Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Membangun Milan dengan Kecerdasan Bisnis Mr. Bee

    Randy Aprialdi S. - detikSport
    Jakarta -

    Sebagai pekerja, warga Thailand terkenal dengan produktivitasnya yang tinggi dan pola kerja yang unik. Ketimbang harus bangun pagi hari, mereka lebih suka bekerja dari siang hingga larut malam. Kerja keras mereka pun diiringi ketenangan walau terkenal agak cerewet.

    Pola kerja dan watak seperti ini sedikit-banyak tercermin pada kinerja Bee Taechaubol. Sebagai pengusaha Asia, Mr Bee tergolong sabar. Buktinya, ia tetap gigih memperjuangkan kepemilikan saham AC Milan walaupun harus menempuh sejumlah negoisasi alot dan bersaing dengan konsorium asal Cina, Xi Jinping, sejak 2015.

    "Bagi saya, Milan adalah satu-satunya pilihan. Saya tidak akan membeli klub lain, hanya Milan," tegas Bee dilansir Sky Italia.

    Awalnya Silvio Berlusconi begitu enggan melepas sahamnya biarpun mendapat kritikan dari para penggemar Milan. Mantan Perdana Menteri Italia itu menilai kalau Bee tak berbeda dengan calon pembeli lainnya, yang tak punya niatan serius membangun Milan. Selain itu, Bee juga dianggap sebagai pengusaha asing yang hanya mencari popularitas.

    Pada akhirnya, Berlusconi sepakat untuk melepas 48% saham Rossoneri kepada Mr Bee seharga 485 juta euro. Secara struktural, Berlusconi tetap menjadi presiden kehormatan Milan. Tanggal 2 Agustus lalu, perusahaan milik Berlsuconi, Fininvest, mengumumkan bahwa keduanya telah sepakat untuk menyelesaikan segala urusan akuisisi pada 30 September mendatang.

    Kesepakatan tersebut membikin pergerakan Milan di bursa transfer lebih dinamis. Di bursa transfer musim panas kali ini, Milan lebih berani mengucurkan dana demi mendatangkan pemain-pemain, termasuk pelatih dan beberapa staf yang memang dibutuhkan untuk mengembalikan kejayaan Milan yang memang sedang dilanda keterpurukan.

    Di awal Agustus Rossoneri setidaknya menghabiskan 60 juta euro untuk berbelanja pemain seperti Andrea Bertolacci, Carlos Bacca, Jose Mauri maupun Luiz Adriano. Terakhir, 11 Agustus lalu, mereka berhasil mendatangkan Alessio Romagnoli dari AS Roma dengan harga yang lumayan mencengangkan. Romagnoli didatangkan seharga 25 juta euro dan diikat kontrak selama lima tahun.

    Mr. Bee Sebagai Milanista dan Penikmat Serie-A

    Bee memang bukan satu-satunya pengusaha Asia yang menancapkan kukunya di ranah industri sepakbola Italia. Namun demikian, Bee tetap mengukir sejarah. Ia berhasil mengoyak tradisi kepemilikan kesebelasan di Italia terutama AC Milan seutuhnya kepunyaan Berlusconi sejak era 1980-an.

    Sejak remaja, kira-kira di awal tahun 1990-an, Bee sudah akrab dengan Serie A. Sebagai penggila sepakbola, Bee juga mengklaim diri sebagai seorang Milanista. Tampaknya, faktor fanatisme ini jugalah yang pada akhirnya meyakinkan Berlusconi kalau kedatangan Bee di Milan tak melulu tentang bisnis dan keuntungan. Di atas segala hitung-hitungan bisnis, Bee juga memiliki kepedulian untuk membangun Milan.

    Sebagai orang yang mengikuti perkembangan Serie A sejak remaja, Mr. Bee pasti fasih jika harus berbicara tentang kejayaan Milan di era 1980-1990an. Di era tersebut, Milan tampil sebagai klub yang tak segan membeli pemain bintang untuk mendongkrak prestasi dan pencapaian.

    Milan, kala itu, tak hanya tampil sebagai klub yang penuh gaya; namun juga bergelimang prestasi. Makanya, pembicaraan tentang kejayaan silam Serie A juga identik dengan pembicaraan tentang keberhasilan Milan dalam membangun reputasi global.

    Sebagai pengusaha dan salah satu pemegang saham, Bee tak hanya berperan sebagai penyuntik dana segar. Klausul kesepakatan antara Bee dan Berlusconi juga menyoal upaya komersialisasi AC Milan di negara-negara Asia. Lewat perjanjian investasi ini, Berlusconi juga ingin memanfaatkan nama besar dan jaringan bisnis yang sudah dimiliki oleh Bee untuk menyehatkan keuangan Milan. Apalagi, Milan juga merupakan kesebelasan dengan nama besar dan popularitas tinggi di negara-negara Asia.

    Tapi Bee bukan Vincent Tan yang bisa seenaknya mengubah warna serta logo kesebelasan Cardiff City atas nama filosofi China. Ia juga bukan Assem Allam yang boleh menyulap Hull City menjadi Hull Tiger dengan alasan bisnis, yang pada akhirnya justru memperburuk hubungan fans dan klub. Yang harus dilakukan Bee sebagai pemegang saham memang membentuk Milan sebagai klub dengan kekokohan finansial, namun sebagai Milanista, yang harus dilakukan Bee adalah menjaga tradisi Milan agar tak habis dilumat industrialisasi.

