Wawancara Lengkap Shin Tae-yong dengan detikSport: Dulu, Kini, Nanti

Muhammad Robbani - detikSepakbola
Rabu, 29 Jun 2022 07:00 WIB
Jakarta -

detikSport berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia. Ada sejumlah hal yang terkuak, termasuk kisah masa lalu yang STY pun baru sekarang tahu.

Cerita bertahun-tahun lalu itu, yang baru kini bikin Shin Tae-yong ngeh, adalah ketika ia satu lapangan berhadapan dengan Bima Sakti. Seperti diketahui, Bima Sakti kini menjadi koleganya.

Seperti Bima Sakti yang mantan pemain kondang di Indonesia, dan pada masanya menjadi salah satu pilar Skuad Garuda, Shin Tae-yong pun punya karier mentereng semasa masih aktif bermain.

Simak langsung wawancara detikSport dengan Shin Tae-yong berikut ini:

detikSport (d): Anda pernah dua kali menghadapi Indonesia di level timnas. Anda pernah mencetak 2 gol ke gawang Indonesia pada 1991 sebelum Olimpiade? Lalu jumpa Timnas Indonesia di Piala Asia 1996. Masih ingat?

Shin Tae-yong (STY): Saya sangat ingat, memang kami tim Olimpiade main di Masan Stadium, Korea, menghadapi Timnas Indonesia. Saat itu uji coba pertama buat Korea, saat itu kami menggunakan 3 bek untuk pertama kalinya. Kebetulan saya main sebagai bek sayap dan mencetak dua gol, saya masih ingat betul.

d: Di Piala Asia 1996 anda menghadapi Indonesia yang diperkuat Bima Sakti. Apakah anda dan Bima Sakti pernah berbincang untuk mengenang momen itu setelah kini sama-sama di tim pelatih Timnas Indonesia?

Shin Tae-yong dan Bima Sakti. (tangkapan layar video dokumentasi Xports Sports Channel)

STY: Coach Bima tak pernah bicara soal ini. Saya ingat melawan Timnas Indonesia tapi tak ingat pemain (Timnas Indonesia) siapa saja yang bermain.

d: Jadi baru tahu hari ini (pernah berhadapan dengan Bima Sakti)?

STY: Ya baru tahu hari ini

d: Di level klub Anda juga pernah menghadapi Pelita Jaya, Persib, dan Persik. Bahkan Anda ikut mencetak gol ke gawang Persib di Stadion Siliwangi pada 1995 dan kembali mencetak gol saat Seongnam mengalahkan Persik 15-0 (rekor Liga Champions Asia) pada 2003. Bisa diceritakan?

STY: Saya ingat ikut mencetak gol ke gawang Persik, saat itu Seongnam mencetak banyak gol (15 gol ke gawang Persik). Saat itu sepakbola Indonesia memang masih di bawah, sekarang sudah banyak perubahan. Itu masa lalu dan menjadi kenangan saja buat saya.

d: Bulan Mei lalu Anda memimpin latihan Timnas Indonesia di Stadion Sidolig, Bandung. Saat di perjalanan di Bandung, apakah Anda teringat memori bermain di Bandung? Apalagi Stadion Sidolik dekat dengan Stadion Siliwangi, tempat anda bermain melawan Persib pada 1995?

STY: Sama sekali tidak ingat. Yang saya ingat hanya perjalanan tim kami dari Jakarta ke Bandung, itu sangat macet sekali.

d: Anda beberapa kali mendapat penghargaan pemain muda K-League terbaik hingga pemain terbaik K League. Pernah juga menjadi pemain paling banyak assist di K-League. Tapi kenapa jarang dipanggil ke Timnas Korea?

STY: Selama di K-League saya memang punya rekor yang bagus, tetapi jarang dipanggil Timnas Korea karena saya kurang percaya diri. Saat itu Korea lebih banyak mengandalkan pemain senior, jadi saya tidak percaya diri. Pada akhirnya saya cuma mencatat 30 caps bersama Timnas Korea. Mungkin kalau punya kesempatan terlahir kembali, saya mau main dengan percaya diri di Timnas Korea.

Pose pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong di sela wawancara dengan detikSport. Foto: Andhika Prasetia/detikcom

d: Anda bisa mendapat status One-club Man di Seongnam, tapi gagal karena pindah ke Queesland Roar pada 2005, kenapa?

STY: Memang saya bisa menjadi One-club Man di Seongnam karena 13 tahun main di sana. Tetapi dari pihak klub mengatakan gaji saya terlalu tinggi. Sehingga akhirnya saya tinggalkan dan kemudian memilih Australia karena ada dua anak yang masih kecil, sekalian ingin memberikan pendidikan yang terbaik (di Australia). Jadi pindah ke Australia.

Shin Tae-yong lantas bicara mengenai Liga Korea yang konsisten memproduksi para pemain jempolan, untuk kemudian jadi andalan timnas Negeri Ginseng yang terus unjuk gigi sebagai kekuatan Asia di pentas Piala Dunia.

Situasi itu tentu butuh proses, tapi cukup layak ditiru Indonesia guna menciptakan kultur kesuksesan serupa. Simak di halaman selanjutnya!




(krs/mrp)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork