Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Meninjau Jadwal Pertandingan Sepakbola di Bulan Ramadan

    Dex Glenniza - detikSport
    Ilustrasi bermain sepakbola di depan Mesjid Al Aqsa (Foto: AFP PHOTO / AHMAD GHARABLI) Ilustrasi bermain sepakbola di depan Mesjid Al Aqsa (Foto: AFP PHOTO / AHMAD GHARABLI)
    Jakarta - Topik pembahasan Ramadan dan sepakbola adalah perbincangan yang sudah menjadi agenda tahunan. Kita bisa menemukan banyak bentrokan antara Ramadan dan sepakbola profesional, misalnya pada Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016 di tahun-tahun yang sudah lalu.

    Tahun ini, Piala Dunia U20 FIFA di Korea Selatan dan Piala Konfederasi di Rusia juga bertabrakan dengan Ramadan untuk pemain-pemain seperti Vincent Aboubakar, Shkodran Mustafi, dan Amin Younes.

    Pendapat yang umum memunculkan keraguan mengenai apakah pemain sepakbola yang berpuasa dapat bertahan dalam kerasnya sesi latihan maupun pertandingan.

    Beruntung bagi mayoritas pemain muslim, terutama di Eropa, Ramadan tahun 2017 ini tidak berbarengan dengan musim kompetisi. Contohnya Liga Primer Inggris 2016/2017 yang setidaknya memiliki lebih dari 50 pemain muslim seperti Paul Pogba, Mesut Özil, Sadio Mané, Riyad Mahrez, dan terutama pemain dengan nama paling Ramadan di musim ini: Ramadan Sobhi; bisa menjalankan ibadah puasa tanpa halangan yang berarti.

    Meski puasa Ramadan berarti tidak makan dan minum dari waktu sebelum terbit sampai terbenamnya matahari (yang waktunya bervariasi tergantung lokasi), mantan penyerang Sevilla, Frédéric Kanouté, percaya bahwa ia tidak pernah menderita karena harus berpuasa sambil juga menjalani rutinitasnya sebagai pesepakbola.

    Meninjau Jadwal Pertandingan Sepakbola di Bulan RamadanFrederic Kanoute pada tahun 2010 lalu (Foto: Manuel Queimadelos Alonso/Getty Images)

    "Selalu sulit untuk berpuasa di sini, di selatan Spanyol, di tempat yang sangat panas, tapi aku berhasil beradaptasi," kata pemain Mali yang sudah pensiun ini. "Aku memberikan segalanya kepada kesebelasan selama bulan [Ramadan]. Aku memastikan aku tidak membiarkan rekan setim dan pendukungku kecewa. Semua orang di sini memperlakukanku dengan baik. Mereka mengerti."

    Mahamadou Diarra juga menambahkan, seperti yang dikutip dari FIFA.com, "Semua pelatih menghormati keputusanku. Ini tidak mudah dan tentu saja kamu merasa perlu untuk makan, tapi [Ramadan] hanya satu bulan."

    Dua mantan pemain FC Köln yang bermain bersama pada 2007 sampai 2011, Adil Chihi asal Maroko dan Youssef Mohamad asal Lebanon, telah diberikan pemahaman oleh pihak kesebelasannya. "Mereka sudah puasa [Ramadan] selama beberapa tahun," kata juru bicara kesebelasan pada tahun 2010, Christopher Limperopoulos. "Mereka tahu bagaimana tubuh mereka bereaksi. Mereka melakukan apa yang selalu mereka lakukan: melatih iman mereka saat mereka bekerja sebagai pesepakbola profesional."

    Puasa Ramadan Tidak Terlalu Memengaruhi Penampilan Atlet Profesional

    Jika kita melihat dalam beberapa literatur ilmiah mengenai dampak puasa Ramadan pada kinerja olahraga, banyak yang menyajikan hasil yang bervariasi, bahkan tak jarang yang bertentangan dengan pandangan umum bahwa puasa Ramadan akan menurunkan performa para atlet dalam berolahraga.

    Untuk kita yang bukan merupakan atlet profesional, puasa Ramadan mungkin tidak akan berdampak terlalu besar. Tapi lain halnya bagi mereka yang merupakan olahragawan profesional.

    Salah satu penelitian berjudul 'The influence of Ramadan on physical performance measures in young Muslim footballers' (Donald Kirkendall dkk.) menunjukkan bahwa tidak ada dampak yang jelas dalam kecepatan, kekuatan, kelincahan, daya tahan, dan keterampilan individual pada saat puasa Ramadan.

