umum, kita justru hampir tidak bisa melihat dominasi pemain atau pelatih/manajer Inggris di dunia. Mereka hanya jago di negara mereka sendiri saja.

    Jika misalnya kita bandingkan dengan Brasil, nyatanya kita bisa melihat banyak pesepakbola Brasil di berbagai liga di dunia, dan mereka adalah orang-orang yang sukses. Begitu juga dengan misalnya Jerman. Tapi tidak demikian dengan Inggris. Bahkan sekarang Liga Inggris saja sudah dipenuhi oleh para pemain dan manajer asing.

    Inilah kenapa meskipun Gary adalah sosok yang cukup terkenal di dunia sepakbola, masih sangat sulit bagi publik menerima sosoknya sebagai pelatih kepala di Spanyol. Hal ini juga berlaku bagi kebanyakan orang Inggris di berbagai negara, terutama (selain Spanyol) di Italia, Jerman, atau Prancis.

    Ditambah dengan dipecatnya David Moyes dari kursi kepelatihan Real Sociedad pada awal bulan November lalu, semakin membuat publik meremehkan kualitas manajer asal Britania di luar Britania.

    Namun, hal ini juga sekaligus akan menegaskan posisi Gary. Boleh jadi ia kini adalah harapan satu-satunya untuk menyelamatkan wajah persepakbolaan (terutama manajerial) Britania di luar Britania, khususnya di lima liga top Eropa (Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, dan Prancis).



    Hampir Tidak Ada Manajer Britania yang Bisa Sukses di Luar Negeri

    Sejujurnya jika melihat ke satu dekade ke belakang, Steve McClaren adalah satu-satunya contoh sukses manajer Britania di luar negeri. Manajer yang sekarang menukangi Newcastle United ini pernah menjuarai Eredivisie Belanda 2010 bersama FC Twente.

    Sayang memang Eredivisie bukan merupakan salah satu dari lima liga top di Eropa. Meskipun demikian, ia sempat melanjutkan petualangannya di luar Britania untuk menyeberang ke Jerman dengan menjadi manajer VfL Wolfsburg di Bundesliga Jerman, meskipun pada akhirnya ia gagal di Wolfsburg.

    Sama seperti Moyes yang pindah ke Spanyol setelah dipecat dari Manchester United, pada umumnya kebanyakan manajer asal Britania yang pindah ke luar negeri adalah mereka yang ingin "kabur" dari tekanan yang mereka hadapi di tanah air mereka sendiri.

    Misalnya saja saat ini kita bisa menemukan Chris Coleman (Real Sociedad dan Larissa), John Toshack (Real Madrid, Beşiktaş, dan Wydad Casablanca), Lawrie Sanchez (Apollon Smyrni), Steve Nicol (New England Revolution), Tony Adams (Gabala), dan John Gregory (Maccabi Ahi Nazareth, Ashdod, dan FC Kairat), sampai Ray Wilkins (Yordania), Peter Taylor (Bahrain), Peter Reid, dan Bryan Robson (keduanya sempat menjadi manajer Thailand). Mereka semua adalah para manajer Britania yang bisa dibilang sudah malang-melintang di negara selain Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.

    Selain mereka, sejujurnya kita sulit sekali bisa menemukan contoh nyata dari manajer Britania yang menukangi kesebelasan di luar negara mereka. Kenapa ini bisa terjadi?



    Daya Tarik Utama Berasal dari Inggris, Bukan dari Luar Inggris

    Sulitnya manajer asal Britania untuk pindah ke luar negeri sebenarnya hal yang bisa dimaklumi. Pemakluman ini terjadi karena bagi para penonton, pemain, dan manajer dari seluruh dunia, sepakbola Britania (terutama Liga Primer Inggris) sudah menjadi daya tarik utama dan tempat yang paling diimpi-impikan.

