Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Umpan Silang

    Kolom Euro 2020

    Euro 2020, Cappuccino, dan Pizza dalam If-nya Andritany Ardhiyasa

    Andritany Ardhiyasa - detikSport
    Andai saja Euro 2020 bergulir tak sedang pandemi COVID-19.... (Foto: Getty Images/Alberto Lingria - Pool) Andai saja Euro 2020 bergulir tak sedang pandemi COVID-19.... (Foto: Getty Images/Alberto Lingria - Pool)
    Jakarta -

    Hajatan Euro 2020 resmi bergulir 12 Juni 2021. Pesta sepakbola antarnegara Benua Biru yang layaknya 'Piala Dunia Mini' selalu saja menyedot perhatian masyarakat pencinta si kulit bundar sejagat.

    Selama sebulan penuh, suguhan berita dari berbagai pertandingan, atraksi, hiburan dan drama dari gelaran turnamen empat tahunan ini akan membanjiri kolom-kolom berita. Kita semua akan menikmati, terhibur, dan bahkan seolah menjadi 'lupa sejenak' dengan pandemi COVID-19 yang masih belum berlalu dari muka Bumi.

    Sesuai namanya, seharusnya Euro 2020 (nama resmi turnamen ini) diselenggarakan tepat setahun yang lalu. Namun karena pertimbangan kesehatan dan keselamatan semua pemangku kepentingan, di mana wabah COVID-19 baru saja muncul saat itu, maka jadwal putaran final digeser menjadi tahun ini.

    Hanya waktu pelaksanaan yang berubah, sementara format turnamen tetap sesuai rencana, yaitu diadakan di sebelas kota di negara yang berbeda. Iya, Euro 2020 tidak diadakan di satu negara saja. Ide yang tidak biasa ini memang sudah dicetuskan jauh-jauh hari oleh Presiden UEFA Michael Platini. Demi alasan 'romantis' perayaan 60 tahun dimulainya Piala Eropa, katanya.

    Bicara soal perhelatan Euro, berarti bukan hanya bicara soal pertandingan. Begitu banyak orang yang bebas beropini dan berargumen tentang Euro dan aneka pernak-perniknya.

    Saya pun tidak mau ketinggalan untuk ikut mencicipi kebebasan berekspresi lewat tulisan tentang Euro. Dan dalam kesempatan pertama ini, saya ingin membeberkan uneg-uneg saya yang dalam kesempatan ini saya sebut "If" atau Seandainya.

    Seandainya saja saat ini bukan masa pandemi, bisa jadi saya sedang berada di Benua Biru untuk menyaksikan Euro 2020. Mengapa? Karena saya memang sudah menabung dan memiliki mimpi untuk dapat menyaksikan secara langsung hajatan besar seperti Euro atau Piala Dunia.

    Tetapi sangat disayangkan pada kenyataannya pandemi yang menjadi musuh bersama sejak akhir 2019 belum juga dapat diatasi oleh kita semua. Perhelatan Euro 2020 ini menjadi sangat berbeda.

    Pastinya banyak berbagai 'penyesuaian' yang dilakukan oleh penyelenggara atas dasar menjaga kesehatan semua pihak yang terlibat langsung dalam event ini.

    Aturan pelaksanaan pertandingan juga begitu ketat tidak seperti penyelenggaraan Euro-Euro sebelumnya. Protokol kesehatan (prokes) di Euro 2020 ini diterapkan sangat ketat karena semua negara peserta tidak ingin Euro 2020 menjadi sebuah klaster baru COVID-19.

    Italy players celebrate after Italy's Ciro Immobile scored his side's second goal during the Euro 2020 soccer championship group A match between Turkey and Italy at the Rome Olympic stadium, Friday, June 11, 2021. (AP Photo/Andrew Medichini, Pool)Laga pembuka Euro 2020, saat Italia menumbangka Turki 3-0. Foto: AP/Andrew Medichini

    Selain aturan pertandingan dengan prokes yang ketat, pasti penonton yang akan hadir ke stadion sangat terbatas tidak seperti Euro-Euro sebelumnya yang sangat meriah dengan hadirnya suporter dari kedua negara yang memadati kursi-kursi stadion.

