Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Manchester United Sebenarnya Sudah Lebih Baik

    Dex Glennıza - detikSport
    (Getty Images/Alex Livesey) (Getty Images/Alex Livesey)
    Jakarta -

    Apakah Manchester United di bawah Louis van Gaal sudah lebih baik dari sebelumnya? Sepertinya itu menjadi pertanyaan yang memiliki nilai 250 juta poundsterling.

    Sebelum Anda merespons pertanyaan dan judul di atas dengan komentar-komentar (yang umumnya) menghakimi, sebaiknya kita sama-sama harus melihat sisi positif dari Manchester United sejauh musim ini.

    Pertama-tama, jika Anda mencari sisi negatif dari 'Setan Merah' yang diumbar besar-besaran, mungkin Anda salah kamar. Meskipun tidak diumbar bersar-besaran juga, tapi mungkin Anda lebih cocok membaca tulisan Yusuf Arifin yang tidak kalah menariknya berikut ini: Mencoba Memahami Kehendak ‘Tuhan’.

    Kita pastinya sudah jengah disapa oleh energi negatif dari semua yang berhubungan dengan United. Apalagi Jose Mourinho baru saja dipecat dari Chelsea (untuk kedua kalinya dalam hidupnya!), bisa-bisa berikutnya adalah gilirannya Van Gaal.

    Ya, siapa yang tahu masa depan? Que sera sera, apapaun yang akan terjadi, ya, terjadilah.

    Satu hal yang harus kita ingat kembali, Van Gaal ditunjuk sebagai manajer United dengan deskripsi pekerjaan utamanya adalah untuk membangun kembali kekacauan yang ditinggalkan oleh (atau malah kepada?) David Moyes.

    United pada era Moyes seperti kapal yang siap untuk tenggelam. “Tenggelam” di sini bukan berarti sesuatu yang sangat buruk seperti misalnya degradasi, tapi untuk standar Manchester United, menyelesaikan Liga Primer Inggris di peringkat ketujuh (sebelumnya mereka adalah juara), Piala FA di third round (babak 64 besar), Piala Liga Inggris di semi-final, dan Liga Champions UEFA di perempat-final, adalah salah satu indikasi bahwa United sedang tenggelam.

    Faktanya, jejerkan hasil raihan di atas, ganti nama “Manchester United” menjadi, misalnya, Leeds United. Bisa jadi kita akan mendapatkan respon yang sama sekali berbeda, yaitu bukan “tenggelam” melainkan “meroket”.

    Apa yang Salah dari Sepakbolanya Louis van Gaal?

    Jika Anda paham betul dan setuju dengan tiga paragraf di atas, berarti Anda sudah benar-benar mengerti standar seperti apa, ekspektasi seperti apa, dan hasil seperti apa yang mencerminkan Manchester United untuk dikategorikan “sukses”.

    Inilah yang membuat tugas Van Gaal (dan Moyes sebelumnya) menjadi sangat berat.

    Untuk itu, di musim pertamanya sebagai manajer, alih-alih meraih kesuksesan, ia ditugaskan untuk menstabilkan “kapal tenggelam” United ini agar tidak benar-benar tenggelam. Itu juga yang membuatnya meletakkan fondasi filosofinya sebagai seorang manajer di kesebelasan, meskipun sebenarnya kesebelasan sebesar Manchester United sudah memiliki filosofi mereka sendiri selama berpuluh-puluh tahun.

    Namun tidak seperti Moyes, Van Gaal dinilai cukup berhasil untuk meletakkan struktur yang kuat di United. Selain itu juga, manajer asal Belanda ini terus teguh terhadap ideologinya untuk memainkan pemain muda seperti Jesse Lingard, Patrick McNair, Andreas Pereira, Tyler Blackett, dan yang baru-baru ini adalah Cameron Borthwick-Jackson. Ini seperti hukum tak tertulis di United bahwa mereka selalu menghasilkan pemain homegrown yang berkualitas.

    Tetapi, tekanan yang sebenarnya bagi Van Gaal bukanlah terletak pada filosofi, ideologi, atau kebiasaannya, melainkan pada yang terjadi di atas lapangan.

    Inti dari pertandingan sepakbola adalah gol. Dari 10 musim terakhir Sir Alex Ferguson di United, mereka rata-rata mencetak 76 gol di liga setiap musimnya. Sedangkan Moyes (dan caretaker Ryan Giggs) hanya berhasil mencetak 64 gol sementara Van Gaal 62 gol di musim pertamanya.