    "Ada daya tarik khusus dari Britania Raya," kata Johnny McKinstry, manajer asal Irlandia Utara yang sekarang menukangi timnas Rwanda, kepada Squawka. Semua orang ingin terlibat di Liga Primer. Jika semua orang ingin ke sana, akan sangat tidak intuitif ketika ada orang yang ingin pergi dari sana."

    Selain permasalahan di atas, ada banyak masalah lain yang harus dihadapi orang Britania di luar negara mereka. Salah satunya adalah masalah bahasa. Banyak orang yang bekerja di sepakbola, terutama pemain, yang meninggalkan bangku sekolah saat usia 16 atau 17, agar mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk berlatih. Itulah kenapa tantangan bahasa ini menjadi lebih kuat lagi ketika pemain atau manajer tersebut tidak memiliki tingkat pendidikan sekolah yang baik.

    McKinstry juga menyatakan masalah keluarga adalah masalah penting lainnya. Jika kita bekerja di luar negeri, entah kita harus meninggalkan keluarga atau membawa keluarga bersama kita, keduanya sama-sama merupakan tantangan yang sangat berat.

    "Itu adalah situasi yang sulit. Bagi kebanyakan manajer yang sudah kerasan di luar negeri, itu adalah langkah yang sangat besar yang bisa mempengaruhi lebih dari satu orang di dalam hidup mereka."

    Selain McKinstry, kita bisa melihat Peter Butler yang sekarang menangani Botswana. Butler yang juga pernah dua kali menjadi manajer Persiba Balikpapan (2006-2008 dan 2012) percaya bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia bagi manajer sepakbola di tanah Britania sudah semakin menurun. Perlu bagi mereka untuk mencari pekerjaan di luar Britania, meskipun seringkali kesempatan yang datang adalah pindah ke negara yang lebih inferior daripada Britania.

    "(Bekerja di luar negeri) itu seperti membawa ilmu kepelatihan Anda ke titik nol lagi. Kami bersyukur di Britania kami memiliki fasilitas yang luar biasa. Tapi di Afrika dan Asia, misalnya, kesebelasan tidak memiliki akademi dan bahkan lapangan latihan," kata Bulter.

    Menghapus Paradigma Manajer dan Pemain Britania yang "Jago Kandang"



    Akan sangat sulit bagi Britania untuk mengembangkan pengetahuan jika sangat sedikit manajer atau pelaku olahraga lainnya yang jarang terlibat di luar negara mereka. Seperti yang kita tahu, Britania adalah salah satu negara yang maju dalam teori kepelatihan, manajemen olahraga, sains olahraga, dan juga kebijakan olahraga.

    Jika mereka tidak pergi ke luar negeri, terutama ke negara yang lebih inferior dari mereka, kita pastinya akan sulit belajar banyak hal dari mereka. Seperti yang McKinstry lakukan di Rwanda dan yang Butler sedang lakukan di Botswana, ada banyak hal yang menjadi sia-sia jika tidak ada manajer Britania yang pindah ke luar negeri.

    Dengan banyaknya kesempatan yang bisa mereka peroleh di seluruh dunia, akan sangat disayangkan jika manajer Britania hanya menumpuk di divisi-divisi bawah Liga Inggris dan Skotlandia atau di liga minor seperti Liga Wales dan Liga Irlandia Utara.

    Sekarang saja hanya ada 8 manajer asal Britania yang menjadi manajer Liga Primer Inggris. Bukan mustahil jumlah ini akan terus berkurang ke depannya.

    Inilah kenapa Gary (dan asisten Philip) Neville yang mendapatkan kesempatan langka untuk menjadi manajer Valencia harus diapresiasi sebesar-besarnya, setidaknya oleh orang-orang asal Britania. Biar bagaimanapun, jangan sampai orang-orang Britania (ini berlaku untuk para pemain juga, bukan hanya manajer) "jago kandang" dengan tidak berani mencari tantangan baru di luar negara mereka sendiri.


    ====

    * Penulis biasa menulis hal-hal terkait sport science, baik di About The Game ataupun situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza.

    ** Foto-foto: Getty Images

    (krs/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game