Sains dan Integritas (dalam Olahraga)

Tak hanya soal sepakbola, dalam berbagai aspek mereka benar-benar mengimplementasikan ilmu pengetahuan ke dalam industri. Dengan kata lain, mereka sangat menghargai dan menghormati sains. Apa yang kita baca di buku-buku akademik, memang teraplikasikan secara nyata di dunia industri.
Pun urusan sepakbola. Selama bekerja di Manchester City, misalnya, saya terkagum-kagum dengan bagaimana klub itu benar-benar mengaplikasikan ilmu-ilmu yang saya dalami di program kuliah Sport Management di Coventry. Plus, apa yang mereka lakukan juga sangat berlandaskan pada penelitian-penelitian di dunia akademis.
Dalam laporan SportBusiness International, Top 20 Sports Innovator of the Year 2014, nama CEO City Football Group, Ferran Soriano, duduk di peringkat dua di antara para eksekutif beken di industri olahraga dunia. Soriano yang memang seorang lulusan program MBA ternama di dunia mampu membawa model bisnis yang berbeda pada Manchester City dan klub-klub dalam naungan City Football Group. Misi besar The Citizens memang menitikberatkan pada keberlanjutan (sustainability) melalui prinsip-prinsip good governance dan ilmu manajemen yang terdepan.
Di City, tata kelola klub dijalankan oleh sumber daya manusia yang unggul, ditambah dengan penghargaan yang sangat tinggi kepada sains. Mereka menyeleksi karyawan berdasarkan kompetensi dan latar belakang pendidikan yang mumpuni. Mereka juga mempraktekkan penelitian-penelitian dari kalangan akademisi di bidang olahraga, dan mereka mengedukasi karyawannya secara berkala mengenai sport business management. Bagi mereka, sains adalah berlian yang sangat bernilai.
Sebagai bukti, Manchester City yang mengaplikasikan sains secara serius, berhasil memperoleh capaian yang fenomenal. Pada Februari 2015, sebuah media Spanyol, Sport, merilis angka pertumbuhan basis penggemar klub-klub sepakbola Eropa dalam cakupan global. Dan di urutan teratas, MCFC mencapai angka pertumbuhan 523%, sangat jauh meninggalkan pesaing terdekat, yaitu Bayern Munich yang memperoleh angka 224%.
Strategi engagement yang diterapkan oleh Ferran Soriano Cs. ternyata sangat sesuai dengan apa yang saya pelajari dalam program Master Manajemen Olahraga yang telah saya selesaikan. Dan benar saja, pencapaian tersebut adalah bukti nyata bahwa mereka sangat mempercayai sains.

[Grafik Ilustrasi Angka Pertumbuhan Basis Penggemar. Sumber: Daily Express]
Mengenai integritas, setelah saya observasi dan melakukan analisa regresi secara intuisi, saya melihat hal ini sebagai kunci bangsa mereka bisa maju. Mereka juga bawa nilai integritas ke dalam industri sepakbola dan olahraga pada umumnya. Kejujuran menjadi aspek penting yang membuat mereka sangat objektif memandang banyak hal, termasuk bagaimana mereka sangat fair terhadap orang-orang di sekitarnya.
Jadi, kesimpulan saya, jika sebuah klub ingin maju, kuncinya terletak pada (aplikasi) sains dan integritas.
Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tidak ada orang Indonesia yang menghormati sains dan integritas. Pasti ada, tapi tidak lebih banyak dibanding yang sebaliknya. Mungkin karena bangsa kita baru merdeka selama 70 tahun dan negara kita masih dikategorikan sebagai negara berkembang.
Para penggiat pendidikan di negeri ini baru sedikit. Ada, tapi masih minoritas. Angka minoritas ini disebabkan besarnya populasi Indonesia yang mencapai hampir 250 juta jiwa. Alhasil, karena fakta itu, Indonesia kurang menghargai sains atau ilmu pengetahuan, yang juga sering terwakilkan dengan kalimat begini: "Buat apa sih sekolah tinggi-tinggi, toh ilmunya gak akan kepakai di dunia kerja."
Pernyataan di atas adalah blunder terbesar yang bisa terjadi pada sebuah bangsa. Justru karena sangat mempercayai pemahaman sesat itu, bangsa Indonesia terus terperanjat dalam krisis berkepanjangan. Dan justru karena industri tidak berlandaskan pada sains, akibatnya perekonomian negara ini sulit berkembang pesat. Mohon jangan tertipu dengan angka pertumbuhan ekonomi yang meningkat yang selalu dibanggakan pemimpin sebelumnya, karena ekonomi tidak bisa dinilai hanya dari satu indikator. Padahal, di balik itu ada angka kesenjangan, kesempatan kerja, dan pemerataan pembangunan yang nilainya jauh dari ideal.
Mau tidak mau, suka tidak suka, kemerosotan sepakbola Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek sosial dan ekonomi. Indeks persepsi korupsi di tanah air masih sangat tinggi, yang menunjukkan lemahnya integritas bangsa.
Sejak setahun lalu, perbincangan soal mafia sepakbola di Indonesia begitu kencang. Padahal, sesungguhnya itu bukanlah hal baru. Kasus-kasus pengaturan skor, penyogokan wasit, dan pelbagai kecurangan lainnya sudah lama sekali tercium. Dan apa sih dasarnya untuk tidak menyetujui kesimpulan ini: sepakbola Indonesia jalan di tempat.
Integritas sangat berkorelasi dengan kesuksesan dalam jangka panjang dan dalam cakupan yang lebih makro. Sedangkan ilmu pengetahuan (sains), adalah bentuk komunikasi alam semesta kepada umatnya. Mengutip seorang rekan yang bergelar ahli Ilmu Ekonomi Syariah: "Sains itu bahasa Tuhan."

=======
* Penulis adalah alumnus Master Manajemen Olahraga dari Coventry University, pernah bekerja di Manchester City. Saat ini sedang asik mengabdi untuk Bali United FC. Akun Twitter @amalganesha
(a2s/krs)