Pelopor Panenka Bukanlah yang Pertama

Satu hal yang kita tahu, 20 Juni 1976 adalah hari di mana Panenka mencetak tendangan Panenka pertamanya. Ia melakukannya di bukan sembarangan panggung, yaitu di final Piala Eropa 1976 di Stadion Red Star, Belgrade, Serbia (saat itu Yugoslavia), sebagai penendang penentu kala tim nasionalnya, Cekoslovakia, menghadapi Jerman Barat dengan penjaga gawangnya yang lihai, Sepp Maier.
"Aku yakin seribu persen bahwa aku akan mengambil [tendangan] penalti dengan cara itu (cungkilan) dan bahwa aku akan mencetak gol," kata Panenka, dikutip dari These Football Times.
Entah ia sadar atau tidak, keputusannya saat itu membuat namanya masuk dan diabadikan di sepakbola dunia. Sekarang, kita akan langsung ingat istilah "Panenka" setiap ada tendangan penalti yang disepak dengan cungkilan (chip) ke arah tengah gawang di mana penjaga gawangnya bergerak ke arah kanan atau kiri, alias tertipu.
Legenda sepakbola Brasil, Pelé, sampai-sampai mengomentari keputusan Panenka tersebut sebagai hasil yang "entah jenius atau gila".
Teknik Panenka adalah Hasil Latihan Setiap Hari
Menurut Panenka yang saat ini sudah berusia 68 tahun, ia tidak tiba-tiba memutuskan menendang dengan teknik tersebut. Ia sudah terlebih dahulu menyempurnakan tekniknya. Bersama kesebelasannya saat itu, Bomenians Praha, ia selalu berlatih tendangan penalti setiap hari.
![]() |
Sebelumnya, pemain kelahiran Praha, Cekoslovakia (Republik Ceko sebelum pecah bersama Slovakia), ini memang dikenal sebagai pemain yang memiliki teknik operan dan pengambilan bola mati yang baik.
Ia menghabiskan banyak sesi latihan tendangan penalti dengan penjaga gawang Bohemians, Zdeněk Hruška. Mereka biasanya melibatkan bir, coklat, dan bahkan uang sebagai taruhan kecil-kecilan di sesi latihan tersebut.
"Ia (Hruška) sangat baik dalam [mengantisipasi] penalti," kata Panenka. "Ia beberapa kali mengalahkanku dan membuatku kehilangan banyak uang."
Dari rasa frustrasi ini lah ia melahirkan metoda baru dalam menendang penalti. "Aku mulai berpikir cara baru untuk mencetak gol. Aku tahu jika penjaga gawang biasanya memilih [melompat] ke satu sisi," katanya untuk kemudian mulai fokus menendang ke arah tengah saja.
"Tapi jika kamu menendang dengan keras [ke arah tengah], ia bisa menyelamatkannya dengan kakinya (karena kecepatan bola yang tinggi yang membuat penjaga gawang relatif masih dalam keadaan awalan melompat ketika bola sampai di atas garis gawang)," keluhnya.
"Namun, jika kontak dengan bola terlalu ringan, ia bisa melompat kembali ke tengah jika ia sebelumnya sudah memilih salah satu sisi," keluhnya lagi sambil ia mengingat-ingat.
Hasil dari pemikiran tersebutlah yang menghasilkan tendanga ke arah tengah dengan cungkilan yang tidak kencang, tapi juga tidak terlalu pelan. "[Penalti] itu selalu pertarungan urat syaraf antara penendang dan kiper. Tidak ada penjaga gawang yang diam di tengah, itu yang menjadi dasar strategiku."
Kunci sukses cara ini adalah untuk membuat penjaga gawang berpikir seolah penendang akan menendang penalti dengan cara yang konvesional. "Aku selalu mencoba [menipu] dengan pergerakan atau mataku. Aku ingin membuatnya (penjaga gawang) bergerak ke arah yang aku mau."
Panenka kemudian mencoba teknik ini di sesi latihannya yang biasa dengan Hruška. Tekniknya ini beberapa kali berhasil menipu Hruška. Ia yang terus mengembangkan tekniknya ini akhirnya merasa percaya diri untuk melakukannya di pertandingan sungguhan.
Ia memulainya dengan melakukannya di pertandingan persahabatan, kemudian di pertandingan liga domestik, dan sebulan sebelum Piala Eropa 1976 bahkan ia berhasil menipu penjaga gawang timnas Cekoslovakia, Ivo Viktor.
