Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Hikayat Sevilla di 5 Final Kompetisi Kelas Dua Eropa

    Dex Glenniza - detikSport
    Foto: Getty Images/Michael Steele Foto: Getty Images/Michael Steele
    Jakarta - Sejak pergantian milenium, kesebelasan asal Spanyol sudah merajai kompetisi antar kesebelasan Eropa. Jika kita kerucutkan menjadi satu dekade terakhir (sejak 2006), Spanyol sudah mencetak 5 gelar Liga Champions UEFA (akan menjadi 6 karena all-Spanish final) dan 6 gelar Liga Europa.

    Salah satu kesebelasan asal "Negeri Matador", FC Barcelona, sudah dianggap sebagai kesebelasan paling sukses di Eropa dengan 4 gelar Liga Champions dalam satu dekade terakhir.

    Namun, kita tidak boleh melupakan Sevilla FC yang juga merupakan kesebelasan paling sukses, di kompetisi kelas dua Eropa, Piala UEFA yang kemudian berganti nama menjadi Liga Europa (pada 2009), dengan 4 gelar juara.

    Mereka bisa menambah koleksi gelar juara mereka ini dini hari nanti saat mereka berjumpa Liverpool di final yang akan berlangsung di St. Jakob-Park, Basel, Swiss.

    Ini bukan saja final kelima mereka dalam satu dekade terakhir, tetapi juga yang akan menjadi final ketiga mereka berturut-turut, di mana dua final terakhir mereka berhasil menangkan.

    Di bawah ini kita bisa melihat perjalanan Sevilla dalam lima final sebelumnya, yaitu pada musim  2005/06, 2006/07, 2013/14, 2014/15, dan 2015/16. Karena juara Liga Europa akan mendapatkan satu jatah lolos langsung ke babak grup Liga Champions di musim selanjutnya, maka pertandingan dini hari nantinya tentunya adalah sebuah "biggest deal" bagi Liverpool maupun, terutama, Sevilla, yang bisa saja mencetak gelar kelima mereka dalam 10 tahun terakhir sekaligus yang ketiga berturut-turut (belum ada kesebelasan yang bisa melakukannya sebelumnya).

    Piala UEFA 2005/06: Sevilla 4-0 Middlesbrough

    Tempat: Philips Stadion, Eindhoven

    Susunan sebelas pemain utama: Andres Palop (PG); Daniel Alves, Javi Navarro (C), Julien Escude, David Castedo; Jesus Navas, Jose Luis Marti, Enzo Maresca, Adriano; Luis Fabiano, Javier Saviola.

    Pemain pengganti: Antonio Notario (PG), Aitor Ocio, Renato (masuk menit ke-73), Fernando Sales, Antonio Puerta (masuk menit ke-85), Kepa Blanco, Frederic Kanoute (masuk menit ke-45).

    Manajer: Juande Ramos.

    Ini adalah gelar juara yang pertama bagi Sevilla di kompetisi antar kesebelasan Eropa. Mereka memuncaki grup H dengan dua kali menang, satu imbang, dan sekali kalah. Mereka mencetak 8 gol yang merupakan gol terbanyak dari seluruh kesebelasan di babak grup Piala UEFA 2005/06.

    Pada babak knock-out, Los Rojiblancos kemudian mengalahkan Lokomotiv Moscow, Lille OSC, Zenit Saint Petersburg, dan Schalke 04, mencetak total 11 gol dan hanya kebobolan tiga kali saja.

    Di final, mereka mendominasi Middlesbrough yang saat itu dilatih oleh Steve McClaren. El Grande de Andalucía mencetak 12 tembakan tepat sasaran ke gawang dengan empat di antaranya berhasiol menghasilkan gol, yaitu satu dari Luis Fabiano, dua dari Enzo Maresca, dan satu lagi dari Frederic Kanoute.

    Maresca mendapatkan gelar man of the match, tetapi duet Fabiano dan Javier Saviola-lah yang berhasil membuat Sevilla menjadi kesebelasan yang paling ditakuti di Piala UEFA musim tersebut.

    Piala UEFA 2006/07: Espanyol 2-2 Sevilla (Sevilla menang adu penalti 3-1)

    Tempat: Hampden Park, Glasgow

    Susunan sebelas pemain utama: Andres Palop (PG); Daniel Alves, Javi Navarro (C), Antonio Puerta, Ivica Dragutinovic; Jose Luis Martí, Christian Poulsen, Adriano; Enzo Maresca; Luis Fabiano, Frederic Kanoute.

