Sporting Lisbon: Infrastruktur Megah dan Akademi Terbaik Dunia

Kebesaran nama Sporting Lisbon sangat dielukan di negara asalnya, Portugal. Bahkan bersama FC Porto dan SL Benfica, Sporting Lisbon menjadi salah satu kesebelasan paling dihormati di Liga Primer Portugal. Tiga kesebelasan tersebut kemudian masuk dalam kategori os tres grandes yang berarti tiga kesebelasan papan atas Portugal.
Sporting, Porto, dan Benfica juga punya jasa dalam inisiasi pembentukan Liga Primer Portugal. Satu hal yang patut digarisbawahi bahwa ketiganya tercatat belum pernah terjerembab ke lubang degradasi.
The Five Violins dan Kejayaan Sporting Lisbon
Sejak didirikan pada 1 Juli 1906, kesebelasan berjuluk Leones itu memang memiliki pencapaian yang cukup mentereng terlebih dalam rentang tahun 1940 hingga 1960-an. Bersama kwintet Fernando Peyroteo, Jose Travassos, Albano Pereira, Jesus Correia, dan Manuel Vasques yang kemudian kemudian dijuluki The Five Violins, Sporting Lisbon pernah mengecap kesuksesan baik di kompetisi domestik hingga Eropa pada masa itu.
Dalam rentang waktu tersebut, Sporting Lisbon berhasil memenangi tujuh gelar Liga Portugal dalam delapan musim di tahun 1947 hingga 1954, termasuk empat gelar yang diraih secara beruntun pada tahun 1950 sampai 1954. Pencapaian tersebut menjadikan Sporting Lisbon sebagai kesebelasan pertama yang meraih gelar berturut-turut terbanyak di Liga Portugal.
Memasuki periode 1960-an kejayaan Sporting Lisbon mulai menjalar ke kompetisi Eropa. Puncaknya adalah saat mereka berhasil menjadi juara di Piala Winners Eropa tahun 1963 setelah mengandaskan MTK Budapest di partai final. Pencapaian tersebut menjadikan mereka sebagai satu-satunya kesebelasan asal Portugal yang memenangkan trofi Piala Winners.
Dari serangkaian pencapaian mentereng yang dibuat Sporting Lisbon dari tahun 1906 hingga 2017 ini, total mereka sudah menoleksi 47 trofi, dengan 46 di antaranya merupakan trofi yang didapat dari kompetisi dan turnamen dalam negeri.
Akan tetapi, jumlah tersebut tak serta merta membuat Sporting Lisbon dianggap sebagai kesebelasan tersukses di Portugal. Sebab, jumlah trofi mereka masih kalah banyak dari Porto (total 74 piala) atau pesaing sekota mereka, Benfica (81).
Klub dengan Fasilitas Stadion yang Megah di Portugal
Meski kuantitas gelar Sporting Lisbon kalah jauh dari dua pesaing utama mereka di kompetisi, namun para partisan Leones masih bisa berbangga hati karena kesebelasan kesayangannya itu dianggap sebagai kesebelasan dengan infrastruktur sepakbola terbaik di Portugal.
Pada tahun 2005, Estadio de Alvalade yang jadi markas mereka mendapatkan label stadion dengan fasilitas bintang lima. Penghargaan tersebut diberikan oleh presiden UEFA saat itu, Lennart Johansson. Meski saat ini banyak stadion megah bertebaran di Portugal, namun Estadio de Alvalade tetap dianggap sebagai stadion dengan fasilitas mumpuni.
![]() |
Berkat fasilitas yang sangat lengkap, markas mereka juga kerap menjadi destinasi wisata olahraga favorit di Eropa. Tak hanya itu, jelang perhelatan Piala Eropa 2004, tim nasional Portugal juga memilih menggunakan fasilitas yang ada di akademi Sporting untuk berlatih dan menyiapkan strategi terbaik di kejuaran antarnegara Eropa itu.
Pamor kesebelasan dengan infrasturktur olahraga terbaik sebenarnya sudah disandang Sporting Lisbon sejak tahun 1907 silam. Saat itu kandang pertama mereka, Estadion Sitio das Mouras, dipandang sebagai stadion dengan sarana olahraga paling komplet di Portugal.
Stadion yang terletak di kawasan Alameda das Linhas Torres itu memiliki lapangan sepakbola yang berkualitas (pada masanya), lintasan atletik, dua lapangan tenis, ruang ganti dengan fasilitas loker dan shower, ruang permainan, serta dapur. Estadion Sitio das Muras digunakan sebagai markas Sporting Lisbon hingga tahun 1917, mereka pindah ke Campo Grande 412.
Setelahnya, mereka terus berpindah-pindah stadion hingga akhirnya menjadikan Estadio Jose Alvalade sebagai home ground. Pada perjalanannya, stadion tersebut juga pernah mengalami perombakan besar pada tahun 2003, karena akan menjadi salah satu venue pertandingan Piala Eropa 2004.
Akademi Tim Nasional Portugal
Prestasi atau bahkan fasilitas megah yang dimiliki nyatanya bukan hal utama yang menjadi kebanggaan Sporting Lisbon. Satu hal krusial yang membuat nama mereka sangat melegenda adalah akademi sepakbola yang konon menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
International Centre for Sports Studies menganggap bahwa akademi Sporting dinilai lebih produktif daripada di Barcelona (La Masia), Real Madrid (La Fabrica) dan Manchester United Academy. Produktivitas akademi Sporting setara dengan akademi Ajax Amsterdam, Partizan Belgrade, dan Dinamo Zagreb, yang lulusannya banyak bermain di kompetisi papan atas Eropa.