    Pada penelitian lain juga ada yang menunjukkan bahwa puasa Ramadan tidak menghasilkan dampak buruk pada komposisi tubuh, kekuatan anaerobik, kapasitas anaerobik, dan metabolisme asam laktat (indikator kelelahan, biasanya berupa rasa pegal) selama dan setelah latihan intensitas tinggi jika tidak ada perubahan total asupan kalori harian (makanan dan cairan), dan tidak ada perubahan total jam tidur, atau jika semuanya dipertahankan seperti sebelum Ramadan.

    Selama puasa Ramadan, periodisasi yang tepat dari pelatihan ini penting untuk menjaga dan mengoptimalkan kinerja atlet. Penyesuaian pelatihan dapat memiliki dampak luar biasa pada kinerja keseluruhan.

    Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam topik puasa dan/atau Ramadan secara umum menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari puasa tersebut terhadap penampilan seorang atlet, dengan catatan atlet tersebut tetap bisa mempertahankan pola latihannya seperti saat tidak puasa.

    Jika ini tidak terlalu berpengaruh untuk atlet, bagaimana dengan kita sebagai masyarakat umum. Untuk pembahasan tersebut, bisa dibaca kembali tulisan berikut: Memasyarakatkan Olahraga di Bulan Ramadan.

    Jadwal Kompetisi Sepakbola Saat Bulan Ramadan

    Piala Dunia, Piala Eropa, dan bahkan Olimpiade serta Tour de France sempat berbentrokan dengan Ramadan. Tapi itu adalah turnamen khusus, yang sebenarnya jadwalnya bisa diatur. Lain halnya jika bentrokan terjadi pada musim kompetisi seperti liga sepakbola.

    Biasanya bagi negara-negara yang tidak memiliki mayoritas penduduk muslim, tidak ada penyesuaian jadwal pertandingan terhadap Ramadan. Namun tidak serta-merta sebaliknya juga, karena tidak semua negara mayoritas muslim akan menyesuaikan jadwal pertandingan mereka dengan Ramadan.

    Meninjau Jadwal Pertandingan Sepakbola di Bulan RamadanTabel perbandingan beberapa kompetisi yang melibatkan negara berpenduduk muslim yang besar mengenai waktu sepak mula di Bulan Ramadan 2017

    Sesuai dengan yang ditunjukkan pada tabel di atas, kebanyakan negara sudah menyelesaikan musim kompetisi sepakbola mereka sebelum Ramadan. Khusus untuk Malaysia, pada 2015, asosiasi sepakbola mereka (FAM) sempat mendapat protes karena masih ada pertandingan pada Ramadan. Mereka dianggap tidak menghormati Ramadan dan juga karena mayoritas pemain Liga Malaysia beragama Islam.

    Padahal di lima musim sebelum 2015 tersebut, Liga Malaysia selalu sudah selesai sebelum Ramadan. Maka dari itu, kompetisi sepakbola di Liga Malaysia musim ini diliburkan selama Ramadan. Hal yang sama juga terjadi di Afghanistan.

    Dari contoh-contoh yang diambil di atas juga kita bisa mengetahui jika Indonesia, Suriah, Mesir, dan Turki menyesuaikan jadwal pertandingan sepakbola mereka dengan Ramadan, yang idealnya adalah setelah berbuka.

    Sementara itu, Singapura, Aljazair, Tunisia, Nigeria, dan Kenya tetap menjalankan jadwal pertandingan mereka seperti selain Ramadan, yaitu pada sore hari.

    Hal yang sedikit unik terjadi di Kenya. Asosiasi sepakbola Kenya (FKF) sebenarnya tetap memainkan jadwal pertandingan seperti biasanya untuk tiga divisi teratas sepakbola mereka. Namun, untuk divisi di bawahnya, atau liga pada South Coast Branch, meliburkan liga sepakbola mereka.

    Kapan Jadwal Pertandingan yang Tepat Saat Ramadan?

    Melihat di Indonesia, umumnya Liga 1 memiliki jadwal sepak mula pada pukul 20:30 WIB. Namun, waktu ini sebenarnya untuk memanjakan penonton layar kaca yang mayoritas berada di Indonesia bagian barat. Pada kenyataannya, ada pertandingan yang disiarkan pada pukul 20:30 WIB tapi di lokasi pertandingan sesungguhnya adalah 21:30 (Indonesia Tengah) atau 22:30 (Indonesia Timur).