    Meskipun kenyataannya mereka berada di peringkat keempat sampai pekan ke-16, paceklik gol United ini bisa disebabkan banyak hal, di antaranya adalah performa kapten Wayne Rooney yang mulai menurun tapi terus dimainkan kapanpun ia fit. Kemudian faktor lain adalah keluarnya beberapa pemain menyerang United seperti Robin van Persie, Danny Welbeck, James Wilson yang malah dipinjamkan ke Brighton & Hove Albion, serta Javier “Chicharito” Hernandez yang justru sekarang mencetak banyak gol di Bayer 04 Leverkusen.

    Fakta bahwa sekarang ini 'Setan Merah' berhasil mencetak rata-rata 57,2% penguasaan bola (bahkan tak jarang di atas 65%) tapi hanya lima shot on target per pertandingan, membuat banyak orang mengecap United sebagai kesebelasan yang membosankan.

    Mereka berhasil mencetak 21 gol, angka terburuk dari lima kesebelasan teratas, dengan angka tembakan yang terburuk kelima di Liga Primer. Tidak heran suporter United meneriakkan “Attack, attack, attack!”—bukan “Attack” yang merek sabun cuci pakaian, karena fakta lainnya menunjukkan bahwa United adalah kesebelasan yang gawangnya paling bersih, baru 12 kali kebobolan.

    Sekalinya United bermain menyerang dan menghibur, mereka malah kalah dari VfL Wolfsburg 2-3 dan tersingkir dari Liga Champions.

    Jadi, tidak pernah menang dalam lima pertandingan terakhir, termasuk kalah dua kali berturut-turut (salah satunya melawan tim promosi, AFC Bournemouth), tersingkir dari babak grup Liga Champions, kalah dari Middlesbrough di fourth round Piala Liga, bermain membosankan, dan sudah menghabiskan 250 juta pounds untuk belanja pemain, adalah apa-apa yang salah dari sepakbolanya Louis van Gaal.

    Sisi Positif Keberadaan Van Gaal di Manchester United

    Sisi positif, ya? Peringkat keempat di Liga Primer dengan 29 poin dari 16 pertandingan dan masih berpeluang untuk juara (bukan hanya secara matematis), peluang memenangkan piala domestik (Piala FA) dan bahkan kejuaraan tingkat Eropa (Liga Europa), apa lagi yang kurang? Bahkan untuk standar Manchester United saja ini masih merupakan sisi positif.

    Mereka kuat di belakang, paling sedikit kebobolan, paling akurat dalam urusan operan, salah satu rajanya penguasaan bola (tepatnya nomor dua di liga), memenangi lebih banyak pertandingan di liga dibandingkan 16 kesebelasan lainnya, serta memiliki setidaknya 20 pemain yang bermain reguler di kesebelasan negara mereka masing-masing. Pertanyaannya masih sama: apa lagi yang kurang?

    Jika dibandingkan juara bertahan Chelsea atau Liverpool, United jelas lebih bernasib baik. Chelsea terpuruk di peringkat ke-16 dan baru saja memecat manajer mereka. Sementara Liverpool, meskipun baru kedatangan Juergen Klopp yang menjanjikan, masih berjuang untuk masuk kembali ke jajaran top four.

    Jika hasil instan adalah yang suporter United harapkan, kita harus ingat kembali bahwa Van Gaal diberi kontrak tiga tahun (sampai 2017) untuk menjalankan tugasnya. Bukankah ini masih terlalu tergesa-gesa untuk menghakimi Van Gaal sebagai manajer yang gagal?

    Percayalah, pasti tujuan utama filosofi Van Gaal adalah untuk memenangi pertandingan sepakbola dan pada akhirnya memenangi piala. Ia bekerja dengan caranya, melalui penguasaan bola dan kontrol penuh (yang kita nilai membosankan).

    Ini seperti kita sama-sama mau pergi ke Surabaya dari Jakarta, bedanya ada yang naik pesawat, naik kereta, naik bis, membawa mobil pribadi, motor, sepeda, dan lain-lain. Pun ketika misalnya kita membawa mobil pribadi lalu mobil kita rusak total, kita masih bisa memilih banyak opsi antara memperbaiki AC, menambal ban bocor, atau melakukan service mesin. Tergantung mana yang menjadi prioritas, apakah AC adalah prioritas, atau ban, atau mesin? Karena tujuannya tetap sama, yaitu tiba di Surabaya.

