Upaya Persib Bandung Perangi Online Abuse

Upaya Persib Bandung Perangi Online Abuse

Tim Detikcom - Sepakbola
Rabu, 19 Jan 2022 06:00 WIB
Pesepak bola Persib Bandung Mohammed Rashid (kiri bawah) berselebrasi bersama rekannya, Beckham Putra (atas) dan David Da Silva setelah berhasil membobol gawang Borneo FC dalam pertandingan sepak bola Liga 1 di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar Bali, Selasa (18/1/2022). Persib berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 1-0. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/hp.
Persib Bandung berupaya perangi Online Abuse di olahraga (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Bandung -

Online abuse atau kekerasan di dunia maya bisa menimpa siapapun di era digital. Persib Bandung ingin memerangi demi kemaslahatan bersama.

Persib sebagai salah satu klub besar di Indonesia tentu punya penggemar yang sangat banyak, tersebar tak cuma di dalam tapi juga luar negeri. Di era modern seperti sekarang, media sosial adalah cara mendekatkan diri dengan fansnya.

Persib pun bisa mendapatkan timbal balik secara langsung dari fansnya terkait apapun yang dilakukan klub itu, terutama saat pertandingan. Tapi, hal ini juga mengundang risiko bahwa Persib bisa diserang dengan mudahnya di dunia maya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya seperti sekarang ketika Persib tengah anjlok karena cuma menang dua kali dari delapan pertandingan terakhir di Liga 1 2021. Fans Persib yang tak puas dengan kinerja tim langsung menggalakkan tagar #ReneOut.

Ini sebagai bentuk protes agar manajemen segera memecat pelatih Persib Robert Rene Alberts. Tidak cuma Rene Alberts, tapi beberapa pemain asing Persib yang dianggap main buruk juga jadi sasaran amuk fans.

ADVERTISEMENT

Dari sekian banyak fans, ada beberapa yang malah membanjiri dengan kritik-kritik yang di luar nalar dan malah melahirkan fenomena online abuse atau pelecehan di dunia maya. Maka tak jarang dengan maraknya tindak kekerasan di dunia maya malah membuat para pemain atau atlet secara luar jadi tertekan, sehingga tampil lebih buruk.

Hal ini yang disoroti betul oleh Persib sebagai institusi besar di olahraga Indonesia. Mereka ingin memerangi hal buruk semacam itu demi kebaikan klub serta sepakbola ke depannya.

Di dalam negeri sendiri baru-baru ini, beberapa pemain bulutangkis nasional Indonesia mendapatkan kritikan bernada tidak pantas di media sosial karena penampilan beberapa atlet dirasa tidak sesuai harapan. Banyak dari kritikan-kritikan yang beredar melenceng jauh dari substansi hingga menyerang bentuk tubuh beberapa atlet. Bahkan pada beberapa kasus, tidak jarang serangan online abuse juga ditujukan kepada keluarga dan orang-orang terdekat atlet tersebut," ujar Vice President Partnership & Activation Persib, Gabriella Witdarmono, dalam pernyataannya kepada detikSport.

Vice President Partnership & Activation Persib Bandung Gabriella WitdarmonoVice President Partnership & Activation Persib Bandung Gabriella Witdarmono. (Foto: dok.Persib Bandung)

"Permasalahannya, online abuse tentunya menghasilkan dampak yang negatif terhadap target sasarannya. Alih-alih termotivasi dan berusaha menjawab kekesalan pendukung mereka, atlet-atlet ini menjadi tertekan dan rentan stres, yang berujung pada penampilan yang tidak maksimal di lapangan," sambungnya.

"Maraknya kejadian online abuse yang terjadi mendorong para atlet dan orang terdekatnya untuk mengunci akun media sosial mereka, atau lebih ekstrim lagi, menghapusnya karena tidak tahan akan gempuran ujaran kebencian yang dilemparkan pada mereka. Padahal, media sosial seharusnya menjadi tempat atlet bisa berinteraksi langsung dengan penggemarnya."

Oleh karenanya, Gabriella meminta kedewasaan para fans untuk menerima apapun hasil di lapangan. Kalaupun memang belum sesuai harapan, itu adalah bagian dari sebuah proses yang dijalani setiap olahragawan atau tim olahraga, termasuk Persib Bandung.

Karena olahraga bertujuan untuk menghibur sekaligus meraih prestasi, maka jangan dirusak oleh hal-hal negatif seperti online abuse ini.

"Online abuse tidak bisa lagi dianggap sebagai angin lalu ataupun hal yang sepele karena dampaknya yang bisa mengganggu mental dari para atlet. Maka dari itu, perlu adanya mitigasi yang diterapkan oleh federasi atau klub untuk melindungi atlet-atletnya. Sebagai contoh, dari perspektif praktisi industri olahraga, klub selalu mencoba melindungi para atlet dengan menekankan spirit kebersamaan baik dalam situasi menang atau kalah," papar Gabriella.

"Dari pihak fans, diskusi secara objektif harus terus dibangun, khususnya di kalangan komunitas agar para mereka dapat membedakan bahwa ada cara yang lebih tepat dalam menyampaikan kritik yang membangun."

"Sudah seharusnya kita mengambil sikap untuk menegaskan bahwa setiap perilaku perundungan dalam bentuk apapun tidak akan pernah bisa ditoleransi, baik langsung maupun tidak langsung. Kritik dan tekanan memang wajar untuk disampaikan dan telah menjadi dinamika yang menarik dalam dunia olahraga, tapi tentu saja hal tersebut tidak boleh mengabaikan nilai-nilai yang dapat mencederai moralitas dan kemanusiaan," tutupnya.


Hide Ads