Secara konkret, keunggulan produk binaan Leones bisa dilihat dari kesuksesan dua pemain binaan mereka, Cristiano Ronaldo dan Luis Figo yang pernah diganjar penghargaan sebagai pemain terbaik dunia atau penghargaan Ballon d'Or. Satu nama lain, Paulo Futre, hampir menjadi pemain terbaik lainnya. Sayang pada pemilihan tahun 1987 ia kalah dari legenda Belanda, Ruud Gullit.
Selain Ronaldo dan Figo, masih banyak lagi nama tenar lainnya yang juga pernah mengecap pendidikan sepakbola di akademi Leones seperti Pepe, Ricardo Quaresma, Joao Moutinho, Simao Sabrosa, hingga Rui Patricio.
Akademi Sporting Lisbon juga punya sumbangsih yang besar bagi timnas Portugal, sebab banyak sekali jebolan akademi tersebut yang menjadi tulang punggung Seleccao. Delapan nama yang disebutkan di atas bisa menjadi bukti.
Sumbangsih akademi Sporting semakin terlihat nyata di tahun 2016 lalu, ketika Portugal berhasil menjuarai Piala Eropa di Prancis. Dalam laga final yang berlangsung di Stade de France melawan tuan rumah Prancis, 10 dari 14 pemain yang diturunkan pelatih Fernando Santos adalah hasil didikan Sporting.
![]() |
Kurikulum yang Tak Memberatkan dan Pola Scouting yang Terstruktur
Semua akademi sepakbola memiliki kurikulum dan model pelatihan yang berbeda-beda. Sporting Lisbon juga punya model pelatihan yang menurut mereka paling tepat. Salah satunya membuat suasana latihan di akademi sekondusif mungkin. Para petinggi akademi memberikan kebebasan bagi para anak didiknya untuk menciptakan atmosfer yang sesuai dengan keinginan mereka.
Para pelatih dan petinggi akdemi ingin agar para pemain merasa nyaman dengan kebebasan melakukan hal yang mereka suka. Alasan paling logis penerapan metode tersebut, karena mereka menganggap para pemain bukanlah robot yang setiap hari bisa diprogram untuk terus bermain sepakbola.
"Mereka adalah anak muda yang bermain sepakbola. Mereka bukan hanya pesepakbola kecil. Kami tidak ingin mereka menjadi profesional di usia 14 tahun. Kami ingin mereka tetap profesional di usia 20 tahun. Atau saat mereka benar-benar matang dan siap mengemban tugas sebagai pesepakbola profesional," tegas Direktur Akademi Sporting Virgilio Lopes, seperti dikutip dari The New York Times.
Selain itu, akademi Sporting juga menolak penekanan berlebihan pada potensi yang dimiliki para anak didiknya. Pola latihan yang diterapkan semua disesuaikan dengan kemampuan individu. Dari sana tim pelatih bisa melihat potensi dari setiap anak didiknya.
"Itu berlaku di gym, di mana setiap pemain memiliki rencana pengondisian yang disesuaikan, dan di lapangan. Jika seorang pemain mengalami kesulitan untuk lolos, kami akan mengubah latihan yang tentunya kami sesuai dengan kebutuhan mereka," kata Luis Martins, koordinator teknis akademi Sporting.
Kemudian akademi Sporting juga tidak menganut sistem penyeragaman gaya permainan seperti yang dianut La Masia (Barcelona), yang model pembinaannya mengarahkan anak didiknya untuk memahami pola permainan tiki-taka. Martins mengungkapkan bahwa itu bukan hal yang penting untuk diajarkan kepada anak didiknya.
"Bagi kami, pola yang lebih kompleks akan sangat berguna bagi para pemain. Mereka harus bisa bermain dalam skenario yang berbeda karena itulah yang harus dilakukan seorang profesional," tegas Martins.
Satu hal lain yang membuat akademi Sporting berhasil menjadi yang terbaik adalah karena mereka memiliki jaringan yang luas di setiap wilayah. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk membuat pola perekrutan yang terstruktur. Akademi Sporting memiliki database khusus untuk menjaring nama-nama pemain muda berbakat Portugal dari setiap kota.
"Saya berbicara dengan pelatih, wasit, petugas pemadam kebakaran, hingga polisi. Mereka bisa memberikan kami rekomendasi pemain yang baik, setelah kami melihat secara langsung dan kagum dengan potensi mereka, kami membawa mereka ke Lisbon untuk dilatih. Begitulah cara kami untuk mengorganisir para remaja dengan potensi sepakbola yang baik di Portugal."
****
Salah satu organisasi sosial Portugal pada tahun 2010 memberikan sertifikat ISO 9001:2008 atas keunggulan Akademi Sporting dalam membangun sistem pendidikan olahraga yang baik.
Penghargaan tersebut merupakan satu-satunya yang diterima oleh akademi olahraga di Eropa yang diakui secara nasional dan internasional. Satu hal yang wajar, karena sebenarnya akademi Sporting tidak hanya fokus pada pendidikan olahraga.
Lebih daripada itu, mereka juga memperhatikan aspek akademik, etika, sosial, dan lain-lain kepada anak didiknya. Tujuannya jelas, mereka ingin agar produk binaan mereka tidak hanya pintar bermain sepakbola, namun harus unggul pula dari segi intelejensi yang kemudian membuat profesionalitas pemain terjaga dengan baik.
Berkat kepiawaian mereka dalam melakukan pembinaan pemain, akademi Sporting pada setiap tahunnya rutin dijadikan sebagai destinasi studi banding kesebelasan-kesebelasan sepakbola lain yang ingin belajar dan menerapkan pola pembinaan pemain muda yang relevan. Dan tepat pada hari ini, 1 Juli 2017, klub dengan infrastruktur megah dan akademi jempolan itu berulang tahun yang ke-111 sejak didirikan pada 1 Juli 1906 silam.
(krs/krs)