     

    Statistik

    Alex Ferguson (2012/13)

    David Moyes (2013/14)

    Louis van Gaal (2014/15)

    Louis van Gaal (2015/16)*

    Gol

    86

    64

    62

    21

    Kebobolan

    43

    43

    37

    12

    Penguasaan bola

    56,00% (#4)

    55,30% (#7)

    58,80% (#1)

    57,20% (#2)

    Operan sukses

    19323 (86%, #1)

    18496 (84%, #5)

    20646 (86%, #1)

    7293 (84%, #1)

    Tembakan ke gawang

    561

    526

    512

    178

    Akurasi tembakan

    49%

    46%

    49%

    48%

    Menciptakan peluang

    438

    389

    391

    123

    Dribel sukses

    245 (52,13%)

    337 (53,49%)

    374 (54,60%)

    144 (50,35%)

    Total duel

    54,89%

    49,83%

    47,85%

    44,68%

    Tekel sukses

    564

    506

    548

    236

    Tekel gagal

    386

    582

    734

    350

    Intersep

    515

    597

    679

    247

    Sapuan bola

    1383

    1473

    1198

    357

    Blok

    144

    108

    95

    31

    Penyelamatan kiper

    89

    87

    83

    37

    Clean sheet

    13

    13

    12

    9

    Kesalahan defensif

    24

    19

    29

    7

    Tabel 1 Perbandingan Manchester United musim 2012/13 (Sir Alex Ferguson), 2013/14 (David Moyes dan Ryan Giggs), 2014/15 (Louis van Gaal), dan 2015/16* (Louis van Gaal) - *sampai pekan keenam belas – sumber: Opta, via Squawka

    Mengutip yang sering Van Gaal ucapkan, yaitu “It is a process”, ini adalah sebuah proses. Proses butuh waktu, dengan kemajuan (progress) adalah acuan kesuksesannya.

    Jika kita membandingkan Van Gaal dengan Moyes atau Ferguson seperti pada tabel di atas, kita bisa melihat kemajuan Van Gaal terletak pada pertahanan, penguasaan bola, operan sukses, dribel sukses (seharusnya menunjukkan kreativitas), dan intersep (seharusnya menunjukkan positioning yang tepat dan terstruktur).

    Membandingkan Van Gaal musim ini dengan musim lalu juga kita masih mendapatkan kemajuan (di atas kertas): Musim lalu peringkat empat, musim ini masih berpeluang juara; musim lalu tidak masuk ke kompetisi Eropa, musim ini sempat masuk Liga Champions dan sekarang Liga Europa; musim lalu hanya sampai ke second round di Piala Liga, musim ini sampai ke fourth round (perdelapan-final).

    Hanya Piala FA saja yang kemajuannya belum terlihat di mana musim ini United masih berada di third round (dijadwalkan menjamu Sheffield United pada 9 Januari 2016) dibandingkan musim lalu yang sampai ke perempat-final.

    Kemudian juga ketika manajer lain bermain dengan gaya yang berbeda (bisa jadi lebih menghibur, tergantung selera kita), tapi secara umum mayoritas kesebelasan sukses di Eropa bermain dengan prinsip yang hampir sama: mengontrol bola untuk mengontrol permainan. Kita bisa tengok kembali tulisan: Membandingkan Penguasaan Bola Manchester United, PSG, Barca, dan Bayern.

    Selain itu, jika kita melihat sejarah Van Gaal, ia adalah manajer yang terkenal membangun fondasi kuat untuk kesuksesan jangka panjang kesebelasan setelah ia pergi. Kita bisa tengok AFC Ajax, FC Barcelona, dan FC Bayern Munich.

    Kegagalannya pada jangka pendek tidak berarti Van Gaal akan gagal di jangka panjang. Ujian sesungguhnya bagi ideologi dan filosofinya akan datang bertahun-tahun setelah United menunjuk suksesor Van Gaal (seharusnya 2017 di saat ia menyatakan untuk pensiun setelah kontraknya habis di United), di mana saat itu mungkin United sudah bisa mengukur kesuksesan dengan jumlah trofi kembali.

    Jadi, sisi positif keberadaan Van Gaal di Manchester United ternyata ada banyak, sangat banyak. Sehingga pendukung United sebaiknya bersabar saja apapun hasilnya sampai 2017. Ini adalah sebuah proses (process), asalkan memang benar-benar kemajuan (progress) lah yang terjadi selama proses tersebut.

    Kenapa Manchester United Akan Selalu Menjadi Kesebelasan Besar?

    Faktanya, kita tidak sedang membicarakan pelajaran sejarah. Mungkin jika kita membicarakan sejarah, Liverpool yang belum pernah juara Liga Inggris lagi sejak 1990 (meskipun dalam satu dekade terakhir mereka menjuarai Liga Champions, Piala FA, dan Piala Liga) masih tergolong kesebelasan besar.

