Indonesia dan Pencapaiannya yang Menuai Pujian di Turnamen Toulon

Meski hasil minor harus ditelan, Hanis Saghara Putra dan kawan-kawan pulang ke tanah air dengan kepala tegak. Sebab mereka telah berjuang maksimal untuk mengharumkan nama Indonesia di ajang tersebut. Perlawanan luar biasa mampu Indonesia berikan saat berhadapan dengan lawan-lawan yang di atas kertas levelnya berada di atas mereka.
Dikutip dari laman web situs resmi PSSI, Indra Sjafri mengungkapkan bahwa dari penampilan Indonesia di ajang tersebut, panitia penyelenggara menganggap "Garuda Muda" sebagai tim perwakilan Asia terbaik yang pernah berpartisipasi dalam ajang tersebut.
"Kata panitia turnamen ini, dibandingkan dengan Jepang dan Bahrain, sebagai wakil dari Asia, kami dianggap lebih baik. Kami akan pulang ke Indonesia pada tanggal 8 Juni. Setelah itu tim libur hingga tanggal 12 Juni," terangnya.
Tak berlebihan bila panitia penyelenggara sampai melontarkan pujian kepada Indonesia. Penampilan mereka di Toulon Tournament 2017 memang membanggakan. Pada pertandingan pertama melawan Brasil ada 31 Mei lalu, Indonesia sanggup membuat "Tim Samba" kesulitan. Indonesia bahkan unggul dalam hal penguasaan bola dengan 52 persen.
Walau dalam hal menciptakan peluang Brasil jauh lebih unggul, namun Indonesia bisa mengambil kontrol permainan terutama saat laga memasuki paruh kedua. Beberapa peluang emas diciptakan. Sayang, penyelesaian akhir menjadi kendala yang memaksa Indonesia harus mengakhir pertandingan dengan kekalahan 0-1 dari Brasil.
Permainan menghibur kembali diperlihatkan Indonesia saat jumpa Ceko pada laga kedua mereka di Grup C yang berlangsung di Stadion Parsemain, Prancis, pada 3 Juni lalu. Sama halnya saat jumpa Brasil, Indonesia juga sanggup menguasai peguasaan bola dengan 57%.
Sayangnya, kesalahan elementer yang dilakukan barisan belakang Indonesia bisa dimanfaatkan Ceko untuk membobol gawang Muhammad Riyandi dua kali, tanpa mampu dibalas sebiji gol pun oleh Indonesia. Akibatnya, mereka harus menelan kekalahan 0-2 dari Ceko.
![]() |
Pada partai pamungkas, Indonesia malah bisa unggul 1-0 lebih dulu atas Skotlandia, melalui Hanis Putra pada menit 24. Sayang, Indonesia gagal mempertahankan keunggulan, karena Skotlandia sukses membalikan keadaan melalui sepasang gol yang diciptakan Ryan Hardie pada menit ke-33 dan 69.
Generasi Emas Indonesia yang Bisa Saja adalah Mereka
Melihat pencapaian dan performa Indonesia di Toulon Tournament 2017, tidak berlebihan kalau memprediksi para penggawa "Garuda Muda" itu bisa menjadi generasi emas sepakbola Indonesia di masa yang akan datang.
Meskipun sempat sedikit dikritik karena dengan berlaga di turnamen tersebut maka para penggawa timnas berarti tidak melaksanakan ibadah puasa Ramadan, permainan Indonesia di ajang tersebut telah menuai pujian banyak pihak. Bahkan salah satu pilar andalan Indonesia, Egy Maulana Vikri, berhasil mendapat penghargaan Jouer Revelation Trophee.
Konon pamor dari gelar yang didapatkan Egy itu sangat mendunia, sebab pada masa lampau pemain-pemain hebat dunia seperti Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane pun pernah diganjar penghargaan tersebut.
Sejatinya, penghargaan Jouer Revelation Trophee itu diumumkan pada akhir turnamen, namun karena kontribusi dan statistik permainannya yang dianggap layak, maka panitia penyelenggara pun memberikan penghargaan tersebut sesaat setelah pertandingan antara Indonesia melawan Skotlandia.
"Saya tidak pernah menyangka kalau dapat itu, karena saya hanya mementingkan tim. Saya hanya memberikan yang terbaik dan itu bonus bagi saya. Orang yang menilai bukan saya, terima kasih untuk semua yang telah mendukung saya," kata Egy.
