Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Australia dan Asia Tenggara: Antara Ada dan Tiada

    - detikSport
    Getty Images/Kaz Photography Getty Images/Kaz Photography
    Jakarta - Satu dekade sudah berlalu sejak Australia menjadi tuan rumah dan menjuarai OFC Nations Cup, atau Piala Oseania, untuk keempat kalinya pada tahun 2014. Jika kita kembali ke masa tersebut, kita mungkin bisa menerka-nerka bahwa satu dekade berikutnya Australia akan terus merajai Benua Oseania dengan menjadi juara (atau setidaknya runner-up) di dua turnamen selanjutnya.

    Namun, apa yang sebenarnya terjadi sejak 2004 sampai sekarang? Jawabannya akan sangat berbeda. Tahun 2014 ini Australia masih mempersiapkan diri mereka untuk menjadi tuan rumah... AFC Cup 2015. Ya, benar: Piala Asia!

    Pergeseran geografis sepakbola negara Australia yang mencengangkan ini memang tidak serta-merta terjadi begitu saja. Tetapi untuk jangka 10 tahun, dari tuan rumah Piala Oseania menjadi tuan rumah Piala Asia tentunya adalah sebuah lompatan yang sangat besar.

    Australia memang tidak kemana-mana. Negara mereka masih merupakan bagian dari Benua Australia, sebuah benua yang dinamai dari negara terbesar yang berada di dalamnya. Cukup adil.

    Pertentangan Australia untuk Menjadi Bagian dari Asia

    Akan terlalu mudah melihat bias yang pasti dari politisi, pejabat pemerintah, dan berbagai orang di jabatan publik yang menonjol (terutama di sektor bisnis) di Australia untuk menyebut mereka adalah bagian dari Asia.

    Untuk alasan pribadi mereka sendiri (motif ideologi, promosi diri, atau untuk mengejar keuntungan) banyak orang telah bersikeras mengatakan bahwa "Australia adalah masa depan Asia". Ini tentu bertentangan dengan realitas geografis.

    Sementara beberapa kasus sebelumnya dapat ditelusuri, pembicaraan luas Australia menjadi "bagian dari Asia" benar-benar dimulai dengan sungguh-sungguh sejak pemerintah Buruh pimpinan Bob Hawke yang pertama kali terpilih pada tahun 1983.

    Ketika buruh berkuasa di Australia pada awal tahun 1980, kebijakan "look north" diadopsi, mengidentifikasi Asia sebagai ruang mesin pertumbuhan dunia dan menempatkan pasar Asia di jantung strategi Australia untuk menginternasionalkan ekonomi dan pandangan dunia.

    Begitulah politik berbicara mengenai hubungan Australia dengan Asia. tetapi kadang politik tidak se-njelimet sepakbola.

    Secara geografis menyebut nama "Benua Australia" mungkin masih bisa diterima, tetapi tidak secara sepakbola. "Benua Oseania", begitu mungkin yang Selandia Baru, Tahiti, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon, dan Fiji lebih sukai untuk disebutkan sekarang ini.

    Ketika Frank Lowy, kepala Football Federation Australia (FFA), menandai masuknya Australia ke Asia, sejarah pun berubah. Pada 1 Januari 2006, bendera Australia akhirnya bisa tertancap tegas di markas AFC di Kuala Lumpur, Malaysia. Australia akhirnya berada di ambang era baru.

    "Ini adalah langkah yang masuk akal dari sudut pandang Oseania maupun Asia. Kita (Asia) juga jadi memiliki negara baru yang kuat," kata presiden AFC saat itu, Mohamed bin Hammam.



    Keuntungan Australia Bergabung dengan Asia

    Australia resmi menjadi anggota ke-46 AFC dan pada saat yang sama akan memberikan Australia kesempatan yang jauh lebih realistis untuk mencapai putaran final Piala Dunia di masa depan. Mereka memang biasanya memenangkan zona kompetisi kualifikasi Oseania dengan mudah, dan kemudian goyah dalam pertandingan playoff dua leg melawan wakil Amerika Selatan atau Asia.

    Saat itu, FFA memang berharap bahwa langkah tersebut akan memberikan kesempatan yang lebih adil bagi Australia untuk lolos ke Piala Dunia dan memungkinkan klub A-League (Liga Australia) untuk bersaing di Liga Champions Asia. Dengan demikian, dua hal di atas diharapkan juga akan meningkatkan standar sepakbola Australia di tingkat internasional dan tingkat klub.

    Anthony Bubalo, seorang peneliti dari Lowy Institute, menyebutkan bahwa keikutsertaan Australia di Asia akan mengawali sesuatu yang menakjubkan.
    Sejak 2006, berarti tim nasional dan klub-klub Australia telah berpartisipasi dalam pertandingan kandang dan tandang dalam jumlah yang sangat besar menghadapi setengah populasi dunia (merujuk kepada Benua Asia).

    "Mereka juga akan menghadapi tiga dari lima negara dengan ekonomi terbaik: Jepang, Cina, dan India," ujar Bubalo. "Potensi komersial dari hubungan melalui olahraga sepakbola ini adalah sangat jelas. Sponsor dari tim-tim Australia akan mendapatkan keuntungan melalui brand awareness," tutupnya.

    Kepala asosiasi pemain profesional Australia (PFA), Craig Foster, juga menyatakan bahwa keikutsertaan tim-tim A-League di Liga Champions Asia akan "mendatangkan investor asing dan juga domestik yang baru untuk klub-klub Australia".

