Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Tragedi Hillsborough (Bagian 3-Akhir)

    Revolusi Stadion Sepakbola di Inggris

    Frasetya Vady Aditya - detikSport
    Foto: Getty Images Foto: Getty Images
    Jakarta - [Bagian 1: Hillsborough 1989 Tak Lagi Sama Seperti 1988]

    [Bagian 2: Tumpukan Persoalan yang Berujung Tragedi]

    Tragedi Hillsborough dianggap sebagai insiden terburuk dalam sejarah pertandingan olahraga di Inggris. Tragedi ini mendapatkan sorotan luas, terutama dari Pemerintah Inggris itu sendiri. Melihat masalah-masalah yang terjadi pada Tragedi Hillsborough, membuat mereka mengevaluasi secara menyeluruh penyelenggaraan sepakbola di Inggris hingga infrastrukturnya.

    Tribun Berdiri Dihilangkan

    Saat ini, tengah ramai soal pembahasan dikembalikannya tribun berdiri. Hal ini merujuk seperti yang dilakukan sejumlah kesebelasan di Bundesliga seperti Borussia Dortmund yang mana memiliki tribun berdiri. Kehadiran tribun berdiri dianggap menjaga atmosfer sepakbola agar lebih semarak.

    Beradasarkan laporan BBC pada 1999, penggunaan tribun all-seater dianggap bisa mengurangi atmosfer pertandingan, meski hal tersebut dilakukan atas nama keamanan. Asosiasi Suporter Sepakbola Inggris kala itu, merasa dengan dihilangkannya tribun berdiri berart menghilangkan tiket dengan harga paling murah. "Dan itu mengeluarkan banyak orang dari sepakbola," tutur Allison Pilling sebagai ketua asosiasi.

    Namun, tentu alasan "menjaga atmosfer" tidak lebih kuat daripada alasan nyawa seseorang. Laporan Taylor pun ditanggapi positif kesebelasan di Inggris. Stadion Deva milik Cheseter City menjadi stadion pertama yang all-seater, sementara Stadion The Den milik Millwall menjadi stadion pertama yang dibangun memenuhi rujukan Taylor tersebut.

    Sejumlah kesebelasan seperti Middlesbrough, Derby, Bolton Wanderers, dan Sunderland membuat langkah radikal dengan membuat stadion baru agar sesuai dengan rekomendasi Taylor. Kesebelasan divisi bawah dibantu untuk mewujudkan stadion yang all-seater.

    Laporan Taylor dikuatkan dengan revisi aturan 'Safety of Sports Ground Act 1975' yang hanya memperkenankan stadion dengan tempat duduk. Pada 1994, dua divisi teratas Liga Inggris wajib memiliki stadion all-seater.

    Pagar Pembatas

    Umumnya, tribun stadion di Inggris memiliki jarak yang begitu dekat dengan lapangan. Namun, sebelum Tragedi Hillsborough, tribun stadion di Inggris mirip dengan yang ada pada umumnya di Indonesia di mana tribun dipisahkan oleh pagar pembatas tinggi dan berujung tajam.

    Soal desain stadion ini sempat menjadi perbincangan serius saat Stadion Valley Parade terbakar. Kejadian naas ini terjadi pada 1985 yang memakan korban jiwa 56 orang dan 265 lainnya mengalami luka-luka.

    Menurut saksi mata, kebakaran terjadi saat suporter membuang puntung rokok di sela-sela tribun. Namun, rokok tersebut justru jatuh ke bagian bawah tribun dan membakar semuanya. Ini terjadi karena tribun terbuat dari kayu yang mengakibatkan kobaran api kian membesar.

    Dari kejadian tersebut, pembentuk tribun stadion di Inggris dilarang memakai kayu, dan pembatas antara tribun dengan lapangan dibuat lebih rendah. Namun, ada satu hal yang belum dilakukan: pagar pembatas.

    Kehadiran pagar pembatas yang tinggi membuat penonton sulit untuk dievakuasi saat terjadi bencana. Apa yang terjadi di Valley Parade memperlihatkan kalau penonton bergerak ke samping dan berjejalan di sana. Mereka pun masih berpotensi untuk menjadi korban karena masih berada dalam tribun yang sama. Mereka tidak bisa melompat langsung ke lapangan yang secara teori akan lebih aman.


    Penonton di televisi bisa menyaksikan kalau bencana itu bukan sekadar "kebakaran" karena menghanguskan satu tribun sepanjang 100 meter. Jika kondisi di tribun padat, bukan tidak mungkin korban akan banyak berjatuhan karena kesulitan mengakses pintu keluar.

