Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Pandit

    Mengenal Agen Pemain Sepakbola

    Dex Glenniza - detikSport
    Mino Raiola, salah satu agen terkemuka dunia (Foto: AFP/Josep Lago) Mino Raiola, salah satu agen terkemuka dunia (Foto: AFP/Josep Lago)
    Jakarta - Sejak tahun 1995, ketika aturan Bosman diberlakukan, banyak yang berkata bahwa sepakbola akan mati dan kesebelasan akan bangkrut. Nyatanya hal demikian tidak pernah terjadi. Justru sebaliknya, Bosman membuka pintu bagi globalisasi sepakbola dalam bentuk hilangnya batasan pemain-pemain asing dalam "keluarga" Uni Eropa.

    Menurut CEO Coventry City Ray Ranson, nilai akumulatif pesepakbola di Eropa bisa mencapai 20 miliar poundsterling (337 triliun rupiah) atau setara dengan biaya penyelenggaraan penuh Olimpiade London 2012.

    Sebelum komersialisasi melanda dunia sepakbola, perputaran uang yang terjadi di kesebelasan, liga, federasi, maupun pemain tidaklah sebesar sekarang. Nilai kontrak seorang pemain sekarang ini selama lima tahun bisa setara dengan harga sebuah proyek perbaikan transportasi massal di Jakarta.

    Besarnya nilai kontrak pemain di atas tidak lepas dari pesatnya kemajuan industri sepakbola yang dipicu oleh revolusi penyiaran (broadcasting). Revolusi penyiaran secara signifikan menambah pemasukan kesebelasan.

    Dengan peningkatan tersebut, kesebelasan dapat membeli pemain dengan harga mahal. Gaji pesepakbola dengan status pemain bintang kini setara dengan bayaran orang yang bekerja pada industri hiburan maupun kalangan top management dari perusahaan-perusahaan teratas.

    Imbasnya, perpindahan pemain menjadi semakin sering terjadi, dan skemanya pun bermacam-macam. Terjadinya kasus Bosman ini pula yang menjadikan posisi pemain menjadi sangat superior dalam hal negosiasi kontrak. Tidak mengherankan harga pemain terus melambung.

    Ini juga yang membuat peran agen pemain di sepakbola telah menjadi semakin penting agar pemain dan kesebelasan tidak dibodohi. Pentingnya agen di industri sepakbola ini membuahkan peraturan yang diperlukan sebagai elemen kontrol dan juga perlindungan pemain.

    Pada 2008, peraturan FIFA mengenai agen pemain, atau FIFA Players Agent Regulation (FIFA PAR) kemudian dibuat untuk mengatur aktivitas agen pemain yang beroperasi di sepakbola global.

    Namun pada 2015, FIFA membuat peraturan baru bertajuk Regulations on Working with Intermediaries (bisa diunduh di sini) untuk menggantikan FIFA PAR. Melalui peraturan ini, setiap asosiasi anggota FIFA, termasuk PSSI, diwajibkan untuk memasukkan kriteria-kriteria dalam peraturan nasional mereka sendiri.

    Pengertian dan Tugas Agen di Sepakbola

    Sebelumnya, FIFA PAR mendefinisikan perantara sebagai seorang "agen". Akan tetapi, banyaknya agen tak berlisensi yang membuat transaksi pada transfer maupun kontrak pemain menjadi tidak transparan, membuat FIFA kemudian mengubah istilah "agen" menjadi "perantara" (intermediary).

    FIFA sendiri menjelaskan perantara sebagai "orang alami (seperti keluarga) atau legal (representatif), yang dengan maupun tanpa bayaran, merepresentasikan pemain dan/atau kesebelasan pada saat negosiasi dengan pandangan untuk merampungkan kontrak pemain, atau mewakili kesebelasan saat negosiasi dengan pandangan untuk merampungkan perjanjian transfer."

    Secara umum, perantara atau agen (selanjutnya kita sebut saja "agen" agar lebih mudah dibaca dan dipahami) memang ada untuk mengurus segala sesuatu di luar lapangan. Di sini, peran agen sangat krusial.Keputusan transfer memang akan dibahas antara agen dan pemain, yang juga dapat berbicara dengan keluarga pemain itu sendiri.

    Untuk diketahui saja, pada setiap transaksi transfer pemain, setidaknya ada tiga negosiasi yang terjadi sekaligus:
    1. Kesebelasan calon pembeli dan agen pemain tentang apa yang pemain inginkan bagi dirinya sendiri,
    2. Kesebelasan dan agen tentang biaya agen, dan
    3. Kedua kesebelasan tentang biaya transfer.

    Dari tiga poin di atas, bisa disimpulkan bahwa kehadiran agen sangatlah penting. Tapi dalam beberapa kasus, poin nomor dua bisa dihilangkan dan digantikan dengan presentase tertentu sesuai kesepakatan agen dengan sang pemain.

    Agen sendiri bertugas untuk mengamankan kesepakatan terbaik untuk kliennya, ini membutuhkan waktunya sendiri. Isu keuangan (gaji) memang dominan tapi tidak selalu menjadi pertimbangan utama.

    Ada isu lain yang harus dipertimbangkan seperti yang bisa kamu baca pada artikel berikut ini.

    Setelah berdiskusi dengan agen, pemain mungkin memutuskan dia ingin lebih banyak uang, tidak senang dengan klausul tertentu, atau ingin kontrak yang lebih pendek atau lebih panjang. Hal ini kemudian menjadi pekerjaan agen.

    Infografis agen di sepakbola (Oleh: Mayda Ersa Pratama)

    Alasan Pemain Butuh Agen

    Secara umum, agen bertugas pada saat pemain ingin menegosiasi ulang kontrak maupun berpindah kesebelasan. Sementara mayoritas motivasi pemain untuk memiliki agen adalah karena keinginan mereka untuk memaksimalkan potensi keuangan di seluruh karier mereka.

