"Tidak tertekan sama sekali. Sesederhana itu jawabannya. Mungkin kalau merasa beda ya rasanya juga beda," Tisha menjawab dengan mantap dalam wawancara bersama detikSport di kantor PSSI, Kuningan, pekan lalu.
Tisha bukan sosok baru di persepakbolaan Indonesia. Ia merupakan pendiri LabBola dan sempat menjabat sebagai Direktur Kompetisi PT Gelora Trisula Semesta, operator kompetisi Indonesia Soccer Championship 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai akhirnya Tisha terpilih menjadi Sekjen PSSI awal, menggantikan Ade Wellington yang mengundurkan diri. Mengikuti proses seleksi sejak Mei, perempuan asal Banten itu terpilih dengan predikat sangat layak.
"Dulu pengalaman waktu student exchange ke Jerman jaman SMA, saya tidak pernah merasa beda dengan orang Jerman. Meski banyak yang memandang saya pendek, rambutnya hitam, ya kan intinya sama saja," perempuan asal Banten itu menambahkan.
[Baca Juga: Ratu Tisha: Perbaikan Sepakbola Indonesia Dimulai dari Pembenahan PSSI]
Tisha senang bisa diterima dengan baik di persepakbolaan Indonesia yang didominasi kaum pria. Ia mengaku tidak pernah sama sekali diremehkan terkait kemampuannya di bidang sepakbola.
"Ketika saya memulainya di kompetisi LIB dan GTS, saya justru kaget sepakbola Indonesia ternyata sangat menerima perbedaan gender. Terus terang, saya tidak pernah merasakan apapun," lanjut Tisha yang mengaku mengagumi sosok penyerang legendaris Manchester United Ole Gunnar Solksjaer itu.
"Saya diterima, tidak ada intimidasi, perbedaan, diskriminasi, dikucilkan, atau bahkan direndahkan karena anggapan sebagai perempuan ilmu sepakbolanya mungkin kurang. Tidak ada. Anggapan itu tidak terbukti. Itu cuma hipotesa publik dan saya mematahkannya," ujar Tisha.
[Baca Juga: Dari Dekat dengan Sekjen Baru PSSI Ratu Tisha] (din/din)