    Pagar pula yang membuat Tragedi Hillsborough memakan banyak korban. Dalam laporan soal Tragedi Hillsborough, salah satu saran yang diberikan Peter Taylor dari Departemen Kehakiman Inggris adalah soal merevolusi desain stadion-stadion di Inggris, dan pagar adalah salah satu di antara rencana perubahan itu.

    Taylor menyebut kehadiran pagar pembatas dianggap sebagai "kandang hewan". Taylor merasa kalau pagar pembatas akan menjadi alasan untuk tragedi-tragedi selanjutnya. Ia pun melawan ide pemasangan pagar pembatas untuk semua stadion di Inggris, meski mungkin saja aksi hooliganisme terjadi di mana suporter mengganggu jalannya pertandingan dengan masuk ke lapangan.

    Kehadiran pagar pembatas antarsektor pun membatasi ruang gerak suporter untuk evakuasi. Lambat laun setelah stadion dibuat all-seater, pagar pembatas antar sektor tidak lagi diperlukan.

    Sertifikat Keamanan

    Setiap stadion mesti memiliki sertifikat keamanan untuk setiap kapasitas tribun. Taylor merekomendasikan untuk mengurangi sebanyak 15% dari kapasitas tribun yang tertera di sertifikat keamanan.

    Berdasarkan sertifikat tersebut, tribun barat Stadion Hillsborough memiliki kapasitas 10 ribu orang. Namun, jumlah ini terasa terlalu banyak. Taylor menyoroti penentuan kapasitas maksimal ini karena tidak dites secara langsung melainkan atas perkiraan.

    Untuk itu, diperlukan peninjauan kembali soal sertifikat keamanan dari pihak yang berwenang seperti kepolisian, pemadam kebakaran, rumah sakit, dan pemilik stadion itu sendiri. Setiap sertifikat pun mesti ditinjau kembali rutin setiap tahunnya.

    Pengawasan

    Tragedi Hillsborough terjadi karena pengawasan tribun yang buruk. Padahal, ruang kontrol tepat berada di depan tribun barat sehingga semestinya petugas yang berwenang tahu apa yang mesti dilakukan. Nyatanya hal itu tidak terjadi dalam Tragedi Hillsborough. Petugas berwenang terkesan membiarkan dan tidak melakukan upaya reaktif yang cepat untuk meminimalisasi korban.

    Taylor pun menyarankan agar ditempatkannya pengawas yang memerhatikan tribun secara seksama. Hal ini kemudian diejawantahkan dalam bentuk pemasangan CCTV dan penempatan steward di depan tribun.

    Pelarangan Alkohol di Tribun

    Tragedi Hillsborough kerap diakaitkan dengan sejumlah suporter yang dianggap berada dalam pengaruh alkohol. Dalam laporannya, Taylor pun menyoroti hal ini. Berdasarkan saksi, banyak dari penggemar Liverpool yang berkumpul di kedai bir. Beberapa dari mereka pun membawa minuman beralkohol.

    Dengan kondisi dipengaruhi alkohol, akan sulit buat penyelenggara mengajak suporter untuk kooperatif.Hal ini mungkin saja menimbulkan masalah baru di kemudian hari.

    Di era Liga Inggris saat ini, mengonsumsi alkohol di tribun adalah sesuatu yang dilarang. Suporter bisa meminumnya di area penjualan di sekitar stadion. Ini pula yang membuat "Pekan Non-League Day" menjadi semarak di Inggris. Pasalnya, mereka bisa menonton bola sembari meminum bir, mengenang masa-masa di mana konsumsi alkohol di tribun masih diperbolehkan.

    ***

    Tahun ini akan menjadi tahun terakhir peringatan mengenang korban Tragedi Hillsborough di Stadion Anfield. Keputusan ini diambil Hillsborough Families Support Group, setelah berkonsultasi dengan keluarga dan kerabat korban. Namun, Tragedi Hillsborough tentu tak akan pernah dilupakan.

    Apa yang terjadi di Hillsborough dengan sendirinya akan dikenang lewat kursi yang terpasang di stadion-stadion di Inggris; lewat hilangnya pagar pembatas di tribun. Di Inggris suporter tidak lagi ditempatkan di dalam kandang, karena mereka memang bukan hewan. Pembenahan tribun setelah Tragedi Hillsborough secara tidak langsung memanusiakan suporter yang memang sudah seperti itu seharusnya diperlakukan.



    ====

    *penulis juga biasa menulis untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @aditz92.

    (roz/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game