Pengaruh Sihir Balerina Zinedine Zidane (Bagian II-habis)

Setelah pensiun pada 2006, dua tahun kemudian Zinedine Zidane ditunjuk menjadi dewan penasihat di Real Madrid. Meski ia bukan sosok yang lantang dalam berbicara, namun ia selalu siap berbicara dengan pemain manapun dengan berbincang ringan dan menunjukkan rasa hormat. Termasuk ketika Karim Benzema resmi direkrut Madrid dari Olympique Lyonnais pada 2009 lalu.
Media-media Spanyol sempat meragukan kemampuan Benzema yang saat itu masih berusia 22 tahun. Dia dianggap tak serius ingin membela Madrid karena tak belajar bahasa Spanyol. Kepongahannya itu yang membuat media memprediksi karier Benzema akan berakhir seperti Nicolas Anelka yang hanya bertahan satu musim di Real Madrid pada 1999/2000.
Sampai pada akhirnya Madrid menginstruksikan Zidane yang sama-sama berasal dari Prancis untuk menasihatinya. Benzema pun akhirnya menerima kritikan-kritikan dari Zidane tersebut. Hubungan Zidane dan Benzema pun semakin akrab. Zidane memang terpandang bagi para pemain Prancis lain. Dia jugalah yang membujuk Raphael Varane bergabung ke Madrid pada musim panas 2011.
Kemudian pada 2014, Zidane ditunjuk menjadi pelatih Akademi Madrid. Borja Mayoral, Guillermo Varela, Martin Odegaard adalah sejumlah pemain polesannya. Melihat pemain-pemain muda yang melejit itu, Madrid tidak terlalu pusing mencari pengganti Rafael Benitez yang dipecat pada Januari 2016.
Florentino Perez, Presiden Madrid, langsung mempersiapkan Zidane untuk menjadi pelatih skuat senior. Tapi Zidane tampak masih belum siap pada saat itu walau ia sambil mengasisteni Carlo Ancelotti dan Benitez. Tapi mau tidak mau, Zidane tetap ditunjuk menggantikan kursi kepelatihan Benitez.
"Saya ingin mengumumkan, kami telah memutuskan untuk menunjuk Zinedine Zidane sebagai pelatih baru. Dia tanpa diragukan lagi salah satu tokoh terbesar dalam sejarah sepak bola," kata Perez. "Dia lebih tahu dari siapa pun apa artinya menjadi pemimpin di skuat Madrid utama. Dia tahu betapa sulitnya tantangan ini, tapi itulah yang menarik."
Sedikitnya ada empat hal yang harus dilakukan Zidane pada waktu tersebut. Ia harus mengembalikan stabilitas ruang ganti sepeninggal Benitez, mengembalikan jati diri Madrid, memenangkan pertandingan-pertandingan krusial dan membenahi kelemahan-kelemahan skuatnya.
Ternyata, debutnya sebagai pelatih senior langsung mengesankan. Zidane langsung memberikan dua kemenangan besar beruntun ketika mengalahkan Deportivo La Coruna dengan skor 5-0 dan Sporting Gijon yang diakhiri 5-1. Perlahan tapi pasti, Zidane mulai membawa Madrid hanya terpaut satu poin dengan Atletico Madrid yang berada di peringkat kedua. Ketika Benitez dipecat, Madrid tertinggal lima poin dari Atletico.
![]() Foto: Denis Doyle/Getty Images |
"Kami sempat begitu menderita, tapi itu normal. Tanpa penderitaan, mustahil kami mencapai final," ujar Zidane ketika jelang final Liga Champions 2015/2016.
Walaupun kemampuan kepelatihannya masih belum terdeskripsikan secara jelas, Zidane sudah mampu menjawab ekspektasi para pendukung Madrid. Apalagi ia membawa kesebelasannya itu menjadi juara dunia dengan mengalahkan Kashima Antlers di final Piala Dunia Antar Klub di Jepang.
Musim keduanya lebih hebat lagi, ia berhasil meraih gelar juara La Liga yang terakhir kali diraih pada 2012, yang dikawinkan dengan gelar Liga Champions 2016/2017. Atas gelar itu juga Zidane mencatatkan sejarah karena mampu mempertahankan gelar Liga Champions. Dua gelar itu dianggap hebat karena Zidane mampu memaksimalkan skuatnya yang ada.
![]() Foto: Handout/UEFA via Getty Images |
Representasi Mantan Gelandang yang Menjadi Pelatih Hebat
Pria yang mengawali kariernya sepakbola profesionalnya di Cannes itu bukan tipikal pelatih yang lembek. Ia tidak membeda-bedakan perlakuannya kepada pemain bintang maupun bukan. Yang paling jelas adalah setiap pemainnya harus melaksanakan instruksinya, tapi Zidane juga selalu peka terhadap situasi yang terjadi, dan mendengar pendapat orang lain tanpa egosentris dan mau bertukar sudut pandang.
