Liga Inggris: Chelsea 3-1 Arsenal
Mentalitas yang Membedakan Chelsea dari Arsenal
Foto: Reuters/Hannah McKay
Hal tersebut terjadi setelah Chelsea berhasil mengalahkan Arsenal di Stamford Bridge dengan skor 3-1 semalam, pada lanjutan pertandingan Liga Primer Inggris. Gol di awal laga dari Marcos Alonso, dilanjutkan oleh gol solo run indah Eden Hazard, dan gol sang mantan Arsenal (Cesc Fabregas) yang memanfaatkan kesalahan sang mantan Chelsea (Petr Cech), membuat The Blues semakin melayang di atas puncak. Sudah di puncak, melayang pula.
Sementara satu gol dari Olivier Giroud, sepakan terakhir di laga tersebut, tidak berarti apa-apa kecuali bagi para manajer tim Fantasy Premier League. "Meriam" Arsenal benar-benar dibuat tidak berdaya semalam oleh "Singa" Chelsea.
![]() Gambar 1 β Susunan pemain Chelsea dan Arsenal semalam |
Sebelum pertandingan ini dimulai, saya sempat menyoroti jika Arsenal akan kerepotan karena faktor utama yaitu badai cedera yang mereka alami. Namun kenyataannya semalam, susunan dan posisi pemain mereka tidak jauh berbeda ketika mereka berhasil mengalahkan The Blues 3-0 pada September di Stadion Emirates.
Hal yang berbeda dari susunan pemain Arsenal hanya Alex Oxlade-Chamberlain yang menggantikan Santiago Cazorla sebagai gelandang tengah, mendampingi Francis Coquelin. Sisanya, sama.
Tapi jangan salah, ternyata Oxlade-Chamberlain mampu bermain baik semalam di posisi gelandang tengah (mungkin ia satu-satunya pemain Arsenal yang bermain baik semalam), meskipun tidak cukup baik untuk membuat Arsenal bisa meladeni Chelsea.
Dari sini kita bisa mendapatkan pelajaran bahwa perubahan adalah hal yang penting. Chelsea yang semalam adalah Chelsea yang berbeda daripada Chelsea yang The Gunners kalahkan di awal musim ini. Dengan formasi tiga bek, Antonio Conte mampu menurunkan susunan pemain terbaiknya. Sementara itu Arsene Wenger hanya bisa menonton dari tribun penonton.
Kekuatan mental yang ditunjukkan Chelsea sedari gol pertama
Mempertemukan Conte dengan Wenger bisa jadi membuat kita berharap pertandingan akan berlangsung dengan penuh otak-atik taktik. Jika pertandingan seperti itu yang Anda inginkan, Anda memang bisa menemukannya di pertandingan Arsenal melawan Chelsea, tapi pertandingan yang pertama (25/09/2016).
(Baca juga: Ketidaksempurnaan Chelsea di 20 Menit Pertama yang Dimanfaatkan Arsenal)
Berseberangan dengan itu, pertandingan kedua kesebelasan semalam lebih menekankan mentalitas daripada taktik.
Kita bisa mengawalinya dengan sebuah kutipan dari seorang bek tengah yang dibobol tiga kali dan dilewati sampai dua kali pada gol solo run Hazard, Laurent Koscielny. "Setelahnya [gol pertama], kami mendapatkan beberapa kesempatan untuk mencetak gol, tapi kami tidak [bisa memanfaatkannya] β itulah yang membedakan kami (Arsenal) dengan mereka (Chelsea)," kata bek asal Prancis tersebut.
Benar sekali, Kosc, kesebelasan Anda kurang garang semalam. Pada kenyataannya, Chelsea sangat garang ketika menyerang, mereka berhasil mencetak dua gol dari tiga tembakan on target pertama mereka. Mereka begitu disiplin dalam menyerang balik. N'Golo Kante dan Hazard menjadi dua pemain pembeda semalam.
Kedua manajer menyatakan hal yang sama pada koferensi pers pra-pertandingan, yaitu menekankan pentingnya kekuatan mental, kemauan untuk memenangkan setiap perebutan bola, dan menunjukkan gairah yang lebih besar daripada lawannya.
Wacana tersebut berhasil direalisasikan oleh Conte. Kita (utamanya para pendukung Arsenal) mungkin akan protes akan terjadinya pelanggaran pada gol pertama Chelsea. Pada menit ke-13 tersebut, Pedro mengirimkan umpan silang, Diego Costa menyundul bola tersebut, bola membentur mistar gawang dan melayang ke udara, menciptakan bola muntahan yang siap dilahap di depan gawang.
Hector Bellerin sudah siap untuk menyapu bola, tapi tiba-tiba Alonso datang melompat dari belakang untuk mengagetkan Bellerin, dan Alonso berhasil menyundul bola tersebut masuk. Kita bisa melihat Alonso menyikut (dengan tidak sengaja tentunya) Bellerin sampai cedera.
Di luar cederanya Bellerin karena hal itu, kita sesungguhnya bisa melihat pada kejadian itu siapa yang berhasil merealisasikan wacana konpers pra-pertandingannya: Chelsea lebih kuat, Chelsea lebih terlihat mau memenangkan setiap duel, dan chelsea menunjukkan gairah ingin menang yang lebih besar.
Mental, pada akhirnya, memang memenangkan pertandingan ini. Sementara penguasaan bola Arsenal yang mencapai 58% tidak ada artinya.