    Hal ini dapat ditunjukkan misalnya ketika pemain melakukan perjanjian dengan perusahaan sepatu (sepatu ciri khas Cristiano Ronaldo adalah Nike Mercurial), video game (Lionel Messi ada di sampul FIFA 13 sampai FIFA 16), perusahaan pakaian olahraga, minuman olahraga, atau contoh lainnya.

    Karier pemain sepakbola adalah karier yang pendek.Oleh karena itu, ada jumlah kontrak yang terbatas yang menguntungkan mereka. Di sini lah agen berperan, yaitu untuk mencari dan juga memilah kesempatan dari kontrak-kontrak di luar lapangan di atas.

    Kemudian bagian dari daya tarik agen adalah jaringan akses ke kontak yang mereka miliki, misalnya akses kepada kesebelasan atau sponsor tertentu.

    Melalui jaringan ini,adakemungkinan untuk menciptakan peluang finansial lainnya, yaitu dengan memastikan insentif keuangan yang maksimal. Ini harus dipahami secara mendasar, karena agen mendapatuang dari komisi yang mereka bawa untuk kliennya.

    Selain itu, ada kekhawatiran dari pemain muda karenapemain cenderung tertarik untuk mengeksplorasi setiap keuntungan tambahan yang bisa mereka capai. Seorang agen bertindak sebagai penghubung antara kesebelasan dan pemain,dimana kesebelasan akan membantu mendorong kemampuan pemain secara maksimal di dalam maupun di luar lapangan.

    Beberapa pemain pasti mempekerjakan agen meskipun ini bukanlah situasi yang selalu terasa nyaman untuk pemain tersebut. Sementara pemain tanpa agen, meskipun mereka akan merasa lebih bebas, merekakebanyakan akan kebingungan dan akhirnya meminta nasihat kepada rekan setimnya (terutama rekan setim yang mempekerjakan agen).

    Pada akhirnya mereka akan sadar bahwa mereka membutuhkan agen.

    Memang pada kenyataannya, peran agen bisa lebih jauh dari hal-hal di atas. Saat ini, agen adalah orang terpercaya bagi seorang atlet. Mereka biasanya terlibat dalam setiap keputusan utama pada karier mereka dan juga semakin terlibat dalam kehidupan pribadi pemain.

    Ini juga yang membuat dukungan sering menjadi alasan kenapa pemain akan pindah atau tidak. Dorongan dari orang lain, selain orang tua dan anggota keluarga,juga tidak boleh diabaikan. Ini yang membuat agen sering menangani sejumlah aspek kehidupan pemain seperti perjalanan, akomodasi, dan masalah pribadi.

    Bahkan beberapa agen adalah anggota keluarga atau individu terpercaya yang sering dianggap sebagai teman dekat, yang membuat definisi terpisah antara "agen" dan "keluarga/teman" menjadi tumpang-tindih.

    "Kami ingin mendidik pemain bahwa sepakbola adalah bisnis dan semua yang mereka lakukan akan berdampak pada masa depan mereka. Kami membantu keuangan mereka, menegosiasi kontrak dan transfer, tapi kami juga menawarkan dukungan sehari-hari,"kata Pete Smith, seorang agen dari New Era Global Sports Management.

    Agen membantu membuat pemain merasa lebih aman dan dihargai,yang kemudian akan meningkatkan kepercayaan diri mereka dan akhirnya dapat memiliki efek positif pada performa di atas lapangan. Itu idealnya. Tapi di dunia ini tidak ada yang selalu ideal.

    Pergeseran Makna Agen dan Kuatnya Faktor Uang dalam Setiap Keputusan

    Tidak bisa dipungkiri, alasanutama FIFA memutuskan untuk membuat peraturan tentang agen atau perantara pemain sepakbola adalah karena kebanyakan asosiasi nasional sepakbola (terutama selain di Eropa) masih dianggap gagal untuk mengatur aktivitas agen sepakbola.

    Kasus agen ini banyak terjadi di Amerika Latin, atau setidaknya pemain yang berasal dari Amerika Latin. Beberapa federasi, seperti di Asia dan Afrika pun masih belum teratur dalam mengaplikasikan peraturan FIFA.

    Namun, tujuan dari sistem baru ini adalah untuk merujuk kembali kepada pembenaran FIFA sendiri, yaitu untuk "meningkatkan standar profesional dan etika untuk pendudukan agen pemain dalam rangka melindungi pemain yang memiliki karier singkat".

    Bukannya tanpa cacat juga, dengan memperluas definisi "agen" menjadi "perantara" (intermediary), malahan bisa jadi FIFA telah melakukan blunder untuk membuka kesempatan bagibanyak pihak untuk terlibat dalam transaksi jual-beli pemain (yang pastinya akan terus berkembang) dengan pembenaran satu kata pamungkas: "perantara".

    Kamu sendiri jika membeli properti (seperti rumah), lebih enak jika tanpa perantara, kan? Sama saja, kesebelasan juga sebenarnya lebih memilih untuk bernegosiasi langsung dengan pemain-pemain mereka.

    Di sinilah kita harus bisa memandang setiap permasalahan di sepakbola dari berbagai perspektif, karena masalah kontrak atau perpindahan pemain saja bisa memiliki banyak versi. Apalagi yang melibatkan Mino Raiola. Apapun pelajaran yang bisa kita dapatkan dari agen dan sepakbola, kesimpulannya tetap satu: uang adalah segalanya.


    -----

    * Penulis biasa menulis soal sport science untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza




    (krs/mrp)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game