Pada saat itu, Viktor sebenarnya sudah tahu jika Panenka akan mencungkil bola ke arah tengah, tapi ia masih tidak bisa mencegah bola Panenka untuk masuk. Viktor mengakui bahwa ia seolah tidak ingin berdiam di tengah gawang, dan mempersilakan dirinya tertipu dengan ancang-ancang, gerakan tubuh, dan kecepatan Panenka.
Hari ketika Panenka Memperkenalkan Panenka kepada Dunia
Di saat tendangan penalti chip khas Panenka sudah mulai terkenal di Cekoslovakia, cara ini masih bersifat rahasia bagi mereka yang berada di luar Cekoslovakia, sehingga mengeluarkan teknik ini di final Piala Eropa 1976 adalah sesuatu yang, ia katakan "yakin 1.000%" untuk ia lakukan.
Pertandingan final Piala Eropa 1976 tersebut berakhir dengan skor 2-2 sampai 120 menit, padahal Cekoslovakia sudah unggul 2-0 terlebih dahulu atas Jerman Barat. Pertandingan harus dilanjutkan ke babak adu penalti.
Sebelumnya, cungkilan Panenka sudah menjadi topik pembicaraan di kamar hotel antara Panenka dan Viktor, penjaga gawang Cekoslovakia, sebelum final tersebut. "Ia (Viktor) berkata kepadaku bahwa itu terlalu berisiko, dan jika aku melakukannya, ia tidak akan membolehkan aku masuk ke kamar lagi." Tapi Panenka, seperti yang kita tahu, mengabaikan nasihat penjaga gawang tim nasionalnya tersebut.
Akhirnya, Panenka yang bertindak sebagai eksekutor pamungkas pada final tersebut, mengeluarkan jurus andalannya, sekaligus memperkenalkan tendangan Panenka kepada dunia.
"Jauh sebelum ada istilah untuk itu, ia mencatatkan Panenka yang sempurna," kaya Ben Lyttleton dalam buku Twelve Yards. Bola meluncur mulus ke tengah gawang, di mana Maier memutuskan melompat ke arah kiri. "Pada saat itu, tidak ada seorangpun yang familier dengan gaya tendangan penalti tersebut. Tidak ada yang mengharapkannya. Itu yang membuat kemungkinan suksesnya sangat tinggi," tulis Lyttleton.
Ya, seperti yang Panenka bilang, ia sudah yakin seribu persen!
Keabadian Panenka
"Aku memilih untuk menendang penalti [dengan teknik Panenka] karena aku melihat dan menyadari jika itu adalah cara paling mudah dan resep paling sederhana untuk mencetak gol," kata Panenka dengan jujur.
Yang kita tahu, Panenka diperkenalkan kepada dunia pada 20 Juni 1976. Tapi yang tidak diketahui, setidaknya oleh Sepp Maier, adalah jika Panenka sudah melatih dan menggunakan teknik Panenka tersebut dengan sering sebelum-sebelumnya. Sang pelopor Panenka ternyata bukan pertama kali menggunakan Panenka di final Piala Eropa 1976 tersebut.
Panenka sendiri memperkirakan jika Panenka-nya di final Piala Eropa 1976 adalah Panenka ke-10 yang pernah ia lakukan di pertandingan kompetitif. Sampai ia pensiun, ia menggunakan cara Panenka sekitar 35 kali, dan hanya gagal sebanyak satu kali.
"Sebelum itu, aku menendang penalti dengan cara 'normal' dan gagal lebih sering. Ini adalah senjata yang besar," kata Panenka mengomentari Panenka-nya.
Saat ini kita mengenal istilah Panenka seperti juga kita mengenal 'Cruyff turn', 'Zidane roulette', 'Grandelletje', 'rigtig Jesper Olsen', dan masih banyak istilah lainnya, sampai 'Gol Tangan Tuhan' dan beberapa gerakan selebrasi. Tapi tidak ada istilah yang lebih mahsyur daripada Panenka: jika berhasil, maka akan mempermalukan penjaga gawang; jika gagal, maka akan mempermalukan diri sendiri.
Untuk salah satu pemain yang gelarnya tidak segemerlap pesepakbola sukses saat ini, Antonín Panenka telah berhasil membuat sesuatu yang membuat namanya abadi di sepakbola.
========
Penulis adalah Dex Glennıza dari Pandit Football Indonesia. Beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza (din/mrp)