    Pemain pengganti: David Cobeño (PG), Aitor Ocio, Renato (masuk menit ke-76), Jesús Navas (masuk menit ke-46), Javier Chevantón, Aleksandr Kerzhakov (masuk menit ke-64).

    Manajer: Juande Ramos.

    Final ini merupakan all-Spanish final pertama sepanjang sejarah kompetisi ini. Sevilla mendapatkan kesempatan utuk mempertahankan gelar mereka, dan mereka melakukannya dengan sangat baik di fase kualifikasi dan juga babak grup. Di Grup C, mereka tidak terkalahkan tapi harus lolos sebagai peringkat kedua karena kalah selisih gol dari AZ Alkmaar yang saat itu dilatih oleh Louis van Gaal.

    Rute mereka menuju final ternyata lebih berat daripada musim sebelumnya. Pada babak knock-out, mereka berhasil mengalahkan Steaua Bucharest, Shakhtar Donetsk, Tottenham Hotspur, dan CA Osasuna.

    Pada pertandingan final melawan RCD Espanyol, sebuah gol dari Adriano dibalas dengan gol Albert Riera sehingga pertandingan harus dilanjutkan ke babak tambahan. Di babak tambahan, mereka kembali unggul lewat gol Kanoute tapi kembali harus disamakan oleh Jonatas Domingos.

    Hasil imbang selama dua jam memaksa pertandingan harus dilanjutkan ke babak adu penalti. Palop menjadi pahlawan sekaligus man of the match karena berhasil menggagalkan tiga tembakan Espanyol (Luis Garcia, Jonatas, dan Marc Torrejon).

    Sevilla memiliki tiga pemain kunci pada musim tersebut, yaitu Dani Alves, Luis Fabiano, dan Maresca. Gelar Piala UEFA kedua bagi Juande Ramos membuatnya berhasil dirayu untuk menukangi Spurs, yang ia kalahkan di perempatfinal dengan agregat 4-3, pada musim selanjutnya.

    Liga Europa 2013/14: Sevilla 0-0 Benfica (Sevilla menang adu penalti 4-2)

    Tempat: Juventus Stadium, Turin.

    Susunan sebelas pemain utama: Beto (PG); Coke, Nicolas Pareja, Federico Fazio, Alberto Moreno; Stephane Mbia, Daniel Carrico, Ivan Rakitic (C); Jose Antonio Reyes, Carlos Bacca, Vitolo.

    Pemain pengganti: Javi Varas (PG), Fernando Navarro, Diogo Figueiras (masuk menit ke-110), Marko Marin (masuk menit ke-78), Vicente Iborra, Piotr Trochowski, Kévin Gameiro (masuk menit ke-104).

    Manajer: Unai Emery.

    Kesebelasan Sevilla kali ini dijuluki sebagai "Sevilla: The Next Generation". Tidak ada pemain yang masih ada dari hasil kejayaan mereka di tahun 2007 (ada Navarro, tapi Navarro yang lain; Javi dan Fernando). Manajer Unai Emery memainkan permainan yang menarik dengan banyak pemain muda potensial, taktik menyerang yang tajam, dan work rate yang tinggi.

    Perjalanan Sevilla kali itu lebih panjang karena mereka harus menjalani babak ketiga kualifikasi (melawan Mladost Podgorica) dan babak play-off (Slask Wroclaw) yang keduanya berkesudahan dengan agregat kemenangan 9-1. Mereka kemudian berhasil memuncaki Grup H dengan tak terkalahkan.

    Permainan mereka sempat naik dan turun di babak knock-out. Mereka mengalahkan Maribor (agregat 4-3), Real Betis (agregat 2-2 dilanjutkan kemenangan 4-3 di babak adu penalti), FC Porto (agregat 4-2), dan unggul gol tandang dari Valencia CF (agregat 3-3).

    Di pertandingan final melawan Benfica, yang gawangnya saat itu dijaga oleh Jan Oblak, kedua kesebelasan sama-sama tidak berhasil menembus pertahanan lawannya. Setelah skor kacamata bertahan selama dua jam, Sevilla berhasil menang 4-2 di babak adu penalti.

    Ivan Rakitić ditunjuk sebagai man of the match pada pertandingan tersebut. Ia adalah nyawa utama di lini tengah Los Nervionenses yang sangat kreatif dan mampu mengoper dan menekan dengan rajin sepanjang 120 menit pertandingan. Setelah musim tersebut, Rakitic pindah ke Barcelona dan berhasil membantu Barcelona meraih treble pada 2015.