    Hal ini secara otomatis akan meningkatkan gaji pemain dan juga tingkat keatraktifan Liga Australia terhadap potensi pemain yang datang dari Asia dan juga Eropa. Selain itu, Foster juga memprediksi naiknya nilai sponsor dan pendapatan dari televisi, dan itu terbukti.



    Sudah jelas bahwa langkah FFA untuk pindah ke Asia menjadi keputusan yang pragmatis daripada terus-menerus hanyut di dalam pertentangan ideologis: pendapatan bertambah, media exposure, profil yang lebih baik, dan status yang lebih kuat di mata sepakbola dunia.

    Pertanyaan selanjutnya bagi Australia adalah: Jika dalam peta sepakbola mereka masuk ke dalam Benua Asia, maka di Asia bagian manakah Australia? Australia adalah Bagian dari Asia (Tenggara)

    Kongres Luar Biasa Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) di Dili, Timor Leste, akhirnya memutuskan untuk menerima Australia menjadi anggota AFF pada 26 Agustus 2013.

    Australia diterima secara langsung oleh 11 negara peserta. Sejumlah 11 negara tersebut yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Brunei Darussalam, Kamboja, Filipina, dan Timor Leste.

    Diterimanya Australia menjadi anggota AFF tentunya adalah sebuah keputusan yang logis karena mereka bertetangga yang paling dekat dengan ASEAN. Tentu AFF harus menerima Australia untuk bergabung. Tidak mungkin Australia bergabung dengan Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tengah, ataupun wilayah Asia lainnya.

    Berada di peringkat ke-94 dalam ranking FIFA, Australia akan menjadi negara terkuat (di atas kertas) di Asia Tenggara ini.
    Jadi, apakah ini merupakan kabar baik atau kabar buruk bagi negara-negara AFF?

    "Kesempatan ini akan dimanfaatkan untuk memajukan sepakbola Asia Tenggara dan juga Indonesia. Tentu ada positif dan negatifnya. Terjadi persaingan yang tambah berat. Pada Kongres AFF ini juga membahas program-program dan kegiatan AFF," ujar Djohar Arifin Husin, ketua PSSI, sambil setengah berdalih.

    Bergabungnya Australia ke AFF membuat Negeri Kangguru itu akan ambil bagian di setiap turnamen di tingkat Asia Tenggara, di level junior maupun senior.

    Saat ini Australia memang tidak mengikuti Piala AFF Senior, tetapi mereka sudah mengikuti Piala AFF U-16, U-19, Kejuaraan Wanita Piala AFF, dan juga Turnamen Futsal AFF. Rencananya mereka akan mengikuti Piala AFF 2016 di Maynmar dan Filipina.

    Apakah Ini Adil untuk Asia Tenggara?

    Jadi, bisa dibilang Piala AFF 2014 ini akan menjadi turnamen terakhir bagi negara-negara yang "pure blood" Asia Tenggara sebelum mereka akan diganggugugat oleh pendatang baru dari pulau besar di selatan.

    Apakah ini adil? Data di atas kertas dan juga sejarah menunjukkan bahwa Australia akan mendominasi, apalagi lawan yang mereka hadapi hanya peringkat ratusan di ranking FIFA. Bagi Australia, mungkin Piala AFF akan sama saja dengan Piala OFC. Bedanya mungkin di Piala OFC mereka punya musuh bebuyutan bernama Selandia baru yang sudah menjadikan turnamen Osenia ini sebagai turnamen "pacuan dua kuda".

    Meskipun sempat timbul wacana bahwa Australia akan menurunkan skuat "lemah" mereka di Piala AFF, ini tidak akan menegaskan bahwa kita (negara-negara ASEAN) bisa bersantai. Lagipula siapa yang berhak melarang Australia jika mereka ingin memakai pemain terbaik mereka yang juga banyak bermain di liga-liga Eropa?



    Meskipun demikian, pertanyaan seperti "Apakah jika Australia menurunkan pemain terbaik mereka, mereka akan otomatis merajai Asia Tenggara?" harus tetap timbul dalam pikiran kita semua.

    Patut kita akui bahwa keikutsertaan Australia di Asia Tenggara memang akan menyulitkan negara-negara Asia Tenggara sendiri, tetapi secara perlahan tentunya juga akan meningkatkan permainan sepakbola ASEAN. Lagipula, kan, tidak ada pelaut handal yang lahir di laut yang tenang.

    Begitupun Cristiano Ronaldo menjadi pemain terbaik dunia karena ia selalu berlatih dengan pemain-pemain level dunia, bukan pemain-pemain liga amatir di negara berkembang.

    Namun satu hal yang jelas, kealfaan Australia di ajang Piala AFF sejak mereka bergabung dengan AFC pada tahun 2006 menunjukkan bahwa Australia "antara ada dan tiada" terutama bagi Asia Tenggara sendiri, tetangga terdekat mereka.

    Bukan di Piala AFF 2014 kali ini memang, tetapi Piala AFF 2016 dua tahun lagi akan menandakan eksistensi yang nyata dari 'Negeri Kanguru' ini. Bersiaplah semuanya.

    ====

    *penulis biasa menulis di situs @panditfootball dan About The Game. Beredar di dunia maya dengan akun @DexGlenniza.

    *foto-foto: Getty Images

    (roz/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game