Kejuaraan Toulon juga merupakan ajang bagi para pencari bakat di seluruh dunia berkumpul. Maklum, ajang tersebut dimainkan oleh pemain-pemain muda potensial. Di sanalah waktu yang tepat bagi para pemandu bakat itu untuk bekerja, memerhatikan, dan menganalisis pemain-pemain yang mereka anggap layak untuk direkomendasikan kepada kesebelasan-kesebelasan elite dunia.
Ada kabar menggembirakan yang disampaikan akun Twitter @IndoTransfer, dalam postingannya disebutkan bahwa ada tiga pemain Indonesia yang dilirik oleh para pemandu bakat Eropa yang hadir dalam ajang tersebut. Namun, tidak disebutkan siapa saja tiga pemain yang menjadi incaran mereka itu.
BREAKING: Memberi penampilan impresif, 3 penggawa Timnas U-19 dilirik Talent Scout di Toulon Tournament. [Bola]
β Transfer Indonesia (@Indostransfer) June 6, 2017
Kalau memang informasi tersebut benar, jelas ini merupakan sebuah kebanggaan karena ternyata kualitas pesepakbola Indonesia bisa bersaing dengan pesepakbola Eropa atau Amerika Latin, yang dikenal sebagai produsen pesepakbola top.
Dari apa yang ditorehkan para penggawa Indonesia pada ajang tersebut seakan memberi harapan bagi publik sepakbola nasional, bahwa mereka bisa menjadi generasi emas sepakbola Indonesia di masa yang akan datang.
Namun, untuk mencapai itu semua jelas dibutuhkan proses yang cukup panjang, para pemain tentu tidak bisa cepat berpuas diri setelah melakukan pencapaian luar biasa pada ajang tersebut. Singkirkan pujian yang mereka terima, dan saatnya memulai untuk mengembangkan diri untuk lebih baik lagi.
"Asal kita konsisten, tim ini akan jadi generasi baru pesepakbola Indonesia, dan setelah ini kita akan evaluasi, untuk melakukan perbaikan. Yang pasti tim ini butuh banyak pertandingan dengan tim-tim yang kelasnya di atas mereka," kata Indra.
Tugas yang tak kalah penting pun dimiliki PSSI sebagai induk sepakbola Indonesia untuk turut mendukung pengembangan potensi mereka. Sinergi dengan pemerintah juga dibutuhkan, salah satunya untuk pengembangan infrastruktur sepakbola yang bisa menunjang mereka mengembangkan diri. Sebab bukan lagi rahasia umum, kalau fasilitas atau infrastruktur sepakbola Indonesia masih minim.
Modal Sebelum Berlaga di Piala AFF dan Kualifikasi Piala Asia 2018
Terlepas dari hasil dan pencapaian yang Indonesia raih di Toulon Tournament 2017, ada beberapa hal yang lebih krusial bagi mereka dari keikutsertaannya pada ajang tersebut. Salah satunya adalah pengalaman bertanding sebelum terjun di Piala AFF U19 Myanmar yang akan berlangsung dari tanggal 4-17 September 2017 dan kualifikasi Piala Asia U19 2018.
Lawan-lawan tangguh tentu telah menanti mereka pada dua ajang tersebut, di Piala AFF misalnya, Indonesia akan berhadapan dengan Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina, dan Selandia Baru (tim undangan, bukan anggota AFF) pada fase grup.
Sementara di kualifikasi Piala Asia U-19, lawan yang akan mereka hadapi akan jauh lebih berat karena akan ada raksasa Asia, Korea Selatan yang harus mereka hadapi. Selain itu, Indonesia juga tergabung bersama Malaysia, Timor-Leste, dan Brunei di Grup F kualifikasi Piala Asia U-19.
Tapi keikutsertaan Indonesia di Toulon Tournament setidaknya akan memberikan pengalaman dan meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk melewati hadangan lawan-lawan mereka di dua ajang tersebut. Sebab di Turnamen Toulon mereka sudah menghadapi lawan dengan tradisi sepakbola yang lebih baik, salah satunya adalah Brasil.
Satu hal lain, dari tiga pertandingan yang mereka lakoni, tercatat rata-rata lawan yang dihadapi merupakan kesebelasan yang dihuni oleh pemain dengan rata-rata usia berada di atas mereka. Maka tak berlebihan kalau secara pengalaman bermain Indonesia unggul dari calon lawan-lawan mereka di Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala Asia U-19 2018.
![]() |
(krs/cas)