Arsenal yang kurang fokus
Gol pertama tersebut mungkin sedikit mengagetkan. Kita mungkin bisa memaklumi The Gunners. Bahkan sebenarnya Arsenal mampu menciptakan 9 tembakan (5 on target) sepanjang 90 menit. Tapi pemakluman tersebut seolah gugur total pada gol kedua dan ketiga.
Pada kedua gol tersebut, Arsenal menunjukkan bahwa mereka kurang fokus dan melakukan kesalahan-kesalahan elementer secara individual. Gol solo run Hazard pada menit ke-53 mengakhiri pertandingan secara dini, di mana ia mendapatkan bola dari tengah lapangan dan bisa-bisanya mengerjai pertahanan Arsenal (tercatat ada Koscielny, Coquelin, dan Gabriel yang berhasil dikerjai oleh Hazard) dengan menggiring bola sampai ke depan gawang untuk kemudian menceploskan bola ke gawang Cech.
![]() Gambar 2 β Grafis permainan Eden Hazard semalam β sumber: FourFourTwo Stats Zone |
Pada pertandingan semalam, Hazard berhasil mencatatkan 100% dribel sukses (10 dribel β terbanyak semalam), dua peluang, dua intersep, dua tembakan, dan menyelesaikan 81% operannya.
Gol ketiga kemudian terjadi karena Cech yang salah mengoper. Ia malah mengoper kepada Fabregas, yang tanpa ragu melambungkan bola ke dalam gawang yang kosong.
Jadi, satu gol mencerminkan mental yang lemah, sementara dua gol sisanya mencerminkan Arsenal yang kurang fokus. Di sisi lain, Chelsea menunjukkan kekuatan mental, permainan yang to the point, dan kegarangan di depan gawang.
Pembeda lainnya di lini tengah
Selain mental, tentu ada faktor pembeda lainnya semalam. Dalam menghadapi dan meladeni sistem tiga bek Chelsea, sebenarnya kita sudah mendapatkan contekan dari Tottenham Hotspur dan Liverpool, yaitu dengan menekan The Blues, terutama dua gelandang mereka: Kante dan Nemanja Matic.
Arsenal melakukannya semalam, tapi hanya pada awal laga saja. Ketika mereka tertinggal satu gol, fokus mereka untuk menekan lini tengah Chelsea menjadi buyar.
![]() Gambar 3 β Grafis peta permainan (heat map) Chelsea dan Arsenal β sumber: Squawka |
Secara umum, Chelsea bermain seperti (jika saya menganalogikan) kita bermain FIFA atau Pro Evolution Soccer, yaitu melalui kecepatan sayap, selalu berlari (menekan tombol R1), dan to the point.
Pada grafis permainan heat map di atas, Chelsea lebih banyak melibatkan bola lewat sayap. Sementara Arsenal berkutat di belakang dan lini tengah. Chelsea bisa melakukannya karena kedua gelandang mereka, Kante dan Matic, dibiarkan leluasa mengalirkan bola.
Dibandingkan dengan kedua gelandang Arsenal, Oxlade-Chamberlain dan Coquelin, kedua gelandang Chelsea bisa bermain sampai melebar, seolah tidak "gembok" yang mengunci pergerakan mereka. Berseberangan dengan itu, kedua gelandang Arsenal terkunci pergerakannya (bukan operannya) meskipun bisa menguasai bola lebih sering.
![]() Gambar 4 β Grafis operan Kante dan Matic (kiri) dibandingkan dengan Oxlade-Chamberlain dan Coquelin (kanan) β sumber: Squawka |
Dari sini kita bisa melihat perbedaan kelas yang jauh antara dua gelandang Chelsea (terutama Kante) dengan Arsenal. Jika saja Wenger mau belajar dari Spurs atau Liverpool, ia pasti akan lebih menitikberatkan tekanan kepada lini tengah Chelsea ini.
Kesimpulan
Kali ini, statistik tidak terlalu mencerminkan hasil pertandingan antara Chelsea dan Arsenal. Arsenal menguasai permainan dengan 58,5% penguasaan bola, 26 tekel sukses (Chelsea 19), dan 84% operan sukses (Chelsea 80%).
Chelsea bahkan tercatat kehilangan bola lebih banyak, yaitu 22 kali (Costa terbanyak dengan 7), dibandingkan 12 saja dari Arsenal (Alexis Sanchez terbanyak dengan 4).
Namun, pertandingan semalam, yang dicerminkan dari skor akhir, juga menunjukkan perbedaan mentalitas antara kedua kesebelasan asal London tersebut. Di saat Chelsea mampu bermain lebih langsung dan garang, Arsenal kesulitan menciptakan peluang dan pada akhirnya, lagi-lagi, hanya mengandalkan umpan silang.
Sebanyak 33 umpan silang dilepaskan oleh Arsenal, dengan hanya 6 saja yang sukses. Gol Giroud memang hadir dari sini, meskipun sudah terlambat. Namun Chelsea yang berhasil mencatatkan 60% duel udara mampu meredam cara mainstream tersebut.
Ini lah kenapa perebutan gelar juara sepertinya sudah hampir berakhir meskipun Liga Primer masih menyisakan 14 pertandingan lagi; sementara Arsenal mengais takdir tahunan mereka: memperebutkan posisi empat besar.
(mfi/mfi)












