Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Latar Belakang di Balik Kepulangan Payet ke Marseille

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier
    Jakarta - Bursa transfer musim dingin memang tak seramai bursa transfer musim panas. Namun selalu ada saja satu atau dua pemain bintang yang hengkang pada masa transfer musim dingin. Dan untuk tahun 2017 ini, salah satu transfer yang paling mengejutkan di bursa transfer musim dingin adalah kepindahan Dimitri Payet ke Olympique Marseille.

    Payet yang dibeli Marseille dari West Ham United seharga 25 juta poundsterling memang hanya setengah dari nilai transfer Oscar dari Chelsea ke Shanghai. Namun, kepindahan Payet ke kesebelasan asal Prancis tersebut menjadi saga yang paling mencuri banyak perhatian karena secara tiba-tiba Payet ingin meninggalkan West Ham United.

    Ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada musim panas 2016. Payet yang tampil cemerlang di Piala Eropa 2016, langsung diminati banyak kesebelasan. Namun West Ham tak tertarik dengan puluhan juta poundsterling yang ditawarkan kepada mereka, justru mengatakan bahwa Payet tidak akan dijual dengan harga berapa pun.

    Kini nyatanya, Payet dijual dengan harga yang terbilang murah. Nilai 25 juta poundsterling jelas sangat jauh dengan nilai Payet yang sempat ditaksir mencapai 60 juta poundsterling usai Piala Eropa 2016. Dan ini semua, tentu tak terjadi begitu saja, ada sesuatu hal yang terjadi di belakangnya.

    Faktor Keluarga

    Manajer West Ham United Slaven Bilic tampak tak percaya dengan apa yang harus ia hadapi menjelang awal tahun 2017. Kala itu ia mengumumkan bahwa Payet tak ingin lagi bermain untuk West Ham United. Bilic, manajer yang membawa Payet ke West Ham, tentu kecewa dengan keputusan Payet tersebut.

    "Ia (Payet) bilang ingin pindah kesebelasan," kata Bilic pada konferensi pers jelang laga melawan Crystal Palace, 14 Januari lalu. "Semua elemen dalam tim ini sudah memberikan segalanya untuk Payet. Namun ternyata ia malah seperti itu. Jujur, saya merasa dikecewakan dan saya marah padanya."

    Latar Belakang di Balik Kepulangan Payet ke MarseilleFoto: Action Images via Reuters / John Sibley

    Setelah itu, Payet tak lagi berlatih dengan skuat utama West Ham. Ia pun tak lagi disertakan dalam pertandingan yang dijalani West Ham hingga kepindahannya. Bahkan sebelum itu, permainan Payet bersama West Ham tampak mulai menurun, meski mencetak dua gold an enam assist, West Ham sempat terjerembab ke papan bawah klasemen.

    Gelagat aneh Payet sebenarnya sudah disadari David Sullivan, pemilik West Ham, sejak dua bulan terakhir. Hal ini terlihat dari perubahan sikap Payet di luar lapangan yang berbeda. Cara inilah yang tidak disukai oleh Sullivan juga manajamen dan staf West Ham lainnya.

    "Saya rasa enam atau delapan pekan terakhir ia tak terlalu banyak berbicara dengan rekan-rekan setimnya," kata Sullivan pada BBC Radio Live. "Ia memilih sudut ruangan saat makan bersama, menikmati makanannya sendirian, mengisolasi diri dari orang lain. Padahal sebelumnya ia sangat ramah dan bahagia, menyalami setiap orang sebelum pertandingan."

    "Entah itu merupakan taktiknya atau ada sesuatu di kepalanya yang membuatnya berubah. Ia ingin tim mengeluarkannya, manajer mengeluarkannya. Sementara tim dan manajer tak ingin ia pindah, maka ia membuatnya agar tim dan manajer menginginkannya pindah," tambahnya.

    Menanggapi hal itu, Payet merasa tak bersalah dengan cara kepindahannya tersebut. Ia justru mengatakan bahwa ia hanya mengikuti kata hatinya. Ia memang tidak betah di Inggris dan ingin kembali ke Marseille, kesebelasan yang ia bela sebelum West Ham. Bahkan ia cenderung tidak peduli Bilic marah padanya.

    "Slaven Bilic memiliki pandangannya sendiri, saya tidak perlu memperbaiki perilaku saya," ujar Payet saat diperkenalkan sebagai pemain baru Marseille. "Sudah lama saya menantikan momen ini, saya bergulat dengan masa-masa di West Ham sejak lama. Saya tidak merasa nyaman di sana."

    Payet merindukan Prancis. Begitu pula dengan keluarganya. Bahkan keluarganya memang memiliki andil besar dalam keputusan yang diambil oleh Payet tersebut. Dimulai dari anak dan istrinya, hingga ibunya, semuanya sepakat untuk membuat Payet kembali ke Prancis.

    Sebelum isu kepindahan Payet mencuat, istrinya sudah bolak-balik Prancis untuk mencari rumah dan sekolah untuk ketiga anaknya. Menurut Julien Laurens dari ESPNFC, keluarga Payet tersebut tak betah dengan kehidupan di London.

    Sementara itu menurut Sean Whetstone dalam tulisannya di Cleret and Hugh, ibu Payet, Michelle Payet, meminta langsung anaknya tersebut untuk kembali ke Prancis. Agennya, Jacques-Olivier Auguste, juga mengendalikan media-media Inggris untuk membesarkan isu kepindahan Payet.

    Lebih dari itu, Payet juga sangat senang kembali ke Marseille karena saat ini kesebelasan berjuluk Les Pocheen ini dilatih oleh mantan pelatihnya di Lille, Rudi Garcia. Mantan pelatih AS Roma ini berhasil membujuk Payet untuk kembali ke Marseille karena keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat.