    Memanfaatkan Jejaring GLS bagi Akademi Milan

    Walau sebelumnya Bee tidak pernah menjadi pemilik sebuah kesebelasan, bukan berarti ia benar-benar asing dengan sepakbola. Bee adalah penggagas dan penggerak utama Global Legend Series (GLS), semacam kompetisi mini yang menggelar empat pertandingan yang diikuti oleh pesepakbola-pesepakbola legendaris dari seluruh dunia.

    Jaringan bisnis yang didapat Bee lewat GLS pada dasarnya juga dapat dimanfaatkan untuk pembentukan akadami sepakbola di seluruh dunia. Lewat programnya ini, Bee turut berkontribusi dalam program pembinaan dan pengembangan pemain muda. Ia bahkan berencana untuk membangun akademi GLS di Suriname dan Abu Dhabi dalam waktu dekat.



    Komitmen dan kegigihan Bee untuk berkontribusi pada pengembangan talenta muda juga bisa mendatangkan keuntungan buat Milan. Mr Bee pun menginginkan adanya pembinaan pemain muda di kubu Milan. Pasalnya mereka juga tidak bisa terlalu boros belanja pemain karena adanya aturan financial fairplay dari UEFA.

    Apalagi, beberapa musim lalu Milan banyak membuat kesalahan besar dengan melepas talenta-talenta muda ke klub lain, seperti Bryan Cristante yang dilepas ke Benfica dan Riccardo Saponara yang sekarang bermain bersama Empoli. Alih-alih mewujudkan “youth project” yang kerap digembar-gemborkan, Milan justru “membiarkan” pemain-pemain mudanya bersinar di klub lain.

    Manuver Bisnis Bee

    Sejak remaja, Bee tak hanya akrab dengan sepakbola, ia juga akrab dengan dunia bisnis. Bee memang lahir di Thailand pada 12 September 1975, namun setahun kemudian, ia dan keluarganya pindah ke Australia demi merintis usaha kuliner.

    Menginjak umur 17 tahun, Bee mulai memberanikan diri untuk menjalankan bisnisnya sendiri. Ia mencoba peruntungan dengan merintis usaha properti daring yang ternyata, membesarkan namanya sampai sekarang.

    Sebagai pengusaha muda, Bee tak puas jika hanya berhasil di satu bidang usaha. Pada akhirnya, ia berekspansi ke banyak bidang. Mulai dari konstruksi, broker saham, iklan, televisi berbayar, sampai pendistribusian film.

    Di bidang konstruksi, ia pernah mengakuisisi perusahaan yang sedang di ambang kebangkrutan dan belakangan, membuatnya menjadi sangat sukses. Tangan dingin dan naluri bisnis Bee yang terasah sejak muda menjadikan K-Tech Group sebagai salah satu perusahaan konstruksi yang memenangkan banyak proyek besar di Thailand.

    Kecerdasan Bee dalam berbisnis seharusnya bisa dimanfaatkan Milan untuk memulihkan kondisi finansialnya. Melibatkan Bee dalam aktivitas bisnis Rossoneri seharusnya tak hanya menyoal bagaimana caranya mendapatkan suntikan dana, tetapi juga tentang memaksimalkan penggunaannya.

    Dilansir Bloomberg, Mr. Bee menyertakan saham sebesar 5% pada perusahaan properti yang dijalankannya, Landmark Development Group Co. Ltd. Sementara menurut Forbes, pada tahun 2013, total kekayaan Bee mencapai angka 261 juta dolar, dengan profit 100 juta dolar. Kalau diperhatikan, total kekayaan Mr Bee tak mencapai angka yang disepakatinya untuk membeli 48% saham Milan. Lantas yang menjadi pertanyaan, bagaimana Mr. Bee mendapatkan uang tersebut?

    "Saya memang tidak memiliki (uang) sebanyak itu, tapi saya bisa mencarikannya." Mr. Bee, dalam sebuah wawancara dengan Wordfolio setelah menyuntikkan modal kepada sektor usaha kecil menengah, dua tahun lalu di Thailand.

    Spekulasi tentang siapa-siapa yang ada di belakang Mr. Bee bergerak liar. Doyen Sports, perusahaan pemilik hak ekonomi banyak pemain dunia disebut menjadi salah satu mitra Mr. Bee, belakangan juga ambil bagian dalam menggiring pemain-pemain terkenal yang dimilikinya ke San Siro.

    Milanisti yang merindukan kejayaan masa silam dan jengah dengan janji-janji yang berujung omong kosong di era Berlusconi beberapa musim terakhir, tentunya merasa disenangkan dengan kemunculan sosok pria Thailand yang tadinya begitu asing di telinga mereka. Kehadiran Mr. Bee yang pada awalnya ditentang dan dicurigai sebagai cikal-bakal rusaknya tradisi kepemilikan Milan, kini berganti dengan euforia menyambut musim baru dengan persiapan yang jauh lebih mentereng.

    Lepas dari segala hal menjanjikan yang berhasil dibuatnya di awal musim, menjual klub, melepaskan sebagian kepemilikannya; tidak semudah menjual rumah atau mesin-mesin produksi. Mr. Bee memang datang di saat Milan babak-belur dihajar krisis. Namun, di mata Berlusconi, seburuk apapun kondisi saat ini, Milan tetap saja menjadi hasil karyanya yang paling agung. Dan bertolak dari hal ini, Mr. Bee harus benar-benar paham, bahwa menjadi pemilik baru Milan bukan pekerjaan yang mudah.

    ====

    * Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: @randyntenk

    (roz/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game