"Dari pengalaman saya, anggaplah kita memiliki 23 pemain, sepertiga dari mereka akan loyal kepada pelatih, sepertiga akan menurut apabila diikuti keinginannya, dan sepertiga akan membuat hidup Anda sulit. Meskipun demikian seorang pelatih harus bisa membuat semua bersatu dalam satu tujuan," ujar Zidane.
Salah satunya yaitu bagaimana Zidane mampu merangkul kembali Gareth Bale yang pro Benitez dan kurang harmonis dengan Cristiano Ronaldo. Zidane mengerti jika Bale merasa kecewa dengan kepergian Benitez karena dianggap sebagai salah satu pelatih penting di dalam hidupnya. "Tapi saya jamin ia [Bale] akan merasakan kasih sayang yang sama dari saya seperti yang diberikan oleh Benitez," ucap Zidane ketika itu.
![]() Foto: Handout/UEFA via Getty Images |
"Dia (Zidane) telah memberikan Real Madrid sayap yang baru, sebuah dorongan. Kami mengidentifikasi kami lebih cocok bersama Zidane; sepakbola ya seperti itu. Zidane dan Benitez, keduanya ingin yang terbaik buat klub. Namun, secara personal saya punya perasaan lebih bersama Zizou, tapi jangan tanyakan kenapa," kata Ronaldo.
Kelemahan kesebelasan berjuluk Los Blancos yang lain pun mulai dibenahi. Salah satunya adalah lini pertahanan yang kerap keropos karena jarak antar lini yang terlalu jauh. Ini menjadi salah satu fokus Zidane di mana ia ingin tim yang lebih seimbang dalam bertahan maupun menyerang. Pelatih kelahiran 23 Juni 1972 itu menginginkan formasi dengan pemain yang lebih rapat.
Zidane agaknya ingin menghidupkan kembali peran seorang gelandang serang seperti yang ia emban kala dulu membela Madrid. Hal ini ditunjang dengan kehadiran Isco ataupun James Rodriguez yang memang berposisi natural sebagai gelandang serang. Sementara itu, Kroos dan Modric adalah pemain yang memiliki akurasi umpan panjang serta kreativitas yang baik. Menempatkan keduanya di lini tengah, menjadi pilihan yang tepat.
![]() |
Tapi jika menghadapi kesebelasan bernaluri menyerang tinggi, Zidane bisa memasang Casemiro sebagai gelandang bertahan yang kuat secara fisik dan bertugas untuk menghentikan pergerakan lawan. Casemiro pun beberapa kali menunjukkan performa yang terbilang baik.
"Saya ingin para pemain bermain dan memainkan bola ke depan dari belakang dan membuat kemungkinan keputusan terbaik sebelum mereka menerima bola. Kalau mereka tidak berhasil mendapatkan bola, saya ingin mereka untuk kembali, dan memperkuat pertahanan," harap Zidane.
Hal lain yang diinginkan Zidane adalah bermain dengan rapat serta garis pertahanan tinggi. Ini akan menjadikan Madrid bermain terus menyerang dan menekan. Meskipun terdengar rumit, tapi segala hal tersebut seolah menjadi prinsip permainan Zidane dalam sepakbola.
"Saya ingin mereka menekan lawan di area mereka, dan jangan biarkan lawan masuk. Saya ingin mereka untuk mencoba dan memenangkan bola setinggi mungkin karena itu akan membuat mereka tidak perlu berlari ekstra 80 meter. Semua hal itu membuat keseimbangan dalam tim. Sejumlah orang akan melihat itu sebagai hal yang berbeda, tapi untuk saya, sepakbola itu sederhana," jelas dia.
Kunci kesuksesan lain Zidane adalah team-talk diakukan pada jeda babak pertama dan kedua. Zidane sendiri memang dikenal sebagai pelatih yang pandai menularkan semangat ke para pemainnya. Buktinya, ketika pertandingan melawan Juventus pada Final Liga Champions 2016/2017 pun Madrid lebih baik pada babak kedua.
"Saya selalu mengatakan kepada para pemain untuk menunjukkan permainan yang cantik dan memenangkan pertandingan," ujar Zidane.
Zidane telah mengembalikan atmosfer positif di Santiago Bernabeu dengan permainan lebih menyerang ketimbang Benitez. Zidane adalah pemimpin di ruang ganti atas kepribadiannya sehingga membuat ikatan pertemanan tersendiri dengan para pemain. Apalagi label legenda membuat dia kian mendapatkan penghormatan dari pemain manapun.
Hal itu membuat tidak banyak pemain yang bertingkah semenjak Madrid dilatih oleh dirinya. Zidane seolah tahu apa yang pemain inginkan dan memberikan dorongan yang baik seperti ketika Madrid dilatih Ancelotti. Zidane jugalah salah satu representasi mantan pemain tengah yang menjadi pelatih hebat. Sebab ia datang ke sepakbola kemudian pulang dengan meninggalkan jejak sebagai fantasista yang akan selalu dikenang.
![]() |