    Daya tarik utama ramainya perbincangan kita ketika membicarakan Manchester United adalah alasan yang masuk akal kenapa kesebelasan ini akan selalu menjadi kesebelasan yang besar.

    Sir Alex katanya khawatir dengan penunjukkan Klopp di Liverpool. Ia khawatir kalau Liverpool bisa membangun kembali kepercayaan diri mereka untuk menjadi kesebelasan yang sukses (bukan hanya kesebelasan yang “pernah sukses”) dan besar.

    Fakta lainnya berbicara bahwa saat ini Liverpool bukan lagi dianggap sebagai kesebelasan besar. Mereka hanya pernah delapan kali berada di posisi tiga besar Liga Primer (mengindikasikan lolos langsung ke Liga Champions) dalam 20 tahun terakhir.

    Ini mungkin yang membuat Ferguson khawatir. Tepatnya, ia khawatir United tidak akan juara dan justru kesulitan menembus posisi tiga besar secara rutin dalam waktu yang lama (karena sekalinya juara, sebuah kesebelasan bisa dianggap sebagai kesebelasan besar). Sehingga jika itu terjadi dalam kurun waktu yang tidak jauh dengan Liverpool, suatu hari nanti kita bisa melihat bahwa United bukan lagi dikategorikan sebagai kesebelasan besar.

    Sementara itu untuk saat ini, terutama pendukung United rasanya tidak perlu khawatir tentang status kesebelasan favorit mereka. Pembahasan mengenai Manchester United selalu hangat, entah itu pembahasan positif, negatif, yang memuji, yang meledek, dan lain sebagainya.

    Singkatnya, kita bisa melihat di setiap kolom komentar tulisan tentang Manchester United di situs ini. Hampir pasti selalu ramai, entah itu hanya untuk chant virtual “GGMU”, komentar positif, komentar negatif, dan lain-lain.

    Ya, kita semua ini lah, baik suporter, haters, maupun komentator netral, yang terus membuat Manchester United tetap menjadi kesebelasan yang besar. Hal berbeda pasti akan timbul jika tulisan ini bukan membahas Manchester United, melainkan, misalnya, Crystal Palace (biarpun sekarang mereka sedang ada di peringkat keenam Liga Primer).

    Jadi, Apakah Manchester United di Bawah Van Gaal Sudah Lebih Baik?

    Di atas kertas, jawabannya iya: Manchester United di bawah Van Gaal sudah terus lebih baik. Ini tentunya tidak mengejutkan mengingat, seperti yang kami sampaikan di awal tulisan ini, bahwa pertanyaan itu adalah pertanyaan yang memiliki nilai 250 juta poundsterling.

    Namun, peningkatan United ini sangatlah marginal dan kurang terasa nyata jika dibandingkan dengan pengeluaran besar yang sudah mereka lakukan. Bahkan juga kita tidak perlu terkejut jika mayoritas pendukung United ingin manajer mereka dipecat jika United tidak bisa menang melawan Norwich City malam ini.

    Ini adalah realita untuk pasukan Louis van Gaal. Dia adalah “si pembuat warisan”. Mungkin pemain dan suporter United tidak diharuskan untuk menyukai dia, menyukai sepakbolanya, atau menyukai filosofinya.

    Pembicaraan kita semua ini akan ngawur jika, dalam waktu 10 tahun ke depan, kesebelasan ini kembali menjadi kekuatan paling dominan di sepakbola Inggris dan Eropa. Kenapa kami berani menyampaikan hal di atas? Karena itulah kisah yang terus ditulis ulang yang kita lihat dalam sejarah Barcelona dan Bayern, dua kesebelasan yang ditinggalkan oleh Van Gaal dalam keadaan kesal tapi sampai hari ini kita selalu ingat sebagai dua kekuatan sepakbola yang paling revolusioner.

    Memang sangat tepat jika kita mengutip Van Gaal di sini, “ini adalah sebuah proses”. Masalahnya jika sepanjang ini adalah prosesnya, mengingatkan kembali bahwa kami pernah menulis bahwa United sedang menjanjikan (Menanti Kesempurnaan Manchester United), lalu kapan hasilnya bisa dipanen?

    Kita harus ingat, ini (Van Gaal sebagai manajer United) belum sampai dua musim. Jika ada di antara kita yang masih tidak sabaran, maka sesungguhnya kita—siapa pun kita, haters sekalipun—belum benar-benar bisa move on dari Sir Alex Ferguson. Kalau begitu, kasihan sekali Louis van Gaal.

    (nds/nds)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game