    Satu hal menarik pada pertandingan final ini adalah kutukan Bela Guttmann. Kekalahan ini adalah kekalahan kedelapan Benfica di final kejuaraan antar kesebelasan Eropa sejak 1963.

    [Baca Juga: Benfica: 'Kutukan Guttmann' itu Masih Berlanjut]

    Liga Europa 2014/15: Dnipro Dnipropetrovsk 2-3 Sevilla

    Tempat: National Stadium, Warsawa.

    Susunan sebelas pemain utama: Sergio Rico (PG); Aleix Vidal, Daniel Carriço, Timothée Kolodziejczak, Benoit Tremoulinas; Stephane Mbia, Grzegorz Krychowiak; Jose Antonio Reyes (C), Ever Banega, Vitolo; Carlos Bacca.

    Pemain pengganti: Beto (GK), Fernando Navarro, Diogo Figueiras, Coke (masuk menit ke-58), Vicente Iborra (masuk menit ke-89), Denis Suárez, Kevin Gameiro (masuk menit ke-82).

    Manajer: Unai Emery.

    Setelah finis di peringkat kedua di grup G di bawah Feyenoord Rotterdam, mereka mengalahkan lawan-lawan serius di babak knock-out. Borussia Moenchengladbach (4-2), Villarreal (5-2), Zenit Saint Petersburg (4-3), dan Fiorentina (5-0) tidak mampu membendung mereka untuk mempertahankan gelar juara.

    Lawan mereka di final, Dnipro Dnipropetrovsk asal Ukraina, dilatih oleh Juande Ramos yang merupakan manajer spesialis Piala UEFA di Sevilla sebelumnya. Pertaindingan ini tadinya diprediksi akan menjadi pertandingan yang membosankan, tapi ternyata terjadi drama 5 gol di mana satu gol Grzegorz Krychowiak dan dua gol Carlos Bacca mampu membuat Sevilla mempertahankan gelar juara mereka.

    Ini adalah final Eropa kedua bagi Ever Banega yang berhasil mendapatkan gelar personal, man of the match. Ia berhasil menggantikan Rakitić yang pindah ke Barcelona, dengan permainan kreatif dan menekannya di lini tengah.

    Liga Europa 2015/16: Liverpool vs Sevilla

    Tempat: St. Jakob-Park, Basel.

    Prediksi susunan sebelas pemain utama: Soria (PG); Mariano, Adil Rami, Carrico, Sergio Escudero; Steven N'Zonzi, Grzegorz Krychowiak; Coke, Ever Banega, Vitolo; Kevin Gameiro.

    Manajer: Unai Emery

    Ini adalah ujian yang berat bagi Emery. Liverpool adalah kesebelasan yang momentumnya sedang bagus-bagusnya. The Reds mengalahkan Manchester United dan Borussia Dortmund dengan super-dramatis, dilanjutkan dengan kemenangan meyakinkan melawan Villareal di semifinal leg kedua di Anfield. Kesebelasan asuhan Jürgen Klopp ini mencetak paling banyak gol dan peluang di babak knock-out.

    Sevilla sendiri sebenarnya mengalami penurunan di musim ini. Mereka menghuni peringkat ketujuh di La Liga Spanyol dan turun kasta ke Liga Europa karena menempati peringkat ketiga di babak grup Liga Champions. Di babak knock-out Liga Europa, mereka menyingkirkan Molde (3-1), FC Basel (3-0), Athletic Bilbao (3-3 kemudian adu penalti 5-4), dan Shakhtar Donetsk (5-3).

    Satu hal yang mengkhawatirkan bagi pasukan Emery adalah bahwa mereka baru menang sebanyak 4 kali selain di kandang mereka, Ramón Sanchez Pizjuan (satu kemenangan di Liga Europa dan 3 di Copa del Rey). Los Rojiblancos harus mencoba keluar dari zona nyaman mereka.

    Mereka bisa mengandalkan Kevin Gameiro untuk keluar dari zona nyaman ini. Pemain asal Prancis ini sudah mencetak 7 gol dan 2 assist dari 8 pertandingan di Liga Europa. Setelah Bacca pindah ke AC Milan, ia sudah menjadi andalan di lini depan kesebelasan asal Andalusia tersebut. Jika Sevilla bisa menang, mereka pastinya akan mencetak sejarah.

    [Baca Juga: Pratinjau Final Liga Europa UEFA: Mentalitas yang Akan Tentukan Laga Liverpool-Sevilla]



    ====

    *ditulis oleh @dexglenniza dari @panditfootball.


    (roz/cas)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game