    Hal itu terlihat jelas dengan opening ceremony yang bisanya tidak ada satu kursi pun yang kosong Tetapi dalam acara pembukaan pada dini hari tadi pihak dari penyelenggara hanya menyediakan 16.000 tiket. Sementara kapasitas dari Stadio Olimpico, kandang dari AS Roma dan Lazio, sebenarnya ada di angka lebih dari 72.000 kursi.

    Kembali ke kata 'If' alias 'Seandainya'. Kata 'Seandainya' bisa mengesankan bahwa seorang Andritany adalah seorang pemimpi. Namun jika saya harus mengutip sebuah kalimat dari orang bijak, "Semua itu berawal dari mimpi", maka dari itu saat ini saya masih memiliki mimpi menonton Euro secara langsung dan sekaligus liburan di negara-negara Benua Biru. Saya berimajinasi dapat terbang ke sana dan menikmati kemeriahan Euro 2020.

    Dapat dibayangkan jika saat akhir pekan lalu, saya bisa hadir langsung di Roma Italia untuk menyaksikan pertandingan pembukaan antara tuan rumah, Italia, melawan Turki, setelah menonton pertandingan saya dapat menyantap aneka makanan khas negara tersebut seperti, pizza dan spaghetti. Atau dapat menikmati secangkir cappuccino di seberang Colosseum, usai melihat Gli Azzurri menggebuk Turki 3-0.

    Setelah bisa menikmati seloyang pizza (Psst, anggap saja ini cheating day..hehehe) dan secangkir cappuccino, saya akan bergegas menuju stasiun Termini untuk pindah negara dengan kereta.

    Inginnya sih negara tujuan selanjutnya adalah Prancis. Saya memilih Prancis karena saya mau menikmati croissant, baguette, dan secangkir hot chocolate dengan view Menara Eiffel. Tetapi sayangnya Prancis bukan salah satu dari sebelas kota yang ditunjuk oleh UEFA sebagai tuan rumah.

    Untuk itu, saya harus melupakan kota Paris dengan keindahan serta sisi romantisnya karena memang tidak ada satu pertandingan pun yang digelar di negara tersebut.

    Sebagai pelipur lara, dari stasiun Termini saya menuju Munich, Jerman untuk menyaksikan big match Prancis kontra Jerman di Allianz Arena. Menyaksikan salah satu laga sengit di dalam grup neraka ini memang saya sangat idam-idamkan.

    Itu sepenggal mimpi saya di Euro 2020 jika semuanya berjalan normal. Tetapi sayangnya kembali lagi untuk saat ini dunia yang sedang diserang oleh pandemi membuat saya hanya bisa berandai-andai. Untuk saat ini kita semua yang memiliki mimpi menyaksikan secara langsung Euro 2020 harus menunda terlebih dahulu, karena COVID-19 yang masih menjadi musuh dunia.

    Saya berharap semoga saja pandemi ini dapat segera berakhir dan kita semua bisa kembali hidup normal, serta dapat menyaksikan event-event akbar sepak bola seperti World Cup atau Euro selanjutnya. Semoga saja Euro 2020 ini berjalan dengan sesuai harapan tidak menjadi klaster baru COVID-19. Dengan penerapan prokes yang baik dan ketat, maka saya yakin Euro 2020 akan berjalan lancar dan sukses.

    ***

    Andritany ArdhiyasaEuro 2020, Cappuccino, dan Pizza dalam If-nya Andritany Ardhiyasa Foto: dok.Istimewa

    Penulis

    Andritany Ardhiyasa
    Pesepakbola nasional

    Saksikan ulasan seru Euro 2020 selengkapnya di sini.

    (cas/aff)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game