Wacana European Super League bikin kegaduhan di jagat sepakbola. Ultras Curva Sud AC Milan menilai banyak kemunafikan dari efek kemarahan ajang tersebut.
Enam klub Liga Inggris, yakni Manchester City, Liverpool, Manchester United, Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Chelsea mundur dari European Super League. Keputusan tersebut dibuat tak lepas dari banyaknya pertentangan dari pemain sampai fans-nya.
Situasi nyaris tenang di Italia saat Juventus, AC Milan, dan Inter Milan memutuskan ikut European Super League. Hal serupa terjadi di Spanyol, yang tak ada suara gaduh dari kelompok suporter Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok suporter Milan, Curva Sud, merilis pernyataan keras setelah enam klub dari Inggris menyatakan mundur. Isinya sangat cukup untuk menampar dunia sepakbola secara umum dari kebisingan European Super League.
"Sejujurnya, itu membuat kami tertawa melihat semua orang di ruang kontrol sepakbola tiba-tiba mengklaim bahwa kami, fans adalah yang terdepan dan terpenting," bunyi pernyataan tersebut, yang dikutip dari Football Italia.
"Super League hanyalah yang terbaru dari barisan panjang manuver yang tak terhitung banyaknya selama beberapa dekade yang telah membuat sepakbola menjadi sebuah bisnis. Lahirnya kompetisi baru ini tentunya akan menjadi dorongan lain untuk sepakbola tradisional, yang sekarang cuma jadi kenangan, dan pasti akan mengaburkan tradisi berbagai liga domestik, merampas sepakbola dari prinsip meritokrasi olahraga yang tak terbantahkan."
"Tapi hal yang paling membuat kami marah adalah kemunafikan dari semua orang, yang berkontribusi dalam membuat olahraga ini tidak lain adalah bisnis, mereka yang saat ini berdiri atas nama fans, tetapi itu cuma karena melihat proyek mereka yang menghasilkan cuan dan tampaknya tak tersentuh, malah berantakan."
Ultras Curva Sud menegaskan bahwa sepakbola sudah sangat lama hancur. Sejak dulu pula tidak ada yang bisa menghentikan perubahannya, sampai saat ini orang-orang malah tetap menikmatinya.
"Sepakbola memang milik rakyat sampai tahun 1990-an, ketika Liga Champions lahir, menghancurkan Piala Champions yang lama. Sejak saat itu, jurang yang tak bisa ditembus telah tercipta antara klub-klub besar dan kecil. Sepakbola memang menjadi milik rakyat bahkan ketika tidak ada yang berani menghentikan kenaikan harga tiket yang diberlakukan oleh beberapa presiden."
"Sepakbola memang jadi milik rakyat bahkan ketika tidak ada yang turun tangan untuk menghentikan munculnya agen-agen super, yang mengambil gaji pemain, yang hanya dapat bertahan dengan hak siar, bersama perusahaan TV yang membuat jadwal kick-off semakin kacau."
"Sepakbola memang milik rakyat bahkan ketika Final Supercoppa dimainkan di benua lain. Sepakbola memang milik rakyat bahkan ketika Piala Dunia terpaksa digelar di Qatar pada 2022, meski mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia."
"European Super League hanyalah langkah menjijikkan terbaru, tetapi mereka yang membawa sepakbola ke titik ini juga tidak kalah anehnya, jadi selamatkan kami dari pertunjukan retorika dan moralitas yang menggelikan ini."
"Sekarang uangnya hampir habis nih, silakan bertengkar di antara kalian sendiri, tetapi jangan berani-berani menyebutkan nama fans. B*B*!"
(ran/mrp)