    Pertanyaannya menjadi menarik, apakah pertandingan yang dimainkan pada pukul 22:30 setempat (Perseru Serui melawan Bali United jika tidak ada perubahan jadwal) adalah pertandingan yang ideal? Bukankah itu terlalu larut?

    Itulah kenapa, untuk melihat kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk pertandingan sepakbola, kita bisa kembali melihat dari sisi sains.

    Pertama-tama, waktu sore hari (ngabuburit) menjadi waktu yang umumnya dikategorikan "terbaik" secara sains karena sisa energi dan cairan tubuh di sore hari yang habis akan dapat langsung dikembalikan dengan makan dan minum saat berbuka puasa.

    Akan tetapi, bertanding pada ngabuburit bisa menjadi sesuatu yang menyulitkan bagi atlet karena bisa jadi energi dan cairan tubuh mereka yang tersisa tidak akan cukup untuk bertandingan selama maksimal 90 menit.

    Kemudian, hal ini membuat kita mempertimbangkan bertanding sesudah berbuka puasa (pada malam hari) yang sangat marak dilakukan. Pertandingan setelah berbuka dapat dilakukan karena memberikan kesempatan bagi pemain untuk makan dan minum sebelum, selama, dan sesudah pertandingan.

    Pertandingan setelah berbuka sebenarnya dapat dilakukan kapan saja, tapi disarankan paling cepat dilakukan satu setengah jam (90 menit) setelah pemain berbuka puasa. Hal ini yang membuat sains dan bisnis menjadi selaras, karena 20:30 adalah kira-kira 150 menit setelah berbuka, yang mana ini sudah melewati batas minimal, sekaligus batas prime time pada siaran televisi di saat orang-orang (seharusnya) sudah selesai melakukan salat tarawih.

    Pertandingan pada pukul 20:30 sejujurnya adalah waktu yang pas. Tidak terlalu dini tapi juga tidak terlalu larut. Lantas, bagaimana dengan 21:30 atau 22:30 di Indonesia tengah dan timur, atau bahkan 23:00 di Liga Champions Asia dan Afrika?

    Sebenarnya selain sepakbola, waktu terbaik untuk berolahraga juga bisa kita dapatkan sebelum sahur. Ya, ini sungguh-sungguh berasal dari hasil penelitian ilmiah. Berolahraga pada waktu ini akan membuat kita bisa menghilangkan lemak secara maksimal.

    Namun, itu, kan, olahraga secara umum, bukan sepakbola apalagi di kompetisi profesional, sehingga pertandingan yang terlalu larut sebenarnya tidak baik untuk kesehatan para pemain. Ini terjadi karena para pemain tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk pemulihan, apalagi sebelum matahari terbit di hari berikutnya, mereka dituntut untuk menyantap sahur.

    ***

    Mengatur jadwal pertandingan sepakbola itu memang sulit, ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan, di antaranya adalah izin, keamanan, hak siar, dan kebutuhan prime time. Ditambah pada Ramadan seperti ini, pertimbanganpun menjadi bertambah.

    Meliburkan atau melanjutkan kompetisi selama Ramadan akan menjadi perdebatan yang tidak pernah surut setiap tahunnya, terutama di negara dengan jumlah penduduk muslim yang besar, di mana selain pemain dan ofisial, tapi penonton sepakbola di stadion maupun di televisi juga ikut dilibatkan.

    Kalender hijriah (Islam) yang tidak memiliki acuan waktu yang pasti jika dibandingkan dengan kalender masehi yang digunakan di seluruh dunia juga menjadi masalah lainnya. Kita bisa saja menemukan Bulan Ramadan yang bertepatan pada awal tahun, tengah tahun, atau akhir tahun. Semuanya bisa berubah setiap tahun. Khusus tahun 2017 ini, Ramadan dimulai ketika mayoritas liga-liga sepakbola di Eropa sudah berakhir.

    Namun dari itu semua, sebenarnya yang patut menjadi perdebatan jika kita hanya meninjau sains adalah waktu pertandingannya. Sementara jika kita meninjau dari perspektif lain, misalnya dari hal agama, sebenarnya perdebatan utamanya adalah agar jadwal pertandingan sepakbola tidak berbentrokan dengan waktu salat, terutama waktu salat maghrib.

    [Baca juga: Antara Pertandingan Sepakbola atau Salat Maghrib]



    -----

    * Penulis biasa menulis soal sport science untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza


    (krs/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game