    "Di St. Etienne, saya saya tumbuh bersama (Cristophe) Galtier. Di Lille, saya berutang budi pada Rudi Garcia," ujar Payet pada 19 Desember 2016 lalu pada SFR Sport. "Garcia berbicara sangat banyak pada saya, apa yang bagus dan tidak. Kami memiliki hubungan spesial."

    Latar Belakang di Balik Kepulangan Payet ke MarseilleFoto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier

    Selain itu, sebenarnya tak mengherankan juga Payet merindukan Marseille. Karena saat ia meninggalkan Marseille pada musim panas 2015, sebenarnya ia tak ingin hengkang. Namun karena Marseille sedang mengalami krisis keuangan, Marseille terpaksa menjualnya dan ia bersedia hengkang sebagai pengorbanannya untuk Marseille.

    Proyek Baru Marseille Menggiurkan

    Saat Payet hengkang dari Marseille pada 2015, kekacauan memang terjadi di kesebelasan yang bermarkas di Stade Veldrome ini. Selain dirinya, dua pemain andalan Marseille lainnya, Andre Pierre Gignac dan Andre Ayew dijual.

    Bahkan kisruh ini menyebabkan sang pelatih, Marcelo Bielsa, memutus kontraknya setelah menjalani laga pertama Ligue 1 menghadapi Caen. Para pemainnya pun baru mengetahui pengunduran diri Bielsa lewat sosial media kala itu.

    Sepanjang musim 2015/2016, Marseille pun mengalami masa sulit. Mereka sempat tak pernah menang di kandang selama enam bulan lamanya. Pelatih Marseille saat itu, Jose Miguel Gonzales alias Michel, langsung dipecat pada bulan April.

    Meski mencapai final Coupe de France, mereka dijungkalkan PSG sehingga gagal membawa pulang trofi. Lebih dari itu, Marseille menempati peringkat 13 klasemen di akhir kompetisi. Capaian tersebut merupakan capaian terburuk Marseille dalam 15 tahun terakhir. Sampai saat itu, keputusan Payet untuk pindah dirasa tepat.

    Marseille pun kemudian dikait-kaitkan dengan beberapa investor baru. Akhirnya pada Agustus 2016, atau menjelang tenggat waktu transfer musim panas 2016 berakhir, pengusaha asal Amerika Serikat, Frank McCourt, diumumkan sebagai pemilik baru Marseille.

    Pengalamannya sebagai manajer tim bisbol AS, Los Angeles Dodgers, dianggap bisa memberikan harapan baru bagi Marseille yang tengah terpuruk. Apalagi McCourt menjanjikan akan berinvestasi senilai 200 juta euro untuk Marseille dalam waktu empat tahun.

    Latar Belakang di Balik Kepulangan Payet ke MarseilleFoto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier

    Rudi Garcia lantas direkrut sebagai pelatih kurang dari dua bulan sejak McCourt mengakuisisi Marseille. Sepekan setelah kedatangan Garcia, Andoni Zubazarreta yang pernah sukses sebagai pemain timnas Spanyol dan sempat bekerja di Athletic Bilbao dan Barcelona, ditunjuk sebagai Direktur Olahraga yang baru.

    Dari sinilah Payet melihat bahwa Marseille telah lahir kembali bersama kepemilikan McCourt. Sebelum kedatangannya, Marseille sudah merampungkan transfer gelandang muda Prancis dari Montpellier, Morgan Sanson, dengan nilai transfer sekitar delapan juta paun.

    Namun transfer Marseille di bursa transfer musim dingin ini yang paling memengaruhi Payet adalah direkrutnya bek kiri timnas Prancis, Patrice Evra. Marseille mendapatkan Evra dari Juventus secara gratis. Bahkan keduanya disebut-sebut sudah saling menghubungi sebelum proses transfer keduanya rampung.

    Perburuan Marseille terhadap pemain baru pun tak berhenti di Payet. Setelah mengeluarkan 25 juta paun untuk memboyong Payet, Marseille kembali mengeluarkan pundi-pundi uang untuk memboyong gelandang serba bisa milik Bordeaux, Gregory Sertic.

    Marseille saat ini memang masih berupaya untuk bisa berlaga di kompetisi Eropa pada musim depan. Hingga pekan ke-22, skuat besutan Rudi Garcia ini masih menempati peringkat empat. Setelah mendapatkan amunisi di bursa transfer Januari ini, mereka menargetkan untuk menempati posisi empat klasemen sehingga bisa berlaga di Liga Europa musim depan.

    ***

    Kepindahan Payet pada akhirnya tidak mengherankan jika melihat latar belakang keinginannya untuk kembali ke Marseille. Saat ini, Marseille yang sebenarnya tidak ingin ia tinggalkan pada 2015 lalu, memiliki proyek menjanjikan bersama pemilik baru, Frank McCourt.

    Selain itu, ia juga mengedepankan kebahagiaan anak dan istrinya, membahagiakan keluarganya. Karenanya tak heran ia rela memangkas gajinya dari 125 ribu paun per pekan menjadi 100 ribu paun per pekan di Marseille. Baginya, ia tak terlalu peduli dengan gelimangan harta di Inggris sementara ia dan keluarganya tidak betah menjalaninya.
    Mungkin baginya, harta yang paling berharga adalah keluarga. Karena itulah ia tak ragu untuk pulang ke Marseille meski ia mendapatkan cap negatif dari banyak orang.



    ====

    *penulis adalah editor situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.


    (krs/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game